Pengamat Ekonomi Standard Chartered Indonesia Fauzy Ichsan mengatakan nilai tukar rupiah bisa mencapai level Rp 10.000 - Rp 10.500 per dolar Amerika Serikat (AS) di 2014.
"Namun sampai akhir tahun, kami meyakini nilai tukar menyentuh Rp 11.000 per dolar AS," ujar Fauzy ketika ditemui di Hotel Shangrilla, Jakarta, Selasa (10/9/2013).
Menurut Fauzy, penguatan nilai tukar rupiah pada tahun depan karena adanya perbaikan ekonomi dengan cara menaikkan neraca pembayaran (balance of payment) dan respons investor atas kenaikan suku bunga acuan (BI Rate).
"Kenaikan BI Rate memberikan respons positif bagi investor sehingga memberikan respons positif bagi nilai tukar. Ekspor oil dan gas akan naik juga, sehingga neraca perdagangan akan mengalami dampak yang positif dan juga menaikkan neraca pembayaran, sehingga rupiah akan lebih kuat pada tahun depan," kata Fauzy.
Selain itu, dengan membaiknya nilai tukar rupiah yang didukung oleh neraca perdagangan, maka neraca perdagangan diperkirakan mencapai US$ 14 miliar di 2014.
"Adapun surplus itu didapatkan tambahan dari surplus capita dan financial account balance yang menjadi US$ 21,5 miliar, jikalau sampai akhir tahun 2013 ini bisa mencapai US$ 13,7 miliar," jelasnya.
Dia menambahkan, neraca pembayaran juga akan mengalami surplus menjadi 1,5 miliar di 2014, dan pada tahun ini neraca pembayaran diproyeksikan akan mengalami defisit sebesar US$ 12,3 miliar. (Dis/Nur)
"Namun sampai akhir tahun, kami meyakini nilai tukar menyentuh Rp 11.000 per dolar AS," ujar Fauzy ketika ditemui di Hotel Shangrilla, Jakarta, Selasa (10/9/2013).
Menurut Fauzy, penguatan nilai tukar rupiah pada tahun depan karena adanya perbaikan ekonomi dengan cara menaikkan neraca pembayaran (balance of payment) dan respons investor atas kenaikan suku bunga acuan (BI Rate).
"Kenaikan BI Rate memberikan respons positif bagi investor sehingga memberikan respons positif bagi nilai tukar. Ekspor oil dan gas akan naik juga, sehingga neraca perdagangan akan mengalami dampak yang positif dan juga menaikkan neraca pembayaran, sehingga rupiah akan lebih kuat pada tahun depan," kata Fauzy.
Selain itu, dengan membaiknya nilai tukar rupiah yang didukung oleh neraca perdagangan, maka neraca perdagangan diperkirakan mencapai US$ 14 miliar di 2014.
"Adapun surplus itu didapatkan tambahan dari surplus capita dan financial account balance yang menjadi US$ 21,5 miliar, jikalau sampai akhir tahun 2013 ini bisa mencapai US$ 13,7 miliar," jelasnya.
Dia menambahkan, neraca pembayaran juga akan mengalami surplus menjadi 1,5 miliar di 2014, dan pada tahun ini neraca pembayaran diproyeksikan akan mengalami defisit sebesar US$ 12,3 miliar. (Dis/Nur)