Baru-baru ini King Abdul Aziz Center for National Dialogue melakukan sejumlah survei pada 1.000 orang penduduknya. Dari survei tersebut mayoritas partisipan mengaku sangat menyukai tenaga kerja asal Indonesia (TKI).
Seperti dilansir dari Arab News, Kamis (22/8/2013), hasil survei tersebut dirilis bertepatan dengan rencana Kementerian Tenaga Kerja Arab Saudi untuk mengurangi upah pembantu rumah tangga (PRT) dari luar negeri.
Sementara 69% dari masyarakat di negara tersebut merasa pembantunya tak menerima pelatihan sebelum bekerja di rumah-rumah di Arab Saudi. Namun survei tersebut menunjukkan penduduk Arab Saudi lebih menyukai tenaga kerja asal Indonesia.
Sebanyak 27,5% partisipan menilai PRT Indonesia merupakan tenaga kerja paling ideal. Sementara 17,3% lainnya merasa lebih cocok dengan PRT asal Filipina.
"PRT Indonesia biasanya berbahasa Arab, memudahkan kami untuk berkomunikasi dan mengajarkan mereka," ujar salah satu peserta survei, Bayan Rashid.
Selain itu dia juga menungkapkan, para pekerja Indonesia beragama muslim, sehingga keduanya bisa saling berbagi tradisi dan keyakinan.
Tak hanya itu, dia juga menganggap anak-anaknya bisa lebih terjaga, karena dibesarkan dengan nilai-nilai agama Islam.
Hasil tersebut juga menunjukkan, 69% partisipan mengaku tak puas dengan pelatihan yang disediakan untuk para pekerja.
"Mereka tak bisa bekerja. Mereka bahkan tak tahu cara bersih-bersih," jelas Lamya Hammad, salah satu majjikan di negara tersebut.
Saat merima pembantu baru, dia membutuhkan waktu sedikitnya tiga bulan untuk mengajarinya memasak dan bersih-bersih. Dia sempat merasa bingung dengan kemampuan para pekerjanya tersebut.
Meski demikian, 70% dari para partisipan menilai upah PRT asing terlalu tinggi untuk kemampuan yang rendah tersebut. Partisipan dalam jumlah yang sama juga mengaku terlalu bergantung pada pembantunya.
Kementerian tenaga kerja juga mengungkapkan negaranya telah memiliki kesepakatan dengan sejumlah negara bahwa PRT yang dikirmkan ke Arab Saudi adalah mereka yang berketerampilan baik. (Sis/Ndw)
Seperti dilansir dari Arab News, Kamis (22/8/2013), hasil survei tersebut dirilis bertepatan dengan rencana Kementerian Tenaga Kerja Arab Saudi untuk mengurangi upah pembantu rumah tangga (PRT) dari luar negeri.
Sementara 69% dari masyarakat di negara tersebut merasa pembantunya tak menerima pelatihan sebelum bekerja di rumah-rumah di Arab Saudi. Namun survei tersebut menunjukkan penduduk Arab Saudi lebih menyukai tenaga kerja asal Indonesia.
Sebanyak 27,5% partisipan menilai PRT Indonesia merupakan tenaga kerja paling ideal. Sementara 17,3% lainnya merasa lebih cocok dengan PRT asal Filipina.
"PRT Indonesia biasanya berbahasa Arab, memudahkan kami untuk berkomunikasi dan mengajarkan mereka," ujar salah satu peserta survei, Bayan Rashid.
Selain itu dia juga menungkapkan, para pekerja Indonesia beragama muslim, sehingga keduanya bisa saling berbagi tradisi dan keyakinan.
Tak hanya itu, dia juga menganggap anak-anaknya bisa lebih terjaga, karena dibesarkan dengan nilai-nilai agama Islam.
Hasil tersebut juga menunjukkan, 69% partisipan mengaku tak puas dengan pelatihan yang disediakan untuk para pekerja.
"Mereka tak bisa bekerja. Mereka bahkan tak tahu cara bersih-bersih," jelas Lamya Hammad, salah satu majjikan di negara tersebut.
Saat merima pembantu baru, dia membutuhkan waktu sedikitnya tiga bulan untuk mengajarinya memasak dan bersih-bersih. Dia sempat merasa bingung dengan kemampuan para pekerjanya tersebut.
Meski demikian, 70% dari para partisipan menilai upah PRT asing terlalu tinggi untuk kemampuan yang rendah tersebut. Partisipan dalam jumlah yang sama juga mengaku terlalu bergantung pada pembantunya.
Kementerian tenaga kerja juga mengungkapkan negaranya telah memiliki kesepakatan dengan sejumlah negara bahwa PRT yang dikirmkan ke Arab Saudi adalah mereka yang berketerampilan baik. (Sis/Ndw)