Citizen6, Tuban: Kelenteng Kwan Sing Bio memang tampak seperti bangunan kelenteng pada umumnya. Didominasi warna merah, kuning dan hijau yang terang pada bangunannya dengan banyak hiasan Naga,lampion dan lilin berbagai ukuran. Dan tentu saja bau dupa dan hio yang senantiasa menguar dari dalam kelenteng.
Namun ternyata ada banyak kisah menarik di kelenteng yang berada sekitar 2 km arah barat dari pusat kota ini.
Kelenteng Kwan Sing Bio berada di Jalan Raya R.E. Martadinata , Tuban – Jawa Timur. Cukup mudah menuju ke kelenteng ini karena lokasinya yang berada di tepi jalan raya utama jalur Pantai Utara Jawa dengan banyak angkutan umum yang melintasinya.
Hiasan Satwa Bermakna Simbolis
Kelenteng Kwan Sing Bio menganut ajaran Tri Dharma yaitu Budha, Tao dan Konghucu dengan pemujaan pada dewa utamanya yaitu Dewa Kwan Kong. Selaras dengan arti nama Kwan Sing Bio yang berarti kelenteng untuk memuja dan menghormati Dewa Kwan Kong.
Sebelum memasuki kelenteng Kwan Sing Bio, sebuah gerbang dengan bentuk khasnya akan menyambut pengunjung kelenteng. Di bagian atas gerbang itu terdapat hiasan seekor kepiting yang berukuran cukup besar. Di Indonesia, hiasan kepiting itu konon cuma ada di kelenteng ini.
Hiasan kepiting yang seolah menjadi ikon Kelenteng Kwan Sing Bio itu ternyata berkaitan dengan sejarah awal kelenteng yang diperkirakan dibangun pada abad 18 ini. Karena dulunya , lokasi dibangunnya kelenteng ini adalah daerah tambak dengan banyak hewan kepiting hidup dan berkembang biak di sekitarnya.
“ Untuk mengenang bagian dari sejarah tempat awal dibangunnya kelenteng Kwan Sing Bio itulah kemudian digunakan hewan kepiting sebagai hiasan di kelenteng , “ ujar Kiswanto (70) , umat kelenteng. Kwan Sing Bio.
Tak hanya itu, hewan kepiting itu ternyata juga bermakna simbolis karena dipercaya dapat memberi perlindungan pada kelenteng dan umatnya dari pengaruh unsur-unsur jahat sekaligus mengusirnya.
Makna-makna simbolis tentang nilai-nilai kehidupan itu juga terdapat pada banyaknya hiasan satwa pada beberapa bagian bangunan kelenteng baik yang berupa relief, patung, lukisan dan sebagainya.
Sekitar 5 meter tepat di belakang gerbang, bangunan utama kelenteng Kwan Sing Bio berdiri dengan anggunnya. Di bagian depan kelenteng dan di dalam bangunan utama pada sebelah kanan dan kiri pintu masuk terdapat sepasang patung singa dengan posisi duduk . Patung singa ini juga bermakna simbolis sebagai kekuatan dan penjaga kelenteng.
Arca Dewa Kwan Kong
Bangunan utama kelenteng Kwan Sing Bio terbagi menjadi 3 bagian ruangan dengan banyak petugas kelenteng yang hilir mudik membantu keperluan umat kelenteng. Ruangan yang pertama di bagian depan untuk membakar dupa dan hio dengan terdapat banyak lilin berbagai ukuran . Di ruangan ini sambil membakar dupa atau hio, umat kelenteng bersembahyang dengan menghadap utara, ke arah laut.
Sedangkan di ruangan yang kedua yang berada di bagian tengah digunakan untuk melakukan sembahyang dan juga menaruh buah-buah persembahannya.
Untuk ruangan ketiga yang terdapat di bagian belakang inilah terdapat Arca Dewa Kwan Kong dan arca dewa-dewa lainnya yang dikeramatkan. Umat dan pengunjung kelenteng dilarang keras untuk memotret ruangan ini dengan segala isinya.
Di depan arca Dewa Kwan Kong inilah biasanya umat atau pengnjung kelenteng melakukan ritual jiam sie untuk berbagai keperluan seperti kelancaran usaha, kesehatan dan pengobatan atau sekedar untuk menerawang peruntungan dan nasib pada karir, jodoh dan sebagainya.
Kompleks kelenteng Kwan Sing Bio memiliki luas areal sekitar 4-5 hektar dengan berbagai bangunan dan fungsi, yang menjadikan kelenteng ini dikenal sebagai kelenteng yang paling besar dan luas di Indonesia.
Di sebelah barat kelenteng terdapat ruangan untuk pembaca jiam sie, kantor, berlatih barongsai dan liang-liong,dan stand souvenir. Sedangkan di sebelah timur terdapat ruangan Altar Tri Nabi untuk beribadah umat Tri Darma.
Di ruangan ini terdapat arca Nabi Khong Hu Cu, Nabi Lao Tze dan Budha Gautama. Di dekat pintu masuknya terdapat pajangan seekor harimau yang telah diawetkan. Ada juga panggung mini untuk pementasan kesenian wayang potehi.
Legenda Sembilan Gada Suci
Di belakang bangunan utama kelenteng terdapat taman yang disebut Taman Dua Naga karena disana terdapat patung sepasang naga.
Yang menarik, di belakang taman itu terdapat bangunan Sembilan Gada Suci untuk menyimpan bendera dan panji-panji, barongsai, dan liang-liong khusus untuk persembahyangan dan pemujaan Dewa Kwan Kong, Di dalam ruangan yang berkaca ini juga terdapat patung Dewa Kwan Kong yang berukuran cukup besar.
Sementara di bagian luarnya pada sebelah kanan-kiri dan depan terdapat patung-patung para tokoh pembesar dalam sejarah dan legenda China. Patung-patung itu ditampilkan dengan penggarapan pada ekspresi, detail dan warna yang cukup bagus dan menarik.
Di belakang bangunan Sembilan Gada Suci terdapat ruangan semacam aula yang cukup luas dengan relief-relief berisi kisah legenda China yang berukuran cukup besar pada dinding di bagian barat dan timur.
Pada langit-langit ruangan ini terdapat ornament bergambar lambing umat Tri Darma yaitu Swastika ( Budha ) , Yin dan Yang ( Khong Hucu ) dan Genta Rohani ( Konfusius )
Ruangan ini dulunya digunakan sebagai tempat menginap bagi umat atau pengunjung yang ingin bermalam dengan menggelar karpet atau matras yang disediakan oleh pihak kelenteng.
Melangkahkan kaki keluar dari ruangan ini di bagian belakangnya terdapat halaman yang sangat luas. Di halaman inilah terdapat bangunan yang cukup megah laksana istana kaisar China lengkap dengan gerbang, taman , kolam dan jembatan penghubung .
Bangunan yang cukup menarik dan artistik ini digunakan sebagai panggung terbuka untuk pentas kesenian ala Tionghoa. Banyak pengunjung yang masuk ke istana ini untuk menikmati keindahannya sambil tak lupa berfoto ria.
Di sebelah barat terdapat bangunan yang berfungsi sebagai tempat makan dan dapur umum. Siapapun dan kapan pun boleh makan disana secara gratis dengan jenis makanan yang disediakan oleh pihak kelenteng.
Di belakang bangunan pangggung kesenian ini terdapat bangunan bertingkat yang besar dan megah dengan hiasan kepiting di bagian atasnya . Seolah belum lengkap, di kompleks kelenteng ini rencananya juga menyusul akan dibangun Pagoda Sembilan Lantai yang sangat megah.
Selain relief dan patung naga dan singa ,pada beberapa bagian bangunan di kelenteng juga terdapat relief bergambar burung phoenix ( Feng ), kuda bertanduk atau Unicorn ( Kili ), kuda ( Ma), rusa, bangau dan harimau dengan arti filosofisnya masing-masing.
Ada hal yang menarik di lorong pintu masuk di sebelah barat kelenteng yang terdapat pilar-pilar berhiaskan relief naga dan burung Hong. Selain itu juga terdapat relief berukuran jumbo dengan nuansa tiga dimensinya. Relief itu bergambar Candi Borobudur di dininding sebelah barat dan Tembok raksasa di dinding sebalah Timur.
Ritual Tolak bala
Kelenteng Kwan Sing Bio sering digunakan sebagai tempat untuk ritual Ciswak atau Fung Shen . Keduanya adalah ritual untuk membuang sial bagi orang yang sedang bermasalah pada kehidupannya atau yang merasa shio-nya jiong ( bertentangan) dengan tahun yang sedang dijalani.
Kedua ritual itu dilakukan dengan membeli seekor atau beberapa ekor penyu atau kura-kura dan menuliskan doa-doa dan nama yang bersangkutan pada tempurung (karapas) penyu atau kura-kura dalam huruf Cina. Ritual dilakukan di halaman kelenteng oleh petugas pembaca Jiam sie. ( Heri Agung Fitrianto/kw )
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com
Namun ternyata ada banyak kisah menarik di kelenteng yang berada sekitar 2 km arah barat dari pusat kota ini.
Kelenteng Kwan Sing Bio berada di Jalan Raya R.E. Martadinata , Tuban – Jawa Timur. Cukup mudah menuju ke kelenteng ini karena lokasinya yang berada di tepi jalan raya utama jalur Pantai Utara Jawa dengan banyak angkutan umum yang melintasinya.
Hiasan Satwa Bermakna Simbolis
Kelenteng Kwan Sing Bio menganut ajaran Tri Dharma yaitu Budha, Tao dan Konghucu dengan pemujaan pada dewa utamanya yaitu Dewa Kwan Kong. Selaras dengan arti nama Kwan Sing Bio yang berarti kelenteng untuk memuja dan menghormati Dewa Kwan Kong.
Sebelum memasuki kelenteng Kwan Sing Bio, sebuah gerbang dengan bentuk khasnya akan menyambut pengunjung kelenteng. Di bagian atas gerbang itu terdapat hiasan seekor kepiting yang berukuran cukup besar. Di Indonesia, hiasan kepiting itu konon cuma ada di kelenteng ini.
Hiasan kepiting yang seolah menjadi ikon Kelenteng Kwan Sing Bio itu ternyata berkaitan dengan sejarah awal kelenteng yang diperkirakan dibangun pada abad 18 ini. Karena dulunya , lokasi dibangunnya kelenteng ini adalah daerah tambak dengan banyak hewan kepiting hidup dan berkembang biak di sekitarnya.
“ Untuk mengenang bagian dari sejarah tempat awal dibangunnya kelenteng Kwan Sing Bio itulah kemudian digunakan hewan kepiting sebagai hiasan di kelenteng , “ ujar Kiswanto (70) , umat kelenteng. Kwan Sing Bio.
Tak hanya itu, hewan kepiting itu ternyata juga bermakna simbolis karena dipercaya dapat memberi perlindungan pada kelenteng dan umatnya dari pengaruh unsur-unsur jahat sekaligus mengusirnya.
Makna-makna simbolis tentang nilai-nilai kehidupan itu juga terdapat pada banyaknya hiasan satwa pada beberapa bagian bangunan kelenteng baik yang berupa relief, patung, lukisan dan sebagainya.
Sekitar 5 meter tepat di belakang gerbang, bangunan utama kelenteng Kwan Sing Bio berdiri dengan anggunnya. Di bagian depan kelenteng dan di dalam bangunan utama pada sebelah kanan dan kiri pintu masuk terdapat sepasang patung singa dengan posisi duduk . Patung singa ini juga bermakna simbolis sebagai kekuatan dan penjaga kelenteng.
Arca Dewa Kwan Kong
Bangunan utama kelenteng Kwan Sing Bio terbagi menjadi 3 bagian ruangan dengan banyak petugas kelenteng yang hilir mudik membantu keperluan umat kelenteng. Ruangan yang pertama di bagian depan untuk membakar dupa dan hio dengan terdapat banyak lilin berbagai ukuran . Di ruangan ini sambil membakar dupa atau hio, umat kelenteng bersembahyang dengan menghadap utara, ke arah laut.
Sedangkan di ruangan yang kedua yang berada di bagian tengah digunakan untuk melakukan sembahyang dan juga menaruh buah-buah persembahannya.
Untuk ruangan ketiga yang terdapat di bagian belakang inilah terdapat Arca Dewa Kwan Kong dan arca dewa-dewa lainnya yang dikeramatkan. Umat dan pengunjung kelenteng dilarang keras untuk memotret ruangan ini dengan segala isinya.
Di depan arca Dewa Kwan Kong inilah biasanya umat atau pengnjung kelenteng melakukan ritual jiam sie untuk berbagai keperluan seperti kelancaran usaha, kesehatan dan pengobatan atau sekedar untuk menerawang peruntungan dan nasib pada karir, jodoh dan sebagainya.
Kompleks kelenteng Kwan Sing Bio memiliki luas areal sekitar 4-5 hektar dengan berbagai bangunan dan fungsi, yang menjadikan kelenteng ini dikenal sebagai kelenteng yang paling besar dan luas di Indonesia.
Di sebelah barat kelenteng terdapat ruangan untuk pembaca jiam sie, kantor, berlatih barongsai dan liang-liong,dan stand souvenir. Sedangkan di sebelah timur terdapat ruangan Altar Tri Nabi untuk beribadah umat Tri Darma.
Di ruangan ini terdapat arca Nabi Khong Hu Cu, Nabi Lao Tze dan Budha Gautama. Di dekat pintu masuknya terdapat pajangan seekor harimau yang telah diawetkan. Ada juga panggung mini untuk pementasan kesenian wayang potehi.
Legenda Sembilan Gada Suci
Di belakang bangunan utama kelenteng terdapat taman yang disebut Taman Dua Naga karena disana terdapat patung sepasang naga.
Yang menarik, di belakang taman itu terdapat bangunan Sembilan Gada Suci untuk menyimpan bendera dan panji-panji, barongsai, dan liang-liong khusus untuk persembahyangan dan pemujaan Dewa Kwan Kong, Di dalam ruangan yang berkaca ini juga terdapat patung Dewa Kwan Kong yang berukuran cukup besar.
Sementara di bagian luarnya pada sebelah kanan-kiri dan depan terdapat patung-patung para tokoh pembesar dalam sejarah dan legenda China. Patung-patung itu ditampilkan dengan penggarapan pada ekspresi, detail dan warna yang cukup bagus dan menarik.
Di belakang bangunan Sembilan Gada Suci terdapat ruangan semacam aula yang cukup luas dengan relief-relief berisi kisah legenda China yang berukuran cukup besar pada dinding di bagian barat dan timur.
Pada langit-langit ruangan ini terdapat ornament bergambar lambing umat Tri Darma yaitu Swastika ( Budha ) , Yin dan Yang ( Khong Hucu ) dan Genta Rohani ( Konfusius )
Ruangan ini dulunya digunakan sebagai tempat menginap bagi umat atau pengunjung yang ingin bermalam dengan menggelar karpet atau matras yang disediakan oleh pihak kelenteng.
Melangkahkan kaki keluar dari ruangan ini di bagian belakangnya terdapat halaman yang sangat luas. Di halaman inilah terdapat bangunan yang cukup megah laksana istana kaisar China lengkap dengan gerbang, taman , kolam dan jembatan penghubung .
Bangunan yang cukup menarik dan artistik ini digunakan sebagai panggung terbuka untuk pentas kesenian ala Tionghoa. Banyak pengunjung yang masuk ke istana ini untuk menikmati keindahannya sambil tak lupa berfoto ria.
Di sebelah barat terdapat bangunan yang berfungsi sebagai tempat makan dan dapur umum. Siapapun dan kapan pun boleh makan disana secara gratis dengan jenis makanan yang disediakan oleh pihak kelenteng.
Di belakang bangunan pangggung kesenian ini terdapat bangunan bertingkat yang besar dan megah dengan hiasan kepiting di bagian atasnya . Seolah belum lengkap, di kompleks kelenteng ini rencananya juga menyusul akan dibangun Pagoda Sembilan Lantai yang sangat megah.
Selain relief dan patung naga dan singa ,pada beberapa bagian bangunan di kelenteng juga terdapat relief bergambar burung phoenix ( Feng ), kuda bertanduk atau Unicorn ( Kili ), kuda ( Ma), rusa, bangau dan harimau dengan arti filosofisnya masing-masing.
Ada hal yang menarik di lorong pintu masuk di sebelah barat kelenteng yang terdapat pilar-pilar berhiaskan relief naga dan burung Hong. Selain itu juga terdapat relief berukuran jumbo dengan nuansa tiga dimensinya. Relief itu bergambar Candi Borobudur di dininding sebelah barat dan Tembok raksasa di dinding sebalah Timur.
Ritual Tolak bala
Kelenteng Kwan Sing Bio sering digunakan sebagai tempat untuk ritual Ciswak atau Fung Shen . Keduanya adalah ritual untuk membuang sial bagi orang yang sedang bermasalah pada kehidupannya atau yang merasa shio-nya jiong ( bertentangan) dengan tahun yang sedang dijalani.
Kedua ritual itu dilakukan dengan membeli seekor atau beberapa ekor penyu atau kura-kura dan menuliskan doa-doa dan nama yang bersangkutan pada tempurung (karapas) penyu atau kura-kura dalam huruf Cina. Ritual dilakukan di halaman kelenteng oleh petugas pembaca Jiam sie. ( Heri Agung Fitrianto/kw )
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com