Seorang atlet pasti tak lepas dari risiko cedera. Jika cederanya ringan, mungkin masih bisa ditangani. Tapi bagaimana jika cederanya berat hingga ia butuh istirahat.
Karena itu, Pengurus PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) dr Michael Triangto, Sp.KO meminta para atlet mengenali kondisinya. Latihan yang berat pasti memiliki cedera. Jika cedera, harus dicermati dan jika parah maka tentunya harus istirahat.
"Masalahnya adalah seringkali atlet tidak ada yang berani bicara mengenai kondisinya. Ia berusaha bertahan karena kalau ketahuan sakit, kemungkinan ia akan dikeluarkan dari tim," jelas Michael yang ditemui usai acara pembukaan 3rd Annual Scientific Meeting of Indonesian Hip and Knee Society (IHKS) di Gran Melia Hotel, Jakarta, Jumat (23/8/2013).
Kemudian selanjutnya, seorang atlet harus melakukan pengobatan secara teratur dan berkesinambungan.
"Atlet yang sembuh pasti harus latihan lagi. Meski latihan sedikit, pasti ada cedera lagi. Tapi apakah dia minum obat? terkadang atlet juga tidak mengetahui kemampuan tubuhnya. Padahal ini memengaruhi kemampuannya saat bertanding," ungkapnya.
Michael juga beranggapan bahwa edukasi kepada atlet juga penting. "Kondisi kesehatan atlet biasanya akan kami konsultasikan pada pelatih, pengurus dan atlet itu sendiri, tapi edukasi kepada atlet juga sangat penting agar ia mau memeriksakan dirinya secara teratur".
Michael menambahkan, seorang atlet tidak perlu takut mendengar kata operasi. Karena kadang-kadang ketika ia diminta konsultasi dengan spesialis bedah ortopedi, ia takut akan dioperasi.
"Ini belum tentu. Saya yakin dokter bedah tidak akan sembarangan ketika memutuskan seorang atlet harus operasi atau tidak. Pemikirannya panjang karena menyangkut prestasi dan masa depan atlet," tambahnya.
(Fit/Abd)
Karena itu, Pengurus PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) dr Michael Triangto, Sp.KO meminta para atlet mengenali kondisinya. Latihan yang berat pasti memiliki cedera. Jika cedera, harus dicermati dan jika parah maka tentunya harus istirahat.
"Masalahnya adalah seringkali atlet tidak ada yang berani bicara mengenai kondisinya. Ia berusaha bertahan karena kalau ketahuan sakit, kemungkinan ia akan dikeluarkan dari tim," jelas Michael yang ditemui usai acara pembukaan 3rd Annual Scientific Meeting of Indonesian Hip and Knee Society (IHKS) di Gran Melia Hotel, Jakarta, Jumat (23/8/2013).
Kemudian selanjutnya, seorang atlet harus melakukan pengobatan secara teratur dan berkesinambungan.
"Atlet yang sembuh pasti harus latihan lagi. Meski latihan sedikit, pasti ada cedera lagi. Tapi apakah dia minum obat? terkadang atlet juga tidak mengetahui kemampuan tubuhnya. Padahal ini memengaruhi kemampuannya saat bertanding," ungkapnya.
Michael juga beranggapan bahwa edukasi kepada atlet juga penting. "Kondisi kesehatan atlet biasanya akan kami konsultasikan pada pelatih, pengurus dan atlet itu sendiri, tapi edukasi kepada atlet juga sangat penting agar ia mau memeriksakan dirinya secara teratur".
Michael menambahkan, seorang atlet tidak perlu takut mendengar kata operasi. Karena kadang-kadang ketika ia diminta konsultasi dengan spesialis bedah ortopedi, ia takut akan dioperasi.
"Ini belum tentu. Saya yakin dokter bedah tidak akan sembarangan ketika memutuskan seorang atlet harus operasi atau tidak. Pemikirannya panjang karena menyangkut prestasi dan masa depan atlet," tambahnya.
(Fit/Abd)