Citizen6,Tuban: Bumi Wali adalah salah satu julukan bagi daerah Tuban-Jawa Timur. Sebutan itu karena di daerah ini banyak terdapat makam wali atau orang-orang yang dianggap berpengaruh dan berjasa dalam syiar agama Islam. Salah satu di antara wali itu adalah Sunan Bonang, yang makamnya menjadi tujuan wisata Religi. Makam Sunan Bonang berada di pusat kota Tuban , tepatnya di sebelah barat dan di belakang Masjid Agung Tuban.
Memasuki kawasan wisata Religi makam Sunan Bonang banyak terdapat toko dan kios dengan beraneka barang
dagangannya. Pada bagian depan terdapat gapura berbentuk paduraksa. Berjarak sekitar 100 meter berikutnya ada gapura lagi dengan satu pintu masuk di bagian tengah. Gapura itu cukup rendah sehingga untuk memasuki harus dengan agak menunduk.
Gapura yang berwana putih dengan hiasan tulisan arab dan ukir-ikran di bagian atas danitu tingginya sekitar 2,5 meter dengan atap terbuat dari kayu dan berbentuk sirap. Melewati gapura ini sekitar 10 meter berikutnya ada lagi gapura berbentuk paduraksa dengan tinggi sekitar 5 meter.
Sayangnya, keberadaan banyak lapak di sekitar gapura itu terasa cukup mengganggu pengunjung untuk menikmati keindahan bangunan gapura. Meja atau tenda-tenda lapak tampak menutupi bagian depan gapura sehingga praktis bangunan gapura ini tidak tampak bentuknya jika dilihat dari depan. Bentuk bangunan gapura ini baru terlihat dari bagian belakangnya.
Pada beberapa bagian dinding gapura terdapat lubang-lubang berbentuk lingkaran yang mungkin dulunya merupakan tempat ditempelkannya beberapa keramik kuno. Tapi entah karena faktor penjarahan atau yang lainnya, kini tak ada satupun keramik kuno yang tersisa dan menempel pada dinding gapura itu. Melewati gapura ini terdapat masjid Astana Sunan Bonang dan kantor.
Pada bagian utara masjid ini terdapat makam dengan beberapa batu nisan yang berbentuk kuno. Di kanan dan kiri terdapat bangunan berpagar besi dan beratap kayu yang digunakan untuk menyimpan benda-benda purbakala seperti nisan batu berukir, batu berbagai bentuk, lumpang batu, dan sebagainya.
Sedangkan di bagian tengahnya tampak berdiri kokoh gapura paduraksa yang telah mengalami pemugaran pada beberapa tahun yang lalu. Gapura ini tampak lebih aman dari jarahan tangan-tangan jahil. Di gapura masih banyak terdapat hiasan keramik kuno yang menempel di dinding.Keramik-keramik berbentuk lingkaran itu ada yang berwarna putih, krem, dan biru dengan hiasan tulisan arab dan motif lainnya di bagian tengah dan tepinya.
Di belakang gapura ini terdapat pula bangunan dinding yang disebut Gapura Kelir setinggi 1,5 meter dan panjang 4 meter dengan piring keramik kuno sebanyak 17 buah yang beraneka ukuran menempel pada dindingnya. Makam Sunan Bonang itu sendiri terletak sekitar 50 meter dari gapura ini dengan berada di antara banyak makam. Makam Sunan Bonang yang dikelilingi oleh makam beberapa kerabatnya itu berada pada bangunan yang berbentuk cungkup dengan Kemuncak ( hiasan puncak bangunan ) terbuat dari perunggu.
Atapnya juga berbentuk sirap yang terbuat dari kayu yang cukup rendah. Pengunjung yang berziarah dan memasuki Ruangan makam Sunan Bonang ini dibatasi jumlahnya. Sedangkan pengunjung lainnya berziarah dan berdoa dengan duduk bersimpuh atau bersila di luar ruangan makam. Banyaknya pengunjung yang berziarah dan berwisata religi ke makam Sunan Bonang ini menjadikan rangkaian bacaan doa, tahlil, dan Ayat-ayat suci Alquran senantiasa mengalun seolah tiada hentinya dari makam sang Sunan.
Sunan Bonang dikenal bernama Raden Maulana Makdum Ibrahim dan diperkirakan lahir tahun 1465 dan wafat 1525. Merupakan putra Raden Rahmat atau lebih dikenal Sunan Ampel dalam pernikahannya dengan Nyai Ageng Manila. Dalam syiar islam di Nusantara, Sunan Bonang menggunakan pendekatan dengan tasawuf dan Sastra.
Salah satunya dengan adanya suluk-suluk, yakni semacam puisi, tembang atau lagu ciptaan Sunan Bonang dengan bahasa prosa, yang berisikan tentang ajaran Islam. Kitab ini dinamakan Suluk Kangkung Sunan Bonang, dan kemungkinan berisikan ajaran-ajaran Sunan Bonang yang diberikan kepada murid-muridnya. Makam Sunan Bonang menjadi salah satu khazanah Wisata Religi yang ada di Bumi Wali ini. (Deni Saputra/Mar)
Deni Saputra adalah pewarta warga yang tinggal Sendangharjo Gg I no 145 Tuban 62319 Jawa Timur.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, Ramadan atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Memasuki kawasan wisata Religi makam Sunan Bonang banyak terdapat toko dan kios dengan beraneka barang
dagangannya. Pada bagian depan terdapat gapura berbentuk paduraksa. Berjarak sekitar 100 meter berikutnya ada gapura lagi dengan satu pintu masuk di bagian tengah. Gapura itu cukup rendah sehingga untuk memasuki harus dengan agak menunduk.
Gapura yang berwana putih dengan hiasan tulisan arab dan ukir-ikran di bagian atas danitu tingginya sekitar 2,5 meter dengan atap terbuat dari kayu dan berbentuk sirap. Melewati gapura ini sekitar 10 meter berikutnya ada lagi gapura berbentuk paduraksa dengan tinggi sekitar 5 meter.
Sayangnya, keberadaan banyak lapak di sekitar gapura itu terasa cukup mengganggu pengunjung untuk menikmati keindahan bangunan gapura. Meja atau tenda-tenda lapak tampak menutupi bagian depan gapura sehingga praktis bangunan gapura ini tidak tampak bentuknya jika dilihat dari depan. Bentuk bangunan gapura ini baru terlihat dari bagian belakangnya.
Pada beberapa bagian dinding gapura terdapat lubang-lubang berbentuk lingkaran yang mungkin dulunya merupakan tempat ditempelkannya beberapa keramik kuno. Tapi entah karena faktor penjarahan atau yang lainnya, kini tak ada satupun keramik kuno yang tersisa dan menempel pada dinding gapura itu. Melewati gapura ini terdapat masjid Astana Sunan Bonang dan kantor.
Pada bagian utara masjid ini terdapat makam dengan beberapa batu nisan yang berbentuk kuno. Di kanan dan kiri terdapat bangunan berpagar besi dan beratap kayu yang digunakan untuk menyimpan benda-benda purbakala seperti nisan batu berukir, batu berbagai bentuk, lumpang batu, dan sebagainya.
Sedangkan di bagian tengahnya tampak berdiri kokoh gapura paduraksa yang telah mengalami pemugaran pada beberapa tahun yang lalu. Gapura ini tampak lebih aman dari jarahan tangan-tangan jahil. Di gapura masih banyak terdapat hiasan keramik kuno yang menempel di dinding.Keramik-keramik berbentuk lingkaran itu ada yang berwarna putih, krem, dan biru dengan hiasan tulisan arab dan motif lainnya di bagian tengah dan tepinya.
Di belakang gapura ini terdapat pula bangunan dinding yang disebut Gapura Kelir setinggi 1,5 meter dan panjang 4 meter dengan piring keramik kuno sebanyak 17 buah yang beraneka ukuran menempel pada dindingnya. Makam Sunan Bonang itu sendiri terletak sekitar 50 meter dari gapura ini dengan berada di antara banyak makam. Makam Sunan Bonang yang dikelilingi oleh makam beberapa kerabatnya itu berada pada bangunan yang berbentuk cungkup dengan Kemuncak ( hiasan puncak bangunan ) terbuat dari perunggu.
Atapnya juga berbentuk sirap yang terbuat dari kayu yang cukup rendah. Pengunjung yang berziarah dan memasuki Ruangan makam Sunan Bonang ini dibatasi jumlahnya. Sedangkan pengunjung lainnya berziarah dan berdoa dengan duduk bersimpuh atau bersila di luar ruangan makam. Banyaknya pengunjung yang berziarah dan berwisata religi ke makam Sunan Bonang ini menjadikan rangkaian bacaan doa, tahlil, dan Ayat-ayat suci Alquran senantiasa mengalun seolah tiada hentinya dari makam sang Sunan.
Sunan Bonang dikenal bernama Raden Maulana Makdum Ibrahim dan diperkirakan lahir tahun 1465 dan wafat 1525. Merupakan putra Raden Rahmat atau lebih dikenal Sunan Ampel dalam pernikahannya dengan Nyai Ageng Manila. Dalam syiar islam di Nusantara, Sunan Bonang menggunakan pendekatan dengan tasawuf dan Sastra.
Salah satunya dengan adanya suluk-suluk, yakni semacam puisi, tembang atau lagu ciptaan Sunan Bonang dengan bahasa prosa, yang berisikan tentang ajaran Islam. Kitab ini dinamakan Suluk Kangkung Sunan Bonang, dan kemungkinan berisikan ajaran-ajaran Sunan Bonang yang diberikan kepada murid-muridnya. Makam Sunan Bonang menjadi salah satu khazanah Wisata Religi yang ada di Bumi Wali ini. (Deni Saputra/Mar)
Deni Saputra adalah pewarta warga yang tinggal Sendangharjo Gg I no 145 Tuban 62319 Jawa Timur.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, Ramadan atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.