Salah satu kenikmatan yang bisa diperoleh dari hubungan seksual adalah multi orgasme. Banyak yang menginginkannya, tetapi tak semua berhasil menikmatinya. Kebugaran fisik menjadi salah satu kuncinya.
Supaya bisa menikmati multi orgasme, perlu dipahami dulu siklus reaksi dalam hubungan seksual. Periset seks terkemuka dari AS, W. Master dan V. Johnson, dalam buku Human Sexual Response, membedakan reaksi itu dalam empat fase. Dengan mengetahui reaksi yang terjadi, setiap fase dapat dikendalikan sesuai yang diinginkan, termasuk bila ingin menikmati multi orgasme atau orgasme yang berulang.
Keempat fase reaksi hubungan seksual tersebut, pertama adalah tahap keterangsangan, kedua tahap datar, ketiga orgasme, dan keempat resolusi. Reaksi seksual yang sempurna ini disebut siklus reaksi seksual.
Reaksi ini terjadi kalau seseorang menerima rangsangan seksual yang cukup. Kalau rangsangan seksual tidak cukup, seseorang tidak akan mengalami siklus tersebut. Seseorang yang mengalami gangguan fungsi seksual, tidak akan mengalami siklus ini walaupun telah menerima rangsangan seksual yang cukup.
Pada setiap fase siklus reaksi seksual terjadi beberapa perubahan nyata yang dapat dirasakan, baik secara fisik pada kelamin dan pada bagian tubuh lain, maupun secara psikis. Namun, untuk membahas masalah multi orgasme, hanya fase orgasme saja yang perlu dirinci.
Supaya bisa menikmati multi orgasme, perlu dipahami dulu siklus reaksi dalam hubungan seksual. Periset seks terkemuka dari AS, W. Master dan V. Johnson, dalam buku Human Sexual Response, membedakan reaksi itu dalam empat fase. Dengan mengetahui reaksi yang terjadi, setiap fase dapat dikendalikan sesuai yang diinginkan, termasuk bila ingin menikmati multi orgasme atau orgasme yang berulang.
Keempat fase reaksi hubungan seksual tersebut, pertama adalah tahap keterangsangan, kedua tahap datar, ketiga orgasme, dan keempat resolusi. Reaksi seksual yang sempurna ini disebut siklus reaksi seksual.
Reaksi ini terjadi kalau seseorang menerima rangsangan seksual yang cukup. Kalau rangsangan seksual tidak cukup, seseorang tidak akan mengalami siklus tersebut. Seseorang yang mengalami gangguan fungsi seksual, tidak akan mengalami siklus ini walaupun telah menerima rangsangan seksual yang cukup.
Pada setiap fase siklus reaksi seksual terjadi beberapa perubahan nyata yang dapat dirasakan, baik secara fisik pada kelamin dan pada bagian tubuh lain, maupun secara psikis. Namun, untuk membahas masalah multi orgasme, hanya fase orgasme saja yang perlu dirinci.
Ketegangan dilepas
Bila rangsangan seksual yang efektif terus berlanjut, tercapailah puncak reaksi seksual, yaitu orgasme. Pada saat ini ketegangan seksual dilepaskan secara tiba-tiba. Secara fisik, orgasme merupakan fase tersingkat dalam siklus reaksi seksual. Biasanya hanya berlangsung dalam beberapa detik, yang ditandai dengan kekejangan otot yang bersifat ritmis yang menimbulkan sensasi fisik yang kuat, diikuti rileksasi yang cepat.
Kekejangan otot yang ritmis tersebut tidak hanya terjadi pada kelamin, melainkan juga pada seluruh otot tubuh yang lain. Secara psikik, orgasme merupakan puncak kenikmatan seksual. Pada perempuan, orgasme ditandai dengan kekejangan ritmis pada sepertiga bagian luar vagina, rahim, dan otot sekitar dubur.
Namun, sebenarnya reaksi yang terjadi bersifat total seluruh tubuh, tidak terbatas pada alat kelamin dan sekitarnya. Orgasme pada perempuan dapat terjadi berkali-kali asal tetap menerima rangsangan seksual yang cukup.
Karena sensasi yang luar biasa, banyak yang menginginkan orgasme dinikmati berulangkali. Namun, karena tidak ada rangsangan yang cukup dari pasangannya, atau bisa pula karena ada gangguan lain, sebagian perempuan hanya mencapai sekali orgasme. Sementara pada pria, karena orgasme umumnya segera disertai ejakulasi, umumnya hanya mengalami sekali orgasme saja.
Orgasme yang berulang pada wanita relatif mudah dicapai karena yang diperlukan adalah peningkatan rangsangan. Masalahnya jadi rumit bagi pria karena setelah ejakulasi, pria akan memasuki suatu periode refrakter.
Advertisement
Peiode refrakter
Pada periode ini, pria seolah-olah kebal terhadap rangsangan seksual, dan tidak dapat mencapai orgasme dan ejakulasi lagi. Periode refrakter ini berlangsung dalam waktu yang bervariasi pada satu pria dengan pria yang lain. Pada usia tua, periode refrakter berlangsung lebih lama. Periode refrakter dipengaruhi oleh usia, keadaan kesehatan tubuh, dan rangsangan seksual yang diterima.
Orgasme lebih dari sekali hanya bisa dialami pria kalau pria mampu mengontrol agar ejakulasi tidak terjadi. Jadi, sebelum terjadi ejakulasi, orgasme dapat dicapai lebih dari satu kali. Celakanya beda waktu antara orgasme dan ejakulasi ini sulit dikenali. Namun, sejumlah ahli terapi seks yakin, dengan latihan yang cukup, seorang pria dapat merasakan sensasi orgasme tanpa ejakulasi.
Kenikmatan tanpa ejakulasi itulah yang memungkinkan pria merasakan orgasme berulang-kali. Untuk itu banyak metode yang bisa dipelajari. Satu di antaranya adalah dengan melatih otot-otot pubococcygeal (PC) yang intinya adalah berulangkali mengontraksikan otot sebagaimana kalau Anda berusaha menghentikan aliran kencing (baca: Yuk Berlatih Kegel dan Lipatgandakan Orgasme!).
Dengan mengencangkan otot-otot tersebut sebanyak 10 kali dan mengendurkannya 10 kali setiap hari, dalam tempo satu hingga satu setengah bulan, secara otomatis Anda akan menjadi terbiasa untuk menunda ejakulasi, sehingga orgasme berulangkali dapat dialami.
(Abd)