Iran: Ada Bukti Pemberontak Suriah Gunakan Senjata Kimia

Serangan mematikan itu terjadi di daerah Damaskus pada Rabu 21 Agustus lalu.

oleh Ismoko Widjaya diperbarui 25 Agu 2013, 14:20 WIB
Iran, sekutu penting Damaskus, menyebut ada "bukti" pemberontak Suriah menggunakan senjata-senjata kimia dalam konflik dengan pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Iran mengutuk keras aksi pemberontak Suriah itu.

"Kami sangat cemas tentang informasi menyangkut penggunaan senjata-senjata kimia di Suriah, dan kami mengutuk keras penggunaan senjata-senjata seperti itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Araqchi, yang dikutip kantor berita ISNA, MinggU (25/8/2013).

"Ada bukti kelompok-kelompok teroris melakukan aksi ini," kata Araqchi mengacu pada serangan yang mematikan di daerah Damaskus pada Rabu 21 Agustus lalu, tanpa menjelaskan lebih jauh.

Iran juga memperingatkan terhadap setiap intervensi militer Barat dalam konflik 29 bulan, setelah Amerika Serikat menyatakan pihaknya akan mempertimbangkan kemungkinan seperti itu.

"Tidak ada izin internasional bagi satu intervensi militer di Suriah. Kami memperingatkan setiap aksi atau pernyataan-pernyataan dapat menimbulkan ketegangan lagi di kawasan itu. Saya mengharapkan para pejabat Gedung Putih menunjukkan kebijakan yang cukup arif tidak memasuki huruhara berbahaya," tambah Araqchi.

Organisasi utama oposisi Suriah Koalisi Nasional, menuduh pemerintah Bashar "membunuh" lebih dari 1.300 orang dalam serangan senjata-senjata kimia di pinggiran kota Damaskus. Peristiwa itu dibantah keras pemerintah.

"Kata-kata provokatif para pejabat AS atau mengirim kapal-kapal perang sama sekali tidak membantu menyelesaikan masalah itu, tetapi malah membuat situasi di kawasan itu lebih berbahaya," kata Araqchi.

Iran "dalam beberapa kesempatan mengumumkan bahwa krisis di Suriah tidak dapat diselesaikan secara militer... dan hanya dapat diselesaikan melalui perundingan perdamaian," katanya.

Iran adalah sekutu utama Damaskus di kawasan itu dan secara reguler memperingatkan terhadap kelompok garis keras yang punya hubungan dengan Al Qaida berperang di negara itu. (Ant/Ism)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya