Kisah Kusni Kasdut dan Perampokan 11 Permata Museum Gajah

Pada Rabu kemarin, 4 koleksi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno hilang digondol maling.

oleh Eko Huda Setyawan diperbarui 12 Sep 2013, 18:53 WIB
Tak hanya kali ini Museum Nasional atau Museum Gajah kehilangan koleksi berharganya. Kisah yang paling menggemparkan terkait raibnya koleksi Museum Gajah adalah kasus perampokan yang dilakukan oleh gerombolan perampok yang dipimpin Kusni Kasdut.

Perampokan itu terjadi pada 31 Mei 1961. Saat itu, Kusni kasdut yang menyamar dengan memakai seragam polisi masuk ke halaman Museum Gajah dengan mengendarai Jeep.

Kusni Kasdut kemudian menyandera pengunjung dan melukai petugas Museum Gajah. Dalam aksi itu, Kusni Kasdut berhasil membawa kabur 11 permata koleksi museum yang terletak di Jalan Medan Merdeka Barat tersebut.

Kusni Kasdut merupakan perampok legendaris. Pria yang dieksekusi mati pada tahun 1980-an itu ternyata membagi-bagikan sebagian harta rampokannya kepada orang tidak mampu.

Kusni Kasdut yang bernama asli Ignatius Waluyo itu sejatinya ikut berperan dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Setelah revolusi, pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, itu ingin mengubah nasib.

Sampai suatu saat, dia ingin masuk TNI dengan berbekal pengalaman semasa revolusi.  Namun, ditolak. Sebab, Kusni Kasdut tak terdaftar resmi di kesatuan. Lagi pula di kaki kirinya terdapat cacat.

Kejahatan demi kejahatan dia lakukan setelah itu. Hingga dia dan kawanannya merampok Museum Gajah. Dia akhirnya tertangkap saat akan menjual permata-permata itu di Semarang. Selama di penjara, dia sudah 8 kali berusaha kabur. Namun gagal dan dihukum mati.

Saat-saat terakhir "Robin Hood Indonesia" itu dijadikan ide untuk menulis lagu dari grup God Bless. Lagu itu diberi judul Selamat Pagi Indonesia di album "Cermin".

Pada Rabu 11 September kemarin, koleksi Museum Gajah kembali raib. Ada 4 artefak emas peninggalan Mataram Kuno pada masa abad ke-10 raib dari ruang penyimpanan.

Pada kamis (12/9/2013), polisi melakukan penyelidikan di ruangan yang berada di lantai 2 museum tersebut.

"Saat kejadian pintu dalam keadaan renggang dan semua koleksi tersebut sudah tidak ada, dengan cara mencongkel pintu kaca lemari (vitrin)," jelas Kepala Museum Nasional Intan Mardiana di Jakarta. (Eks/Yus)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya