Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang demikian besar khususnya di sektor minyak dan gas bumi. Sayangnya, hingga saat ini, Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia belum bisa mengelola dengan baik kekayaan tersebut.
Persatuan Insinyur Profesional Indonesia (PIPI) Raswari MM mengatakan saat ini lembaganya akan terus menciptakan SDM yang berkompeten disektor Migas. Harapannya, para pekerja terdidik itu dapat meningkatkan produksi Migas.
"Potensi sektor migas luar bisa, cuma yang mengelola bukan orang yang berpotensi. Permasalahan Migas, kita harus mendorong semuanya," Raswari, di hotel Rizt Carlton Mega Kuningan Jakarta, Kamis (29/8/2013).
Salah satu penyebab minimnya SDM potensial tersebut adalah ketidakjelasan regulasi dan kurang promosinya Indonesia di luar negeri. Hal ini pula yang membuat investasi Migas belum mampu menarik investor dalam jumlah besar.
"Kita kekurangan oil karena regulasi dan kurang bekerjanya dubes-dubes kita di negara asing. Seharusnya dubes-dubes kita itu, sebagai marketing kita untuk sektor migas, investasi. Tenaga kerja mereka kurang bergerak," tutur Raswari.
Selain itu, ruwetnya perizinan dan peraturan juga memicu sulitnya perkembangnya sektor Migas. PIPI berharap pemerintah segera merespon kondisi tersbeut agar segala proses di sektor Migas dapat lebih dipercepat.
"Pemerintah kita birokrasi kita lambat, padahal dinamika dunia cepat sekali bergerak. Birokrasi ini harus bisa triger untuk bekerja lebih cepat. Pemerintah kita harus beri punishment dan reward," pungkasnya. (Pew/Shd)
Persatuan Insinyur Profesional Indonesia (PIPI) Raswari MM mengatakan saat ini lembaganya akan terus menciptakan SDM yang berkompeten disektor Migas. Harapannya, para pekerja terdidik itu dapat meningkatkan produksi Migas.
"Potensi sektor migas luar bisa, cuma yang mengelola bukan orang yang berpotensi. Permasalahan Migas, kita harus mendorong semuanya," Raswari, di hotel Rizt Carlton Mega Kuningan Jakarta, Kamis (29/8/2013).
Salah satu penyebab minimnya SDM potensial tersebut adalah ketidakjelasan regulasi dan kurang promosinya Indonesia di luar negeri. Hal ini pula yang membuat investasi Migas belum mampu menarik investor dalam jumlah besar.
"Kita kekurangan oil karena regulasi dan kurang bekerjanya dubes-dubes kita di negara asing. Seharusnya dubes-dubes kita itu, sebagai marketing kita untuk sektor migas, investasi. Tenaga kerja mereka kurang bergerak," tutur Raswari.
Selain itu, ruwetnya perizinan dan peraturan juga memicu sulitnya perkembangnya sektor Migas. PIPI berharap pemerintah segera merespon kondisi tersbeut agar segala proses di sektor Migas dapat lebih dipercepat.
"Pemerintah kita birokrasi kita lambat, padahal dinamika dunia cepat sekali bergerak. Birokrasi ini harus bisa triger untuk bekerja lebih cepat. Pemerintah kita harus beri punishment dan reward," pungkasnya. (Pew/Shd)