Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai Bank Indonesia (BI) tidak memiliki jalan lain untuk menstabilkan moneter selain menaikkan suku bunga acuan BI Rate 50 basis poin. Mesk diakui, keputusan bank sentral tersebut bakal membuat para pelaku merugi.
"Biaya pasti naik karena perbankan akan menaikkan suku bunga mereka. Tapi saya pikir tidak ada jalan lain. Pengusaha kan ada untung rugi, dan kalau saat ini rugi sedikit, tak apa-apa," ucap Ketua Umum Apindo Sofjan Wanandi usai acara Indonesia-IMF di Jakarta, Kamis (29/8/2013).
Kalangan pengusaha mengaku memaklumi keputusan BI yang menaikkan BI rate karena harys mengawal laju inflasi yang semakin meningkat. Dengan kebijakan tersebut, diharapkan para pemodal akan menyimpan dananya di sejumlah instrumen deposito di tanah air.
Sofjan mengaku tak khawatir dengan kebijakan BI yang memang disiapkan untuk stabilisasi moneter Indonesia. Apalagi pengaruh dari kebijakan baru yang dikeluarkan BI tersebut tidak berdampai terlalu besar bagi pelaku usaha.
"Ini memang salah satu yang kami usulkan untuk tightening money dengan cara menaikkan interest rate. Imbasnya tidak besar, karena lebih besar pengaruhnya kalau punya exchange rate tidak jelas akibat impor bahan baku yang mencapai 70%-80%," tandasnya.
Ekonom dari Econit, Hendri Saparini menambahkan kebijakan BI menaikkan BI rate merupakan pilihan dilematik yang harus diambil bank sentral.
"Di satu sisi Kebon Sirih (BI) tidak percaya Lapangan Banteng (Kementerian Keuangan) mau melakukan kebijakan dan Lapangan Banteng tidak memiliki detail (kebijakan). Kalau tidak menyuruh naikkan suku bunga kan repot," jelas dia.(Fik/Shd)
"Biaya pasti naik karena perbankan akan menaikkan suku bunga mereka. Tapi saya pikir tidak ada jalan lain. Pengusaha kan ada untung rugi, dan kalau saat ini rugi sedikit, tak apa-apa," ucap Ketua Umum Apindo Sofjan Wanandi usai acara Indonesia-IMF di Jakarta, Kamis (29/8/2013).
Kalangan pengusaha mengaku memaklumi keputusan BI yang menaikkan BI rate karena harys mengawal laju inflasi yang semakin meningkat. Dengan kebijakan tersebut, diharapkan para pemodal akan menyimpan dananya di sejumlah instrumen deposito di tanah air.
Sofjan mengaku tak khawatir dengan kebijakan BI yang memang disiapkan untuk stabilisasi moneter Indonesia. Apalagi pengaruh dari kebijakan baru yang dikeluarkan BI tersebut tidak berdampai terlalu besar bagi pelaku usaha.
"Ini memang salah satu yang kami usulkan untuk tightening money dengan cara menaikkan interest rate. Imbasnya tidak besar, karena lebih besar pengaruhnya kalau punya exchange rate tidak jelas akibat impor bahan baku yang mencapai 70%-80%," tandasnya.
Ekonom dari Econit, Hendri Saparini menambahkan kebijakan BI menaikkan BI rate merupakan pilihan dilematik yang harus diambil bank sentral.
"Di satu sisi Kebon Sirih (BI) tidak percaya Lapangan Banteng (Kementerian Keuangan) mau melakukan kebijakan dan Lapangan Banteng tidak memiliki detail (kebijakan). Kalau tidak menyuruh naikkan suku bunga kan repot," jelas dia.(Fik/Shd)