RI Banyak Impor Produk Olahan, Mentan: Itu Terlalu Rawan

Indonesia masih mengandalkan impor produk olahan pertanian. Menurut Menteri Pertanian Suswono, hal itu terlalu rawan dan merugikan petani.

oleh Septian Deny diperbarui 28 Agu 2013, 16:13 WIB
Saat ini sekitar 70% produk pertanian dalam negeri dijual dalam bentuk primer, seperti biji kakao, kelapa sawit, jagung.  Namun di sisi lain, Indonesia masih mengandalkan impor produk olahan pertanian.

"Ini menjadi rawan terhadap fluktuasi harga yang merugikan petani, kita juga tidak dapat menikmati nilai tambah dari produk pertaniannya," katanya di Hotel Atlet Century Park, Jakarta Pusat, Rabu (28/8/2013).

Jika 50% dari produk primer pertanian dapat diolah di dalam negeri, lanjut dia, maka akan banyak keuntungan yang didapatkan seperti meningkatkan sumber pendapatan negara dari pajak, menurunkan pengangguran, perkembangan usaha pertanian, meningkatnya daya beli masyarakat, dan mengurangi pengeluaran devisa

Untuk mengurangi ketergantungan impor beberapa bahan pangan, Indonesia harus serius dalam pembangunan infrastruktur yang berhubungan dengan pertanian. Dengan begitu, akan meningkatkan produksi bahan pangan sekaligus menarik minat para investor dibidang pertanian ini.

"Potensi pertanian diseluruh Indonesia hampir merata dan menjanjikan sedangkan pertanian ini sangat penting karena masalah pangan ini kedepannya akan menjadi permasalahan global. Nah di Indonesia Infrastrukturnya yang masih kurang," ujarnya.

Menurut Suswono, masih rendahnya ketertarikan para investor terhadap bidang pertanian karena dari segi infrastruktur penunjang pertanian masih kurang terutama di luar wilayah Pulau Jawa, seperti jalan, irigasi, serta lahan yang terus mengalami penurunan kesuburan di Pulau Jawa.

"Selain itu juga margin dibidang ini kan tipis, sehingga investor juga enggan. Mereka paling lebih suka ke CPO yang harganya lebih tinggi dan stabil," kata dia. (Dny/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya