Sweeping Penjual Tahu-Tempe di Surabaya Anarkis, Warga Ketakutan

Aksi mogok penjual tempe-tahu di sejumlah pasar tradisional di Kota Surabaya pada Senin pagi diwarnai aksi anarkis.

oleh Oscar Ferri diperbarui 10 Sep 2013, 03:00 WIB
Aksi mogok penjual tempe dan tahu di sejumlah pasar tradisional di Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (9/9/2013), diwarnai aksi anarkis yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Di Surabaya, menyebutkan sejumlah orang berkendara motor roda dua terlihat melakukan sweeping di sejumlah pasar tradisional. Mereka langsung mendatangi penjual tahu dan tempe, kemudian membuang serta menginajk-injak dagangan mereka.

Salah satu pedagang sayur keliling, Edi, mengaku kasihan pada penjual tahu tempe langganannya di Pasar Simo karena saat akan membeli tahu tempe, karena tiba-tiba saja ada orang datang berkendara sepeda motor menggulingkan dagangan dan menginjak-injaknya.

"Kasihan, mereka kan juga jualan. Terus kalau sudah gitu siapa nanti yang akan mengganti kerugiannya," kata Edi yang biasa menjajakan dagangan ke beberapa perumahan di wilayah Surabaya Barat ini.

Tidak hanya Edi, lanjut dia, pengunjung di Pasar Wiyung, Warni, juga dibuat ketakutan oleh aksi sweeping. Warni, mengaku kaget saat melihat dagangan tahu pedagang diinjak-injak oleh orang-orang yang tidak diketahui dari mana asalnya.

"Mereka itu datang, naik motor lalu masuk ke pasar-pasar. Begitu melihat ada penjual tahu, gerobaknya langsung ditumpahkan, lalu tahu diinjak-injak. Tidak ada yang berani mendekat, ibu-ibu sampai menjerit dan menangis ketakutan," katanya.

Aksi anarkis ini dibenarkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Surabaya Widodo Suryantoro. "Saya bilang anarkis, karena yang dilakukan adalah merebut, menghancurkan, dan membuang tempe atau tahu yang siap dijual perajin. Nah ini kan melanggar aturan," ujarnya.

Untuk itu, kata Widodo, pihaknya sudah melakukan "road show" ke sejumlah sentra dan perajin tempe di Surabaya, di antaranya di kawasan Mejoyo, Sukomanunggal, Bendul Merisi, Kedung Mangu dan Petemon Kali.

"Kami sudah mendengar rencana mogok sejak Sabtu (7/9) bahkan surat edaran yang disampaikan Gakoptindo Pusat sudah saya baca," katanya.

Surat edaran yang disampaikan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) pada sejumlah pedagang mengajak mereka mogok mulai Senin hingga Rabu, 9-11 September 2013.

"Selama 3 hari, kami berhenti berjualan," ujar Narto, pedagang tempe di pasar Jarak Surabaya.

Rencananya, setelah mogok produksi selesai, para perajin langsung menaikkan harga produk tahu tempe sebesar 25 persen. Tak hanya mengancam mogok jualan, para pedagang juga menaikkan harga tahu dan tempe hampir dua kali lipat dari harga biasanya.

Ini dilakukan pedagang, sesuai dengan seruan melalui pengumuman yang disebar di seluruh pasar Surabaya.

Menurutnya, sebelumnya, harga tahu dan tempe masih berkisar antara Rp500-1000 per potong. Namun, kali ini, jika kondisi masih belum pulih, bisa jadi harga dua dagangan berbahan baku kedelai itu naik sampai dua kali lipat. (Osc/Ant)


Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya