Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan pekan pertama September 2013 dengan menguat 21,49 poin (0,53%) ke level 4.072,35. Indeks yang sebelumnya terperosok di zona merah mampu berbalik alih dan menutup akhir pekan dengan bertengger di zona hijau.
IHSG pekan pertama September ini mencetak level terendahnya di posisi 4.050,86 dengan posisi tertinginya di level 4.164,01.
Selama sepekan terakhir, pasar modal domestik didominasi aksi pelemahan yang dipicu oleh kekhawatiran pelaku pasar. Munculnya isu invasi militer pemerintah Amerika Serikat (AS) dalam konflik Suriah menyulut spekulasi bakal melonjaknya harga komoditas minyak mentah dunia. Kenaikan inilah yang dikhawatirkan akan mendorong neraca perdagangan Indonesia makin defisit karena masih tingginya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Dalam sepekan ini, sektor komoditas yang selam ini menjadi anak tiri, beberapa kali sempat bergerak di zona hijau. Padahal, seluruh sektor saham umumnya melemah karena tekanan sentimen negatif dari dalam dan luar negeri. Membaiknya data manufaktur China dan Eropa diduga menjadi pemicu maraknya aksi beli saham-saham komoditas terutama emiten sektor mineral.
Bagaimana sebetulnya gerak IHSG sepekan ini? Apa saja faktor utama penggerus indeks dan sektor saham mana yang menjadi tumbalnya? Berikut video wawancara Liputan6.com dengan Head of Research PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo:
IHSG pekan pertama September ini mencetak level terendahnya di posisi 4.050,86 dengan posisi tertinginya di level 4.164,01.
Selama sepekan terakhir, pasar modal domestik didominasi aksi pelemahan yang dipicu oleh kekhawatiran pelaku pasar. Munculnya isu invasi militer pemerintah Amerika Serikat (AS) dalam konflik Suriah menyulut spekulasi bakal melonjaknya harga komoditas minyak mentah dunia. Kenaikan inilah yang dikhawatirkan akan mendorong neraca perdagangan Indonesia makin defisit karena masih tingginya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Dalam sepekan ini, sektor komoditas yang selam ini menjadi anak tiri, beberapa kali sempat bergerak di zona hijau. Padahal, seluruh sektor saham umumnya melemah karena tekanan sentimen negatif dari dalam dan luar negeri. Membaiknya data manufaktur China dan Eropa diduga menjadi pemicu maraknya aksi beli saham-saham komoditas terutama emiten sektor mineral.
Bagaimana sebetulnya gerak IHSG sepekan ini? Apa saja faktor utama penggerus indeks dan sektor saham mana yang menjadi tumbalnya? Berikut video wawancara Liputan6.com dengan Head of Research PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo: