Dampak buruk dari Intemittent Fasting (IF) tampaknya tidak terlalu banyak dialami oleh para pelakunya. Selain minusnya, diet dengan metode ini juga ada sisi positifnya yang bermanfaat untuk tubuh. Syaratnya, asal dikerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh.
Jika diet ini dengan benar dan sungguh-sungguh dilakukan oleh para pelakunya, menurut pakar nutrisi dan diet dari Universitas of Sidney, Leona Victoria Djajadi MnD, akan sangat efektif untuk menurunkan berat badan.
"Jadi, kalau kita benar-benar batasi makanan sewaktu jam puasanya, tetap olahraga dan pas jam makan dijaga enggak kalap, itu akan bagus," kata Leona, saat diwawancarai tim Health Liputan6.com, Jumat (23/8/2013)
Pada saat pelaku berpuasa, tambah dia, yang dibakar sebenarnya antara protein (otot) ini yang utama dan lemak. Kalau si pelaku diet tetap berolahraga, terutama weight training, itu berarti menjaga supaya jangan otot yang hilang sebagai sumber energi, tapi lapisan lemak.
"Dengan olahraga, kita menjaga metabolisme otot sebagai jaringan aktif yang tidak bisa digunakan sebagai sumber energi," tambah Liona.
Jadi, apabila ini dilakukan dengan sebaik-baiknya yang akan terjadi ketika berpuasa adalah lemak yang terbakar. Selain itu, pelaku diet akan terhindar dari dehidrasi, karena masih diperbolehkan untuk minum.
Selain itu, sewaktu makan bisa memenuhi kebutuhan karbohidrat harian yang baik untuk otak.
"Minimum 50-60 gram karbo per hari itu bisa dipenuhi waktu makan tiba," terang dia.
"Untuk bisa memenuhi semua kebutuhan harian di jam yang terbatas, dibutuhkan pengetahuan lebih, atau info tentang nutrisi yang baik," tambah dia.
Karena bila ini tidak dilakukan, bisa saja si pelaku diet makannya tidak komplet dengan makan malam dan goreng-gorengan sampai kenanya.
"Atau cuma makan nasi dan lauk, sayurnya dilupakan karena dianggap nggak penting," tutupnya.
(Adt/Igw)
Jika diet ini dengan benar dan sungguh-sungguh dilakukan oleh para pelakunya, menurut pakar nutrisi dan diet dari Universitas of Sidney, Leona Victoria Djajadi MnD, akan sangat efektif untuk menurunkan berat badan.
"Jadi, kalau kita benar-benar batasi makanan sewaktu jam puasanya, tetap olahraga dan pas jam makan dijaga enggak kalap, itu akan bagus," kata Leona, saat diwawancarai tim Health Liputan6.com, Jumat (23/8/2013)
Pada saat pelaku berpuasa, tambah dia, yang dibakar sebenarnya antara protein (otot) ini yang utama dan lemak. Kalau si pelaku diet tetap berolahraga, terutama weight training, itu berarti menjaga supaya jangan otot yang hilang sebagai sumber energi, tapi lapisan lemak.
"Dengan olahraga, kita menjaga metabolisme otot sebagai jaringan aktif yang tidak bisa digunakan sebagai sumber energi," tambah Liona.
Jadi, apabila ini dilakukan dengan sebaik-baiknya yang akan terjadi ketika berpuasa adalah lemak yang terbakar. Selain itu, pelaku diet akan terhindar dari dehidrasi, karena masih diperbolehkan untuk minum.
Selain itu, sewaktu makan bisa memenuhi kebutuhan karbohidrat harian yang baik untuk otak.
"Minimum 50-60 gram karbo per hari itu bisa dipenuhi waktu makan tiba," terang dia.
"Untuk bisa memenuhi semua kebutuhan harian di jam yang terbatas, dibutuhkan pengetahuan lebih, atau info tentang nutrisi yang baik," tambah dia.
Karena bila ini tidak dilakukan, bisa saja si pelaku diet makannya tidak komplet dengan makan malam dan goreng-gorengan sampai kenanya.
"Atau cuma makan nasi dan lauk, sayurnya dilupakan karena dianggap nggak penting," tutupnya.
(Adt/Igw)