Korban bentrok antarkelompok warga yang berbeda paham di Jember, Jawa Timur, dimakamkan pagi tadi. Prosesi pemakaman dikawal ketat polisi dan TNI, untuk menghindari kemungkinan terjadi aksi balasan.
Seperti ditayangkan Liputan 6 SCTV, Kamis (12/9/2013), jenazah korban bentrokan Eko Mardi Santoso diantar kerabat, keluarga, dan para tetangga ke Tempat Pemakaman Umum setempat.
Bentrok 2 kelompok warga itu terjadi di Puger Kulon, Jember, pada Rabu petang 11 September. Sepanjang menuju lokasi hingga berlangsungnya pemakaman, takbir terus dikumandangkan.
Advertisement
Pengamanan ketat dilakukan karena lokasi pemakaman yang tak jauh dari Pondok Pesantren Daarus Solihin, asuhan Habib Al-Habsy yang mengajarkan paham syiah. Korban merupakan keponakan ustaz Fauzi, tokoh yang menentang keras keberadaan Pondok Pesantren Daarus Solihin.
Sebagai langkah antisipasi, polisi merazia pelayat yang membawa senjata tajam. Dalam razia itu, polisi mengamankan beberapa senjata tajam dan menangkap 3 warga.
Bentrok 2 kelompok warga dari paham berbeda yaitu Syiah dan Sunni berawal dari acara karnaval peringatan 17 Agustus, oleh simpatisan Pondok Pesantren Daarus Solihin. Acara ini sempat dilarang musyarawah pimpinan kecamatan (Muspika) setempat, karena khawatir memicu kejadian serupa seperti 2012. Namun mereka memaksa dan sempat bentrok dengan polisi yang memblokade jalan.
Diduga saat pondok pesantren sepi, sekelompok warga yang menolak karnaval menyerang ponpes dan merusak sejumlah fasilitas di dalamnya, termasuk masjid dan sejumlah kendaraan. Sesaat setelah kejadian, warga menemukan Eko Mardi tewas dalam kondisi mengenaskan di pantai, tak jauh dari lokasi ponpes. (Mvi/Ism)