Steve Ballmer telah mengumumkan rencana pensiun sebagai CEO Microsoft dalam 12 bulan ke depan. Tentu ini keputusan yang bisa memberi dampak besar terhadap Microsoft. Sebab Ballmer telah menjadi CEO selama 13 tahun, bahkan menggantikan pendiri Microsoft Bill Gates yang 'hijrah' ke dunia filantropi pada tahun 2000. Tentu akan ada perubahan besar pasca-Ballmer.
Microsoft sudah membentuk komite khusus untuk mencari pengganti Ballmer di posisi CEO, yang diisi oleh sejumlah petinggi di dewan direksi. Komite itu terdiri dari John Thompson, Chuck Noski, Steve Luczo, dan masih melibatkan Bill Gates.
Selain mencari CEO dari internal Microsoft, ada kemungkinan CEO baru dipilih dari luar perusahaan. Lalu siapa saja yang berpeluang atau diprediksi cocok sebagai CEO Microsoft berikutnya? Mengutip The Verge dan ZD Net yang Liputan6.com kutip Senin (26/8/2013), berikut sejumlah nama yang dipertimbangkan.
Internal
Tony Bates
Saat ini Tony Bates menjabat sebagai Executive Vice President untuk Pengembangan Bisnis serta Evangelisme. Bates baru bergabung dengan Microsoft bersamaan dengan akuisisi yang dilakukan terhadap Skype, dan menjadi Presiden untuk Divisi Skype. Posisinya yang memimpin bidang Evangelisme tentu menjadi pertimbangan, sebab bagian inilah yang dikenal begitu fanatik dan paham betul dengan produk Microsoft. Apalagi Bates juga pernah memiliki jabatan penting di perusahaan besar seperti Cisco.
Kevin Turner
Menjabat sebagai Kepala Operasional atau COO tentu menjadi pertimbangan tersendiri bagi Komite. Selama ini Turner merupakan orang kepercayaan Ballmer. Tapi sayangnya Turner disebut tak akrab dengan para pegawai Microsoft.
Tami Reller
Posisinya saat ini adalah Executive Vice Presidentu untuk Marketing. Reller bergabung dengan Microsoft di 2001 silam ketika Microsoft membeli Great Plains Software. Di Microsoft Reller berperan penting di Divisi Windows, dan telah bergabung sejak 2007 untuk menjalankan strategi dan perkembangan perangkat berbasis Windows.
Satya Nadella
Begitu banyak unit bisnis di Microsoft yang sudah 'dicicipi' Nadella. Saat ini Nadella menjabat Executive Vice President untuk Cloud dan Enterprise. Berbagai produk unggulan pun pernah dipoles Nadella, sebut saja Bing, MSN, dan divisi iklan. Tentu pengalamannya ini jadi pertimbangan.
Eksternal
Stephen Elop
Saat ini Elop memang masih menjabat sebagai CEO Nokia. Tapi Elop pernah menjabat sebagai Presiden untuk Divisi Bisnis Microsoft, sebelum bergabung ke Nokia pada 2010. Di bawah kepemimpinan Elop, Nokia mengandalkan sistem operasi Windows Phone di lini produk Lumia. Sepertinya memang masih ada keterkaitan erat antara Elop dengan perusahaan lamanya itu.
Steven Sinofsky
Nama ini juga merupakan eks Microsoft yang menjadi Presiden Divisi Windows. Banyak yang menyebut Sinofsky masih memiliki pengaruh di Microsoft. Tapi wataknya yang keras juga kurang disukai yang lain. Sinofsky juga mundur dengan rumor yang menyebut karena konflik dengan Ballmer.
Reed Hastings
Nama ini juga bukanlah 'murni' eksternal. CEO Netflix ini pernah berada di jajaran Dewan Direksi selama lima tahun. Hastings juga dikenal sering memberikan pujian terhadap Microsoft di bawah kepemimpinan Ballmer. Keunggulan utama, tentu saja Hastings sukses menjadikan Netflix sebagai layanan streaming yang siap menjadi media alternatif menggeser televisi tradisional. (gal)
Microsoft sudah membentuk komite khusus untuk mencari pengganti Ballmer di posisi CEO, yang diisi oleh sejumlah petinggi di dewan direksi. Komite itu terdiri dari John Thompson, Chuck Noski, Steve Luczo, dan masih melibatkan Bill Gates.
Selain mencari CEO dari internal Microsoft, ada kemungkinan CEO baru dipilih dari luar perusahaan. Lalu siapa saja yang berpeluang atau diprediksi cocok sebagai CEO Microsoft berikutnya? Mengutip The Verge dan ZD Net yang Liputan6.com kutip Senin (26/8/2013), berikut sejumlah nama yang dipertimbangkan.
Internal
Tony Bates
Saat ini Tony Bates menjabat sebagai Executive Vice President untuk Pengembangan Bisnis serta Evangelisme. Bates baru bergabung dengan Microsoft bersamaan dengan akuisisi yang dilakukan terhadap Skype, dan menjadi Presiden untuk Divisi Skype. Posisinya yang memimpin bidang Evangelisme tentu menjadi pertimbangan, sebab bagian inilah yang dikenal begitu fanatik dan paham betul dengan produk Microsoft. Apalagi Bates juga pernah memiliki jabatan penting di perusahaan besar seperti Cisco.
Kevin Turner
Menjabat sebagai Kepala Operasional atau COO tentu menjadi pertimbangan tersendiri bagi Komite. Selama ini Turner merupakan orang kepercayaan Ballmer. Tapi sayangnya Turner disebut tak akrab dengan para pegawai Microsoft.
Tami Reller
Posisinya saat ini adalah Executive Vice Presidentu untuk Marketing. Reller bergabung dengan Microsoft di 2001 silam ketika Microsoft membeli Great Plains Software. Di Microsoft Reller berperan penting di Divisi Windows, dan telah bergabung sejak 2007 untuk menjalankan strategi dan perkembangan perangkat berbasis Windows.
Satya Nadella
Begitu banyak unit bisnis di Microsoft yang sudah 'dicicipi' Nadella. Saat ini Nadella menjabat Executive Vice President untuk Cloud dan Enterprise. Berbagai produk unggulan pun pernah dipoles Nadella, sebut saja Bing, MSN, dan divisi iklan. Tentu pengalamannya ini jadi pertimbangan.
Eksternal
Stephen Elop
Saat ini Elop memang masih menjabat sebagai CEO Nokia. Tapi Elop pernah menjabat sebagai Presiden untuk Divisi Bisnis Microsoft, sebelum bergabung ke Nokia pada 2010. Di bawah kepemimpinan Elop, Nokia mengandalkan sistem operasi Windows Phone di lini produk Lumia. Sepertinya memang masih ada keterkaitan erat antara Elop dengan perusahaan lamanya itu.
Steven Sinofsky
Nama ini juga merupakan eks Microsoft yang menjadi Presiden Divisi Windows. Banyak yang menyebut Sinofsky masih memiliki pengaruh di Microsoft. Tapi wataknya yang keras juga kurang disukai yang lain. Sinofsky juga mundur dengan rumor yang menyebut karena konflik dengan Ballmer.
Reed Hastings
Nama ini juga bukanlah 'murni' eksternal. CEO Netflix ini pernah berada di jajaran Dewan Direksi selama lima tahun. Hastings juga dikenal sering memberikan pujian terhadap Microsoft di bawah kepemimpinan Ballmer. Keunggulan utama, tentu saja Hastings sukses menjadikan Netflix sebagai layanan streaming yang siap menjadi media alternatif menggeser televisi tradisional. (gal)
