Di tengah ancaman krisis yang bakal mengancam perekonomian nasional, Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) mengklaim bisnis Bank Perkreditan Rakyat (BPR) takkan terkena pengaruh cukp besar.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Perbarindo Joko Suyanto saat ditemui di Hotel Novotel, Kompleks Mangga Dua Square, Jakarta, Senin (26/8/2013), menjelaskan ketangguhan BPR dikarenakan bisnis yang dikembangkannya menyasar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang diketahui tak terimbas gejolak ekonomi yang kini telah melanda perekonomian global.
Untuk membuktikan klaimnya tersebut, BPR mengungkapkan kinerja kredit BPR hingga semester I-2013 telah meningkat 20,6% (year-on-year) atau naik Rp 9,6 triliun. "Total penghimpunan dana masyarakat sudah sebesar Rp58 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 19,23%," jelas Joko.
Menurut Joko ketangguhan bisnis BPR dalam menahan imbas gejolak ekonomi global juga disebabkan basis usaha industri lebih mengarah ke konsumer, terutama UKM.
Saat ini, jumlah debitur di industri BPR sudah mencapai 3,2 juta nasabah. "BPR secara industri masih aman dan baik, di tengah gejolak yang terjadi saat ini," tegasnya.
Bahkan, Perbarindo memperkirakan pertumbuhan kredit hingga akhir Desember 2013 bisa mencapai 22%. "Kami akan mempertahankan NPL (kredit bermasalah) di bawah 5%," katanya.
Untuk tetap menjaga kekuatan BPR, Perbarindo mengaku telah memiliki dua strategi utama yaitu menjaga portofolio outstanding yang sehat. Kedua, tetap menjaga likuiditas untuk dapat melayani masyarakat. (Yas/Shd)
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Perbarindo Joko Suyanto saat ditemui di Hotel Novotel, Kompleks Mangga Dua Square, Jakarta, Senin (26/8/2013), menjelaskan ketangguhan BPR dikarenakan bisnis yang dikembangkannya menyasar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang diketahui tak terimbas gejolak ekonomi yang kini telah melanda perekonomian global.
Untuk membuktikan klaimnya tersebut, BPR mengungkapkan kinerja kredit BPR hingga semester I-2013 telah meningkat 20,6% (year-on-year) atau naik Rp 9,6 triliun. "Total penghimpunan dana masyarakat sudah sebesar Rp58 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 19,23%," jelas Joko.
Menurut Joko ketangguhan bisnis BPR dalam menahan imbas gejolak ekonomi global juga disebabkan basis usaha industri lebih mengarah ke konsumer, terutama UKM.
Saat ini, jumlah debitur di industri BPR sudah mencapai 3,2 juta nasabah. "BPR secara industri masih aman dan baik, di tengah gejolak yang terjadi saat ini," tegasnya.
Bahkan, Perbarindo memperkirakan pertumbuhan kredit hingga akhir Desember 2013 bisa mencapai 22%. "Kami akan mempertahankan NPL (kredit bermasalah) di bawah 5%," katanya.
Untuk tetap menjaga kekuatan BPR, Perbarindo mengaku telah memiliki dua strategi utama yaitu menjaga portofolio outstanding yang sehat. Kedua, tetap menjaga likuiditas untuk dapat melayani masyarakat. (Yas/Shd)