Ironis! Kaos Pemilu 2014 Ternyata Diimpor dari China & Bangladesh

Persiapan menjelang pemilihan umum (pemilu) pada 2014 tidak serta merta mendongkrak pertumbuhan permintaan kaos-kaos pemilu di dalam negeri.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 12 Sep 2013, 07:50 WIB
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat mengaku menjelang pemilihan umum (pemilu) pada 2014 tidak serta merta mendongkrak pertumbuhan permintaan kaos-kaos pemilu di dalam negeri.

"Apaan (pertumbuhan permintaan) tidak ada itu. Mereka justru impor dari negara lain yang harganya lebih murah," ujarnya di Jakarta, Rabu (11/9/2013) malam.

Pemesan, kata Ade, kini lebih memilih impor dari luar negeri, diantaranya negara China dan Bangladesh serta lainnya. "Ini yang salah harusnya (pengusaha tekstil) di sini diberdayakan," imbuhnya.

Melihat kondisi tersebut sangat miris di tengah upaya pemerintah untuk menekan barang-barang impor serta memberikan insentif kepada perusahaan padat karya supaya tetap bertahan dan tidak melakukan lay off (pemutusan hubungan kerja/PHK).

Di sisi lain, Ade mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memiliki dampak terhadap produk lokal tanah air.

"Dampaknya ke kenaikan ekspor ada lah tapi belum terlalu besar atau di bawah 10%. Namun pengaruhnya khusus bagi barang originated yang menggunakan konten lokal cukup besar," jelasnya.

Sedangkan bagi industri tekstil, Ade bilang sudah terjadi indikasi dari pembeli supaya eksportir dapat menekan harga dan memberikan diskon. Kalau kami beri diskon tapi rupiah menguat lagi, matilah kita," papar Ade. (Fik/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya