Bayi dari Deli Serdang, Sumatra Utara, lahir dengan kondisi tanpa tulang tempurung (batok) kepala. Organ otak yang seharusnya dilindungi tempurung kepala hanya dilindungi kulit kepala hingga membentuk benjolan di sebelah kiri.
Benjolan kulit pelindung itulah yang membuat Kania masih bisa bertahan meski tanpa mendapat perawatan medis yang maksimal.
Bayi Kania yang lahir 45 hari sebelumnya hanya bisa dirawat di rumah karena kondisi perekonomian membuat orangtua tak sanggup membiayai jika harus ke rumah sakit. Sang bayi akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Adam Malik Pusat Medah setelah puskesmas setempat memberi rujukan calon peserta Jamkesda.
Bayi Kania tak hanya mengalami kelainan tulang kepala, beberapa panca indranya juga tak sempurna karena tak berada di tempatnya. Liputan6 Siang, Jumat (23/8/2013), memberitakan, posisi mata dan hidung tak dilindungi masing-masing tulangnya.
Kepala Departemen Ilmu Bedah Syaraf Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Profesor Iskandar Djapardi yang juga spesialis syaraf menyebutkan, bayi ini menderita penyakit multiple congenital atau cacat akibat bawaan lahir. Kasus bayi lahir tanpa tulang tempurung kepala yang dialami Kania terbilang langka. Sebab kelainan otak diiringi ketidakberadaan tulang panca indra lainnya dan menyebabkan pertumbuhan otak terhambat.
"Ini menderita kelainan atau cacat bawaan lahir. Sementara ini penangan lanjutan belum bisa kita lakukan karena sifatnya cacat komplit. Dan ini sudah kita beritahukan kepada keluarga," kata Profesor Iskandar.
Ayah bayi Kania yang berpenghasilan pas-pasan sebagi buruh bangunan hanya bisa berharap uluran tangan dermawan untuk membantu meringankan derita buah hatinya.
(Mel)
Benjolan kulit pelindung itulah yang membuat Kania masih bisa bertahan meski tanpa mendapat perawatan medis yang maksimal.
Bayi Kania yang lahir 45 hari sebelumnya hanya bisa dirawat di rumah karena kondisi perekonomian membuat orangtua tak sanggup membiayai jika harus ke rumah sakit. Sang bayi akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Adam Malik Pusat Medah setelah puskesmas setempat memberi rujukan calon peserta Jamkesda.
Bayi Kania tak hanya mengalami kelainan tulang kepala, beberapa panca indranya juga tak sempurna karena tak berada di tempatnya. Liputan6 Siang, Jumat (23/8/2013), memberitakan, posisi mata dan hidung tak dilindungi masing-masing tulangnya.
Kepala Departemen Ilmu Bedah Syaraf Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Profesor Iskandar Djapardi yang juga spesialis syaraf menyebutkan, bayi ini menderita penyakit multiple congenital atau cacat akibat bawaan lahir. Kasus bayi lahir tanpa tulang tempurung kepala yang dialami Kania terbilang langka. Sebab kelainan otak diiringi ketidakberadaan tulang panca indra lainnya dan menyebabkan pertumbuhan otak terhambat.
"Ini menderita kelainan atau cacat bawaan lahir. Sementara ini penangan lanjutan belum bisa kita lakukan karena sifatnya cacat komplit. Dan ini sudah kita beritahukan kepada keluarga," kata Profesor Iskandar.
Ayah bayi Kania yang berpenghasilan pas-pasan sebagi buruh bangunan hanya bisa berharap uluran tangan dermawan untuk membantu meringankan derita buah hatinya.
(Mel)