Kontroversi masalah rooting Android telah bergulir sejak sistem operasi besutan Google ini ditransformasi menjadi platform perangkat mobile pada tahun 2009. Ada yang bilang rooting itu aktivitas ilegal, namun banyak pula yang bilang itu legal.
Menurut pengamat dunia teknologi dan pakar Android dari komunitas Gatorade IT, Lucky Sebastian, bila dilihat dari sisi historis dan sifat dasar sistem operasinya, kegiatan me-rooting perangkat Android dapat dikatakan sebagai suatu hal yang legal dan sah-sah saja.
Sebab, sejak awal Google menciptakan Android sebagai sebuah platform perangkat yang bersifat terbuka atau biasa disebut open-source. Pada platform bersifat open-source seperti Android, sistem kernel (inti platform) memang sengaja dihadirkan dengan sejumlah celah yang memungkinkan pihak lain untuk mengaksesnya.
Hal ini pun dilakukan Google dari mulai Android versi paling lawas, 1.5 CupCake, hingga yang paling terkini, yaitu Android versi 4.4 KitKat. Google melakukan hal itu bukan tanpa tujuan yang jelas.
Sengaja Dibuka
Melalui sistem open-source mereka sengaja membuka pintu selebar-lebarnya bagi para pengembang dan pihak ketiga untuk mengeksplorasi platform Android hingga batas kemampuan maksimal. Langkah ini diyakini dapat membantu proses penyempurnaan sistem operasi menjadi lebih cepat, dan berkembang lebih pesat.
"Orang-orang di Google sana kan tidak bodoh, celah yang ada di kernel Android bukan sebuah kesalahan atau ketidaksengajaan. Mereka memang sengaja membebaskan penggunanya untuk mengakses dan terus memacu kemampuan software. Ini adalah filosofi dasar dari platform open-source," jelas Lucky saat ditemui tim Tekno Liputan6.com.
Lebih lanjut Lucky menjelaskan, kegiatan rooting Android memang menjadi sebuah kontroversi sejak produsen perangkat melakukan pembatasan-pembatasan akses terhadap software di perangkatnya. Namun, menurut Lucky hal itu tidak menyalahi aturan.
Bila dilihat dari kacamata industri, pihak vendor perangkat juga memiliki hak untuk menetapkan aturan-aturan guna melindungi produk dan keuntungan mereka.
"Saya rasa cukup fair kalau pihak produsen mengambil langkah-langkah untuk melindungi sumber keuntungan mereka," jelas Lucky.
Namun Lucky dengan tegas menyatakan, "produsen boleh saja mengambil langkah-langkah proteksi. Akan tetapi, sebuah perangkat bila sudah dimiliki dan berada di tangan pengguna, maka perangkat tersebut sepenuhnya menjadi hak pengguna, beserta segala resiko dan konsekuensinya. Ini baru fair!"
Sekilas tentang rooting
Seperti yang diketahui, rooting adalah proses yang memungkinkan pengguna perangkat Android untuk mencapai kontrol istimewa -- akses penuh/superuser -- dalam subsistem program Android.
Hal ini dilakukan dengan tujuan mengatasi keterbatasan yang ditetapkan oleh operator dan produsen perangkat. Bila sukses, proses rooting memungkinkan pengguna untuk menjalankan aplikasi khusus yang tadinya tidak bisa dijalankan, atau bahkan mengakses program yang sebelumnya dinyatakan tidak dapat diakses oleh pengguna Android biasa. Selain itu, rooting juga kerap dimanfaatkan oleh pengguna untuk memfasilitasi update sistem operasi.
Namun bila gagal, perangkat Anda bisa saja gagal dan mengalami hang saat melakukan proses tersebut, bahkan dapat membuatnya tidak berfungsi total untuk selama-lamanya. Mayoritas vendor perangkat juga memiliki kebijakan untuk menghapus jaminan garansi pada perangkat yang sudah menjalani proses rooting. (dhi/dew)
Menurut pengamat dunia teknologi dan pakar Android dari komunitas Gatorade IT, Lucky Sebastian, bila dilihat dari sisi historis dan sifat dasar sistem operasinya, kegiatan me-rooting perangkat Android dapat dikatakan sebagai suatu hal yang legal dan sah-sah saja.
Sebab, sejak awal Google menciptakan Android sebagai sebuah platform perangkat yang bersifat terbuka atau biasa disebut open-source. Pada platform bersifat open-source seperti Android, sistem kernel (inti platform) memang sengaja dihadirkan dengan sejumlah celah yang memungkinkan pihak lain untuk mengaksesnya.
Hal ini pun dilakukan Google dari mulai Android versi paling lawas, 1.5 CupCake, hingga yang paling terkini, yaitu Android versi 4.4 KitKat. Google melakukan hal itu bukan tanpa tujuan yang jelas.
Sengaja Dibuka
Melalui sistem open-source mereka sengaja membuka pintu selebar-lebarnya bagi para pengembang dan pihak ketiga untuk mengeksplorasi platform Android hingga batas kemampuan maksimal. Langkah ini diyakini dapat membantu proses penyempurnaan sistem operasi menjadi lebih cepat, dan berkembang lebih pesat.
"Orang-orang di Google sana kan tidak bodoh, celah yang ada di kernel Android bukan sebuah kesalahan atau ketidaksengajaan. Mereka memang sengaja membebaskan penggunanya untuk mengakses dan terus memacu kemampuan software. Ini adalah filosofi dasar dari platform open-source," jelas Lucky saat ditemui tim Tekno Liputan6.com.
Lebih lanjut Lucky menjelaskan, kegiatan rooting Android memang menjadi sebuah kontroversi sejak produsen perangkat melakukan pembatasan-pembatasan akses terhadap software di perangkatnya. Namun, menurut Lucky hal itu tidak menyalahi aturan.
Bila dilihat dari kacamata industri, pihak vendor perangkat juga memiliki hak untuk menetapkan aturan-aturan guna melindungi produk dan keuntungan mereka.
"Saya rasa cukup fair kalau pihak produsen mengambil langkah-langkah untuk melindungi sumber keuntungan mereka," jelas Lucky.
Namun Lucky dengan tegas menyatakan, "produsen boleh saja mengambil langkah-langkah proteksi. Akan tetapi, sebuah perangkat bila sudah dimiliki dan berada di tangan pengguna, maka perangkat tersebut sepenuhnya menjadi hak pengguna, beserta segala resiko dan konsekuensinya. Ini baru fair!"
Sekilas tentang rooting
Seperti yang diketahui, rooting adalah proses yang memungkinkan pengguna perangkat Android untuk mencapai kontrol istimewa -- akses penuh/superuser -- dalam subsistem program Android.
Hal ini dilakukan dengan tujuan mengatasi keterbatasan yang ditetapkan oleh operator dan produsen perangkat. Bila sukses, proses rooting memungkinkan pengguna untuk menjalankan aplikasi khusus yang tadinya tidak bisa dijalankan, atau bahkan mengakses program yang sebelumnya dinyatakan tidak dapat diakses oleh pengguna Android biasa. Selain itu, rooting juga kerap dimanfaatkan oleh pengguna untuk memfasilitasi update sistem operasi.
Namun bila gagal, perangkat Anda bisa saja gagal dan mengalami hang saat melakukan proses tersebut, bahkan dapat membuatnya tidak berfungsi total untuk selama-lamanya. Mayoritas vendor perangkat juga memiliki kebijakan untuk menghapus jaminan garansi pada perangkat yang sudah menjalani proses rooting. (dhi/dew)