Harga Minyak Turun Diserang Aksi Ambil Untung

Harga minyak dunia turun akibat serangan aksi ambil untung merespons perdebatan rencana aksi militer tentara Amerika Serikat (AS) ke Suriah.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 05 Sep 2013, 06:50 WIB
Harga minyak turun pada perdagangan Rabu (Kami pagi WIB) akibat serangan aksi ambil untung (profit taking) merespons perdebatan rencana aksi militer tentara Amerika Serikat (AS) ke Suriah.

Seperti dikutip dari Xinhua, Kamis (5/9/2013), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun US$ 1,31 menjadi US$ 107,23 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara harga minyak Brent, patikan untuk minyak mentah interasional, untuk pengiriman Oktober terkikis US$ 0,77 menjadi US$ 114,91 per barel.

Di Stockholm, Presiden AS Barack Obama menyatakan mengaku masyarakat internasional sudah mulai bersiap-siap, sehari setelah dia memperoleh restu untuk para pemimpin Kongres untuk meluncurkan serangan terhadap Suriah.

Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS mencapai kesepakatan pada Selasa malam untuk mengizinkan aksi militer tentara AS ke Suriah. Pemungutan suara anggota senat pada hari Rabu merupakan ujian pertama dukungan kongres untuk merestui permintaan Obama agar diberikan kewenangan untuk melakukan serangan militer ke Suriah.

Meskipun kekhawatiran terhadap konflik Suriah sedang berlangsung, agaknya pasar minyak justru kehilangan momentumnya setelah mengalami kenaikan dalam beberapa pekan terakhir.

Namun, kemungkinan serangan militer AS terhadap pemerintah Suriah memicu kekhawatiran atas pasokan minyak di Timur Tengah, di mana sepertiga dari minyak mentah dunia dipompa, dan mendorong harga minyak yang lebih tinggi.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Rabu memperingatkan terhadap setiap tindakan militer AS di Suriah tanpa persetujuan PBB.

Minyak mentah bergerak lebih rendah karena pasar percaya serangan terhadap Suriah akan tetap terbatas, sehingga mengurangi kekhawatiran terhadap gangguan pasokan di Timur Tengah. (Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya