Kontes kecantikan dunia Miss World ke-63 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, dan Bogor, Jawa Barat, terus mendapat penolakan sejumlah elemen. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut kontes Miss World sebagai cermin penjajahan budaya yang mengancam kepribadian anak-anak Indonesia.
"Ajang Miss World merupakan cermin penjajahan moral bangsa yang didiamkan oleh Negara. Ini sangat mengancam ketahanan kita sebagai bangsa yang berbudaya, melanggar prinsip perlindungan anak," kata Ketua Divisi Sosialisasi KPAI, Asrorun Niam Sholeh melalui siaran pers yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Sabtu (7/9/2013).
Asrorun menjelaskan salah satu hak anak adalah memperoleh jaminan untuk menikmati budayanya sendiri. Sementara Miss World yang merupakan kontes kecantikan yang berbasis fisik dan cenderung eksploitatif terhadap harkat kemanusiaan adalah bentuk invasi budaya impor, yang tidak sejalan dengan budaya bangsa.
"Saatnya perang semesta melawan penjajahan moral yang dapat mendegradasi moral anak-anak Indonesia," jelas Asrorun yang juga Komisioner KPAI Bidang Budaya.
Asrorun menambahakn acara Miss World hanya menonjolkan sisi hedonisme semata dengan menghabiskan dana miliaran rupiah hanya untuk pesta pora. Sementara masih banyak ditemui anak-anak yang terlantar, putus sekolah, gizi buruk, yang kesulitan secara ekonomi. Perhelatan ini, menurutnya justru menambah jurang kesenjangan sosial yang tidak memiliki sensitifitas sosial sama sekali.
"Batalkan acara miss world, demi kebersamaan kita sebagai bangsa serta demi nilai yang jauh lebih luhur dari hanya sekedar mempertahankan gengsi," jelas Asrorun.
Para peserta mulai tiba di Bali sejak 3 Septembr 2013. Berbagai kegiatan mulai dari pelatihan kontestan, audisi, pengambilan film dan rehearsals 3-7 September. Kegiatan kontes kecantikan itu juga diramaikan dengan ajang Miss World Golf Tournament 2013. Selain di Bali, peserta Miss World 2013 juga akan berkunjung ke Yogyakarta dan berakhir dengan malam final Miss World di Sentul, Jawa Barat, 28 September mendatang. (Adi/Ary)
"Ajang Miss World merupakan cermin penjajahan moral bangsa yang didiamkan oleh Negara. Ini sangat mengancam ketahanan kita sebagai bangsa yang berbudaya, melanggar prinsip perlindungan anak," kata Ketua Divisi Sosialisasi KPAI, Asrorun Niam Sholeh melalui siaran pers yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Sabtu (7/9/2013).
Asrorun menjelaskan salah satu hak anak adalah memperoleh jaminan untuk menikmati budayanya sendiri. Sementara Miss World yang merupakan kontes kecantikan yang berbasis fisik dan cenderung eksploitatif terhadap harkat kemanusiaan adalah bentuk invasi budaya impor, yang tidak sejalan dengan budaya bangsa.
"Saatnya perang semesta melawan penjajahan moral yang dapat mendegradasi moral anak-anak Indonesia," jelas Asrorun yang juga Komisioner KPAI Bidang Budaya.
Asrorun menambahakn acara Miss World hanya menonjolkan sisi hedonisme semata dengan menghabiskan dana miliaran rupiah hanya untuk pesta pora. Sementara masih banyak ditemui anak-anak yang terlantar, putus sekolah, gizi buruk, yang kesulitan secara ekonomi. Perhelatan ini, menurutnya justru menambah jurang kesenjangan sosial yang tidak memiliki sensitifitas sosial sama sekali.
"Batalkan acara miss world, demi kebersamaan kita sebagai bangsa serta demi nilai yang jauh lebih luhur dari hanya sekedar mempertahankan gengsi," jelas Asrorun.
Para peserta mulai tiba di Bali sejak 3 Septembr 2013. Berbagai kegiatan mulai dari pelatihan kontestan, audisi, pengambilan film dan rehearsals 3-7 September. Kegiatan kontes kecantikan itu juga diramaikan dengan ajang Miss World Golf Tournament 2013. Selain di Bali, peserta Miss World 2013 juga akan berkunjung ke Yogyakarta dan berakhir dengan malam final Miss World di Sentul, Jawa Barat, 28 September mendatang. (Adi/Ary)