Tak ada orangtua yang tidak mencintai anaknya. Tapi, mencintai bukannya membeli kendaraan ketika anak belum cukup umur. Orangtua jangan hanya memikirkan keselamatan anaknya saja, tapi pikirkan juga orang lain.
"Orangtua sering fokus pada keselamatan anaknya sementara bukan pada kebutuhan orang lain," kata psikolog dari Teman Hati Konseling, Ajeng Raviando, saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (12/9/2013).
Ia menjelaskan, orangtua sering mengatakan `anak saya sudah jago kok naik motornya`, tapi orangtua suka lupa kemungkinan mencelakai orang lain.
Menurut Ajeng, sebelum memberikan kendaraan orangtua hendaknya memberikan pembekalan yang kuat agar karakternya berkembang sehingga anak tidak mudah terpengaruh lingkungan.
"Misalnya saja, orangtua memberikan anaknya kendaraan bermotor agar anaknya tidak kepanasan atau kecapekan saat kesekolah. Tapi, tanggung jawab kendaraan sangat berkaitan dengan kemampuan anak. Apakah dia mampu dalam kondisi yang masih labil emosinya, yang mudah dipicu," kata Ajeng.
"Kalau orangtua memberikan fasilitas, proses itu tidak terjadi maka orangtua dianggap lalai. Pembekalan yang belum kuat akhirnya membuat anak-anak jadi mudah terpengaruh teman," ujar Ajeng.
Menurutnya, jika orangtua lalai memberikan pembekalan ke anak maka akan menyebabkan anak tidak punya bekal yang cukup untuk menghadapi tantangan di masa remaja.
(Mel/*)
"Orangtua sering fokus pada keselamatan anaknya sementara bukan pada kebutuhan orang lain," kata psikolog dari Teman Hati Konseling, Ajeng Raviando, saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (12/9/2013).
Ia menjelaskan, orangtua sering mengatakan `anak saya sudah jago kok naik motornya`, tapi orangtua suka lupa kemungkinan mencelakai orang lain.
Menurut Ajeng, sebelum memberikan kendaraan orangtua hendaknya memberikan pembekalan yang kuat agar karakternya berkembang sehingga anak tidak mudah terpengaruh lingkungan.
"Misalnya saja, orangtua memberikan anaknya kendaraan bermotor agar anaknya tidak kepanasan atau kecapekan saat kesekolah. Tapi, tanggung jawab kendaraan sangat berkaitan dengan kemampuan anak. Apakah dia mampu dalam kondisi yang masih labil emosinya, yang mudah dipicu," kata Ajeng.
"Kalau orangtua memberikan fasilitas, proses itu tidak terjadi maka orangtua dianggap lalai. Pembekalan yang belum kuat akhirnya membuat anak-anak jadi mudah terpengaruh teman," ujar Ajeng.
Menurutnya, jika orangtua lalai memberikan pembekalan ke anak maka akan menyebabkan anak tidak punya bekal yang cukup untuk menghadapi tantangan di masa remaja.
(Mel/*)