Gara-gara memaangkas rambut hingga habis alias botak, gadis 12 tahun dikucilkan di sekolahnya. Ia tak diperbolehkan masuk kelas, hanya karena rambutnya tak seperti perempuan pada umumnya.
Dilansir laman Daily Mail yang dimuat Liputan6.com, Jumat (13/9/2013), Charlotte Duggan tak diperbolehkan masuk kelas karena gaya rambutnya dianggap melanggar peraturan sekolah. Padahal ia melakukannya demi amal.
Charlotte melakukan aksi amal untuk mengumpulkan dana sebesar 1.000 poundsterling atau sekitar Rp 17 juta demi Kampanye Kanker Payudara. Ia berniat membantu para penderita kanker payudara dengan uang yang dikumpulkannya, setelah terinspirasi oleh keberhasilan neneknya melawan penyakit mematikan itu pada 9 tahun lalu.
Saat kembali ke sekolahnya di Basingstoke, Hampshire, dan berharap akan dipuji karena aksi sosial yang dilakukannya, Charlotte justru dikucilkan. Gurunya mengisolasi dia selama 2 hari dari ruang kelas, ia tak diperbolehkan mengikuti pelajaran bersama teman-temannya.
Charlotte juga dilarang bergaul dengan teman-teman sekelas. Bahkan saat makan siang dan istirahat ia harus di luar. Guru-guru di Cranbourne Business and Enterprise College memberikannya waktu istirahat untuk ke kantin sangat singkat.
Orangtua Marah
Charlotte memutuskan untuk melakukan aksi pencarian dana itu pada awal Agustus. Ketika itu sekolah sedang libur musim panas tahunan, sehingga ia tak bisa meminta izin untuk memangkas habis rambutnya.
"Aku memutuskan untuk mencukur rambut pada awal Agustus. Jadi aku tidak bisa meminta sekolah untuk izin. Isolasi seharusnya untuk perilaku buruk. Aku marah, dan aku tidak tahu bagaimana itu bisa mempengaruhi pendidikanku," ujarnya.
Charlotte melakukan pengumpulan dana , yang juga memiliki pita kuning ikonik dengan Kampanye Kanker Payudara yang dibentuk pada rambutnya dicukur, membuat sekolah bereaksi kecewa.
Mendengar putrinya diisolasi, ibu Charlotte, Kerry Duggan, marah dengan perlakuan pihak sekolah terhadap putrinya.
"Aku tidak percaya ketika dia (Charlotte) mengatakan kepadaku apa yang telah terjadi. Dia (Charlotte) seharusnya bangga dengan apa yang telah dilakukannya. Dia (Charlotte ) harus bisa bersabar dengan hal itu," ungkap Kerry.
"Saya pikir itu benar-benar konyol. Mereka membuat dia merasa telah melakukan sesuatu yang salah," tambahnya.
Namun, kepala sekolah tempat Charlotte menuntut ilmu, Betty Elkins, bersikeras mengatakan telah meminta orangtua Charlotte agar rambut putrinya bisa ditutupi, meski pihak sekolah berkeberatan. Betty juga mengatakan Charlotte diizinkan melakukan penggalangan dana, meski dalam proses isolasi di sekolah.
"Kami bertanya apakah Charlotte mampu menutupi rambutnya. Tapi itu bukan sesuatu yang orangtuanya pikir bisa diterima," jelas Betty.
Akibat perilaku berani Charlotte, semua murid di sekolahnya menerima surat sebelum liburan sekolah. Berisi peringatan tentang gaya rambut yang sesuai untuk masuk sekolah usai liburan. (Tnt/Yus)
Dilansir laman Daily Mail yang dimuat Liputan6.com, Jumat (13/9/2013), Charlotte Duggan tak diperbolehkan masuk kelas karena gaya rambutnya dianggap melanggar peraturan sekolah. Padahal ia melakukannya demi amal.
Charlotte melakukan aksi amal untuk mengumpulkan dana sebesar 1.000 poundsterling atau sekitar Rp 17 juta demi Kampanye Kanker Payudara. Ia berniat membantu para penderita kanker payudara dengan uang yang dikumpulkannya, setelah terinspirasi oleh keberhasilan neneknya melawan penyakit mematikan itu pada 9 tahun lalu.
Saat kembali ke sekolahnya di Basingstoke, Hampshire, dan berharap akan dipuji karena aksi sosial yang dilakukannya, Charlotte justru dikucilkan. Gurunya mengisolasi dia selama 2 hari dari ruang kelas, ia tak diperbolehkan mengikuti pelajaran bersama teman-temannya.
Charlotte juga dilarang bergaul dengan teman-teman sekelas. Bahkan saat makan siang dan istirahat ia harus di luar. Guru-guru di Cranbourne Business and Enterprise College memberikannya waktu istirahat untuk ke kantin sangat singkat.
Orangtua Marah
Charlotte memutuskan untuk melakukan aksi pencarian dana itu pada awal Agustus. Ketika itu sekolah sedang libur musim panas tahunan, sehingga ia tak bisa meminta izin untuk memangkas habis rambutnya.
"Aku memutuskan untuk mencukur rambut pada awal Agustus. Jadi aku tidak bisa meminta sekolah untuk izin. Isolasi seharusnya untuk perilaku buruk. Aku marah, dan aku tidak tahu bagaimana itu bisa mempengaruhi pendidikanku," ujarnya.
Charlotte melakukan pengumpulan dana , yang juga memiliki pita kuning ikonik dengan Kampanye Kanker Payudara yang dibentuk pada rambutnya dicukur, membuat sekolah bereaksi kecewa.
Mendengar putrinya diisolasi, ibu Charlotte, Kerry Duggan, marah dengan perlakuan pihak sekolah terhadap putrinya.
"Aku tidak percaya ketika dia (Charlotte) mengatakan kepadaku apa yang telah terjadi. Dia (Charlotte) seharusnya bangga dengan apa yang telah dilakukannya. Dia (Charlotte ) harus bisa bersabar dengan hal itu," ungkap Kerry.
"Saya pikir itu benar-benar konyol. Mereka membuat dia merasa telah melakukan sesuatu yang salah," tambahnya.
Namun, kepala sekolah tempat Charlotte menuntut ilmu, Betty Elkins, bersikeras mengatakan telah meminta orangtua Charlotte agar rambut putrinya bisa ditutupi, meski pihak sekolah berkeberatan. Betty juga mengatakan Charlotte diizinkan melakukan penggalangan dana, meski dalam proses isolasi di sekolah.
"Kami bertanya apakah Charlotte mampu menutupi rambutnya. Tapi itu bukan sesuatu yang orangtuanya pikir bisa diterima," jelas Betty.
Akibat perilaku berani Charlotte, semua murid di sekolahnya menerima surat sebelum liburan sekolah. Berisi peringatan tentang gaya rambut yang sesuai untuk masuk sekolah usai liburan. (Tnt/Yus)