Ibu yang menyusui umumnya khawatir jika harus minum obat atau divaksin. Alasannya hanya satu takut membahayakan bayinya. Padahal, kebanyakan obat dan vaksin aman buat ibu menyusui. Hal ini berdasarkan laporan dari para dokter anak di Amerika Serikat (AS).
Namun, kedepannya obat-obatan yang aman dikonsumsi diusulkan menggunakan label `laktasi`.
Menurut laporan American Academy of Pediatrics yang berkonsultasi dengan FDA AS, label baru yang diusulkan itu untuk menggantikan label sebelumnya, yakni `ibu menyusui`. Dengan label `laktasi` itu akan memberikan informasi yang lebih rinci potensi membahayakan obat ke bayi yang menyusui.
FDA merupakan pihak yang mendorong perubahan tersebut dengan meminta pembuat obat mempelajari bagaimana obat bisa memengaruhi menyusui dan lebih mengkomunikasikan informasi ke wanita dan dokter.
"Karena kita tahu bahwa menyusui memiliki manfaat yang baik untuk perkembangan dan kesehatan bagi ibu dan bayi, kita mendorong penelitian di bidang ini sehingga dokter bisa membuat keputusan cara terbaik untuk mengobati pasiennya," kata penulis penelitian, Dr. Hari Cheryl Sachs, yang merupakan dokter anak.
Pendukung ASI menyambut baik laporan yang dipublikasikan di Jurnal Pediatrics tersebut.
Menurut Konsultan Laktasi dan Juru Bicara La Leche League International, Diana West mengatakan, dengan informasi yang jelas membuat ibu yang menyusui tak perlu menyapih bayinya jika harus mengonsumsi obat.
"Ini benar-benar berita bagus dan kemajuan untuk ibu menyusui," kata West.
Direktur InfantRisk Center di Texas Tech University Health Sciences Center di Lubbock, Thomas Hale, mengatakan, kebanyakan label obat yang kini digunakan hanya memberikan peringatan untuk ibu hamil.
Ia menjelaskan, ketika studi laktasi belum dilakukan, dokter masih bisa menduga-duga apakah obat itu akan masuk ke dalam ASI dan apakah itu akan membahayakan bayi, berdasarkan pada ukuran molekul dan sifat kimia lainnya obat .
Dokter juga harus mempertimbangkan masa pengobatan, risiko terapi jangka pendek dibandingkan dengan terapi jangka panjang, ketika menggunakan narkoba.
Ada beberapa kasus ketika obat bisa membahayakan bayi yang menyusui. Senyawa radioaktif yang digunakan agen kontras dalam pengobatan kanker membuat menyusui harus berhenti. Untuk itu, prosedur pencitraan elektif harus ditunda sampai seorang wanita tidak lagi menyusui.
Beberapa obat penghilang rasa sakit narkotika, termasuk codeine, oxycodone (Oxycontin) dan propoxyphene (Darvon), menyebabkan masalah serius dalam ASI bayi. Untuk itu, laporan menunjukkan dokter menghindari resep obat penghilang rasa sakit narkotika untuk ibu menyusui.
Obat-obatan seperti ibuprofen (Advil, Motrin), acetaminophen (Tylenol) dan naproxen (Aleve) mungkin pilihan yang lebih aman untuk menghilangkan rasa sakit.
(Mel/*)
Namun, kedepannya obat-obatan yang aman dikonsumsi diusulkan menggunakan label `laktasi`.
Menurut laporan American Academy of Pediatrics yang berkonsultasi dengan FDA AS, label baru yang diusulkan itu untuk menggantikan label sebelumnya, yakni `ibu menyusui`. Dengan label `laktasi` itu akan memberikan informasi yang lebih rinci potensi membahayakan obat ke bayi yang menyusui.
FDA merupakan pihak yang mendorong perubahan tersebut dengan meminta pembuat obat mempelajari bagaimana obat bisa memengaruhi menyusui dan lebih mengkomunikasikan informasi ke wanita dan dokter.
"Karena kita tahu bahwa menyusui memiliki manfaat yang baik untuk perkembangan dan kesehatan bagi ibu dan bayi, kita mendorong penelitian di bidang ini sehingga dokter bisa membuat keputusan cara terbaik untuk mengobati pasiennya," kata penulis penelitian, Dr. Hari Cheryl Sachs, yang merupakan dokter anak.
Pendukung ASI menyambut baik laporan yang dipublikasikan di Jurnal Pediatrics tersebut.
Menurut Konsultan Laktasi dan Juru Bicara La Leche League International, Diana West mengatakan, dengan informasi yang jelas membuat ibu yang menyusui tak perlu menyapih bayinya jika harus mengonsumsi obat.
"Ini benar-benar berita bagus dan kemajuan untuk ibu menyusui," kata West.
Direktur InfantRisk Center di Texas Tech University Health Sciences Center di Lubbock, Thomas Hale, mengatakan, kebanyakan label obat yang kini digunakan hanya memberikan peringatan untuk ibu hamil.
Ia menjelaskan, ketika studi laktasi belum dilakukan, dokter masih bisa menduga-duga apakah obat itu akan masuk ke dalam ASI dan apakah itu akan membahayakan bayi, berdasarkan pada ukuran molekul dan sifat kimia lainnya obat .
Dokter juga harus mempertimbangkan masa pengobatan, risiko terapi jangka pendek dibandingkan dengan terapi jangka panjang, ketika menggunakan narkoba.
Ada beberapa kasus ketika obat bisa membahayakan bayi yang menyusui. Senyawa radioaktif yang digunakan agen kontras dalam pengobatan kanker membuat menyusui harus berhenti. Untuk itu, prosedur pencitraan elektif harus ditunda sampai seorang wanita tidak lagi menyusui.
Beberapa obat penghilang rasa sakit narkotika, termasuk codeine, oxycodone (Oxycontin) dan propoxyphene (Darvon), menyebabkan masalah serius dalam ASI bayi. Untuk itu, laporan menunjukkan dokter menghindari resep obat penghilang rasa sakit narkotika untuk ibu menyusui.
Obat-obatan seperti ibuprofen (Advil, Motrin), acetaminophen (Tylenol) dan naproxen (Aleve) mungkin pilihan yang lebih aman untuk menghilangkan rasa sakit.
(Mel/*)