Pembangunan pabrik perusahaan multinasional yang bergerak di bidang petrokimia, Ferrostaal Industri Projects di Teluk Bintuni, Papua Barat terkendala alokasi gas yang belum pasti. Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat berjanji menyelesaikan masalah ini dalam waktu 1 bulan.
"Alokasi gas kesana kan masih terkendala. Nah mereka datang ke sini minta dibantu untuk itu. Saya minta waktu 1 bulan untuk kepastian gasnya itu," ujar Menteri Perindustrian (Menperin) di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis (22/8/2013).
Menurut Hidayat, sebenarnya rencana investasi perusahaan ini akan berjalan lancar jika alokasi gas ini tidak menjadi kendala. Bahkan alokasi gas ini sudah dapat dipastikan, maka proses pembangunan pabriknya pun bisa segera dimulai.
"Kalau kontrak gasnya sudah ada, ya di tahun itu juga mulai dibangun, misalnya kepastian tahun 2017 ya tahun itu juga langsung mulai. FS (feasibility studies) mereka kan sudah lengkap, tinggal menunggu kepastian gas, kalau sudah pasti planning mereka semua jalan," lanjut dia.
Hidayat sendiri sangat mendukung investasi ini karena pemerintah memang sedang membutuhkan investor untuk masuk ke wilayah Papua.
Selain itu, investasi ini diharapkan dapat mendorong pembentukan kawasan ekonomi khusus industri petrokimia dikawasan tersebut.
"Di Bintuni ini kan mau dibikin cluster-cluster juga kawasan ekonomi untuk petrokimia. Cita-cita saya kita punya fundamental industri seperti besi baja, petrokimia serta agro hulu dan hilir," tandas dia. (Dny/Nur)
"Alokasi gas kesana kan masih terkendala. Nah mereka datang ke sini minta dibantu untuk itu. Saya minta waktu 1 bulan untuk kepastian gasnya itu," ujar Menteri Perindustrian (Menperin) di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis (22/8/2013).
Menurut Hidayat, sebenarnya rencana investasi perusahaan ini akan berjalan lancar jika alokasi gas ini tidak menjadi kendala. Bahkan alokasi gas ini sudah dapat dipastikan, maka proses pembangunan pabriknya pun bisa segera dimulai.
"Kalau kontrak gasnya sudah ada, ya di tahun itu juga mulai dibangun, misalnya kepastian tahun 2017 ya tahun itu juga langsung mulai. FS (feasibility studies) mereka kan sudah lengkap, tinggal menunggu kepastian gas, kalau sudah pasti planning mereka semua jalan," lanjut dia.
Hidayat sendiri sangat mendukung investasi ini karena pemerintah memang sedang membutuhkan investor untuk masuk ke wilayah Papua.
Selain itu, investasi ini diharapkan dapat mendorong pembentukan kawasan ekonomi khusus industri petrokimia dikawasan tersebut.
"Di Bintuni ini kan mau dibikin cluster-cluster juga kawasan ekonomi untuk petrokimia. Cita-cita saya kita punya fundamental industri seperti besi baja, petrokimia serta agro hulu dan hilir," tandas dia. (Dny/Nur)