Kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) memang sangat meresahkan masyarakat. Hal ini pula yang dirasakan oleh pengusaha media, Hary Tanoesoedibjo.
"Saya gemas lihat dolar AS naik," kata dia singkat ketika ditemui di acara Gala Dinner MNC Business 3rd Anniversary & Awarding, Jakarta, Rabu (28/8/2013) malam.
Saat ditanya lebih jauh mengenai keinginan untuk melepas dolar AS demi rupiah, salah satu konglomerat di Indonesia ini mengaku tak mempunyai mata uang berdenominasi dolar AS.
"Saya tidak punya dolar, tapi rupiah banyak. Kalau tidak percaya, coba lihat laporan keuangan PT Global Mediacom Tbk (BMTR), rupiahnya sampai lebih dari Rp 4 triliun," tegasnya.
Dia juga menampik kepemilikan aset lain dalam mata uang dolar AS. "Tidak ada (aset lain bentuk dolar). Semuanya rupiah karena saya ingin Indonesia tumbuh," ujarnya.
Akibat penguatan dolar AS, Hary mengeluhkan hanya akan memberikan keuntungan bagi para spekulan. "Spekulan yang untung, tapi ekonomi dalam negeri rusak," tukas dia.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Hubungan Masyarakat Bank Indonesia, Difi A Johansyah menilai, pihaknya belum menemukan adanya spekulan yang memanfaatkan kenaikan dolar AS.
"Aku belum menemukannya (spekulan). Intinya, penguatan dolar hanya masalah pada sisi suplai dan demand saja," tandasnya. (Fik/Ndw)
"Saya gemas lihat dolar AS naik," kata dia singkat ketika ditemui di acara Gala Dinner MNC Business 3rd Anniversary & Awarding, Jakarta, Rabu (28/8/2013) malam.
Saat ditanya lebih jauh mengenai keinginan untuk melepas dolar AS demi rupiah, salah satu konglomerat di Indonesia ini mengaku tak mempunyai mata uang berdenominasi dolar AS.
"Saya tidak punya dolar, tapi rupiah banyak. Kalau tidak percaya, coba lihat laporan keuangan PT Global Mediacom Tbk (BMTR), rupiahnya sampai lebih dari Rp 4 triliun," tegasnya.
Dia juga menampik kepemilikan aset lain dalam mata uang dolar AS. "Tidak ada (aset lain bentuk dolar). Semuanya rupiah karena saya ingin Indonesia tumbuh," ujarnya.
Akibat penguatan dolar AS, Hary mengeluhkan hanya akan memberikan keuntungan bagi para spekulan. "Spekulan yang untung, tapi ekonomi dalam negeri rusak," tukas dia.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Hubungan Masyarakat Bank Indonesia, Difi A Johansyah menilai, pihaknya belum menemukan adanya spekulan yang memanfaatkan kenaikan dolar AS.
"Aku belum menemukannya (spekulan). Intinya, penguatan dolar hanya masalah pada sisi suplai dan demand saja," tandasnya. (Fik/Ndw)