DPR: Bukan Rahasia, Uji KIR Hanya Formalitas

Sudah bukan rahasia lagi kalau pelaksanaan uji KIR terhadap para bus maupun angkutan umum lainnya hanya sebetas formalitas saja.

oleh Riski Adam diperbarui 22 Agu 2013, 12:39 WIB
Sebuah kecelakaan maut terjadi di kawasan Cisarua, Puncak, Jawa Barat. Bus Giri Indah bernopol B 7297 BI yang sedang membawa rombongan Gereja Bethel Indonesia Kelapa Gading terjun ke jurang di Jalan Raya Puncak KM 90 Tugu Utara, Cisarua, Bogor.

Akibat kecelakaan tersebut, 20 orang tewas meninggal dunia dan sekitar 36 orang lainnya luka-luka. Penyebab kecelakaan pun diduga kuat akibat rem yang blong dan kondisi fisik bus yang tidak begitu baik. Bahkan, bus pengangkut 54 penumpang itu tidak memperbaharui KIR selama 8 tahun sejak 2005.

Otomatis, kejadian ini mendapat kecaman dari berbagai pihak termasuk Komisi V DPR yang membidangi masalah perhubungan akibat kelaian kondisi kendaraan yang tidak menjadi perhatian serius bagi para pengusaha otobus dan dinas perhubungan setempat.

Anggota Komisi V DPR dari Fraksi Hanura, Saleh Husin menjelaskan, sudah bukan rahasia lagi kalau pelaksanaan uji KIR terhadap para bus maupun angkutan umum lainnya hanya sebetas formalitas saja. Nyatanya, masih banyak angkutan umum yang kondisi fisiknya tidak laik jalan tetapi tetap digunakan.

"Sudah bukan rahasia lagi kalau pelaksanaan uji KIR atau pengujian kendaraan bermotor di berbagai daerah kebanyakan hanya formalitas belaka yang akibatnya banyak kendaraan angkutan yang tidak layak jalan pun masih terus berkeliaran di jalan-jalan yang kadang dengan supir yang ugal-ugalan," kata Saleh dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (22/8/2013).

Saleh yang merupakan ketua DPP Partai Hanura ini mendesak kepada pemerintah untuk segera mengaudit dan mengevaluasi termasuk menata kembali mata rantai dan prosedur pelaksanaan uji KIR di seluruh daerah. Hal ini juga perlu dilakukan oleh pihak kepolisian terhadap pemberian SIM kepada para calon pengemudi angkutan umum maupun angkutan barang yang harus diperketat dan lebih selektif.

"Hal ini perlu dilakukan guna kita dapat mencegah dan menurunkan tingkat kecelakaan serta pengemudi angkutan yang tertib dan taat di jalan raya," tegasnya.

"Kejadian demi kejadian yang merenggut nyawa manusia terus berlangsung dan selalu dikatakan akibat rem blong, supir ugal-ugalan dan sebagainya, nah di sinilah yang harus menjadi perhatian serius semua instansi terkait dan kenapa bisa demikian? Untuk itu kita harus memulai dan jangan kita tunggu sampai kejadian berikutnya," tukas Saleh. (Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya