PBB diperkirakan segera memberikan laporan konfirmasi terkait senjata kimia yang digunakan untuk membunuh massal warga tak berdosa di Ghouta, Damaskus, Suriah pada 21 Agustus 2013. Hal itu disampaikan oleh Sekjen PBB Ban Ki Moon.
Namun seperti dimuat BBC yang dimuat Liputan6.com, Sabtu (13/9/2013), Ban Ki Moon tidak mengomentari siapa yang harus disalahkan atas serangan mematikan itu. Karena menurutnya, bukan bagian dari kewenangan laporan yang akan disampaikannya.
Tapi ia mengatakan Presiden Suriah Bashar Al Assad bersalah, karena telah melakukan banyak kejahatan kemanusiaan.
"Oleh karena itu, saya yakin bahwa akan ada pasti proses akuntabilitas (tenggungjawab) ketika semuanya berakhir," kata Ban.
Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen dan lembaga yudikatif Kehakiman). Kata itu sering digunakan secara sinonim dengan konsep-konsep seperti yang dapat dipertanggungjawabkan (responsibility).
Washington dan sekutunya Rusia, menuduh pemerintah Suriah membunuh ratusan orang dalam serangan kimia di Ghouta. Namun pemerintah Suriah membantah tuduhan itu dan menyalahkan pemberontak sebagai biang keladinya.
Pihak AS dan menteri luar negeri Rusia pun melanjutkan pembicaraan mereka terkait rencana untuk mengamankan senjata kimia Suriah.
Juru bicara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry di Jenewa akan digelar hingga malam hari, berdasarkan beberapa substansi nyata yang telah diselidiki.
Laporan terkait penggunaan senjata kimia di Suriah yang akan disampaikan Ban Ki Moon juga didukung oleh Kepala inspektur senjata kimia Ake Sellstrom. ia pun menyatakan hasil penyelidikannya telah selesai, begitu puladengan laporannya.
"Telah selesai (laporan penyelidikan). Tetapi ketika disampaikan nanti, terserah kepada sekretaris jenderal PBB, " tutur Ake.
Menurut informasi dari diplomat senior PBB kepada BBC, Ban akan melaporkannya ke Dewan Keamanan pada hari Senin, 16 Septermber di New York sekitar pukul 11.00 waktu setempat.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf mengatakan, AS yakin laporan PBB tidak akan menyalahkan satu pihak tetapi laporan itu akan memperkuat apa yang sudah kami katakan tentang insiden mematikan di Ghouta.
Para diplomat mengatakan laporan itu mungkin tidak akan menyalahkan secara eksplisit satu pihak, tetapi laporan faktual berdasarkan uji tanah, sampel darah dan urine, serta wawancara dengan dokter dan saksi bisa mengarah kepada siapa yang harus bertanggung jawab.
Negosiasi
Negosiasi di Jenewa antara AS-Rusia terutama berkaitan dengan rencana negeri pimpinan Vladimir Putin itu untuk menempatkan senjata kimia Suriah di bawah pengawasan internasional.
Suriah pun dikabarkan telah setuju dengan rencana tersebut, dan telah mengirimkan dokumen kepada PBB untuk mendaftar ke Konvensi Senjata Kimia yang melarang produksi dan penggunaan senjata tersebut.
Rencana yang digagas Rusia, tentunya menunda panggilan dewan kongres untuk menyetujui invasi militer untuk Suriah yang dipimpin Presiden Barack Obama.
"Kami menginap, mungkin mereka akan menyelesaikannya hingga malam. Saya tidak yakin selesai Sabtu, tetapi mereka akan melalui malam bersama," ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia.
"Ini adalah tanda bahwa sedang dilakukan, bahwa kita melanjutkan pembicaraan dan negosiasi. Sekarang seperti sebuah proses negosiasi yang nyata, mereka bekerja berdasarkan beberapa substansi yang nyata," sambungya.
Sementara menurut seorang pejabat AS, negosiasi ini adalah tahap penting.
Kerry sebelumnya menggambarkan pertemuan itu sebagai sesuatu yang konstruktif, dan Presiden Obama mengatakan setelah pertemuan dengan Kuwait di Gedung Putih bisa membuahkan hasil.
" Tapi aku mengulangi apa yang saya katakan publik , yaitu setiap perjanjian harus diverifikasi dan dapat dilaksanakan, " kata Obama .
Diplomasi tersebut akan terus berlangsung selama akhir pekan. Dalam proses itu, Kerry juga akan mengunjungi Israel pada hari Minggu. Sementara Menteri Luar Negeri Inggris dan Perancis, William Hague dan Laurent Fabius akan bertemu Kerry di Paris pada hari Senin.
Sebelum melanjutkan pembicaraan bilateral di Jenewa, Sergei dan Kerry juga akan bertemu utusan PBB dari Liga Arab, Lakhdar Brahimi. (Tnt)
Namun seperti dimuat BBC yang dimuat Liputan6.com, Sabtu (13/9/2013), Ban Ki Moon tidak mengomentari siapa yang harus disalahkan atas serangan mematikan itu. Karena menurutnya, bukan bagian dari kewenangan laporan yang akan disampaikannya.
Tapi ia mengatakan Presiden Suriah Bashar Al Assad bersalah, karena telah melakukan banyak kejahatan kemanusiaan.
"Oleh karena itu, saya yakin bahwa akan ada pasti proses akuntabilitas (tenggungjawab) ketika semuanya berakhir," kata Ban.
Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen dan lembaga yudikatif Kehakiman). Kata itu sering digunakan secara sinonim dengan konsep-konsep seperti yang dapat dipertanggungjawabkan (responsibility).
Washington dan sekutunya Rusia, menuduh pemerintah Suriah membunuh ratusan orang dalam serangan kimia di Ghouta. Namun pemerintah Suriah membantah tuduhan itu dan menyalahkan pemberontak sebagai biang keladinya.
Pihak AS dan menteri luar negeri Rusia pun melanjutkan pembicaraan mereka terkait rencana untuk mengamankan senjata kimia Suriah.
Juru bicara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry di Jenewa akan digelar hingga malam hari, berdasarkan beberapa substansi nyata yang telah diselidiki.
Laporan terkait penggunaan senjata kimia di Suriah yang akan disampaikan Ban Ki Moon juga didukung oleh Kepala inspektur senjata kimia Ake Sellstrom. ia pun menyatakan hasil penyelidikannya telah selesai, begitu puladengan laporannya.
"Telah selesai (laporan penyelidikan). Tetapi ketika disampaikan nanti, terserah kepada sekretaris jenderal PBB, " tutur Ake.
Menurut informasi dari diplomat senior PBB kepada BBC, Ban akan melaporkannya ke Dewan Keamanan pada hari Senin, 16 Septermber di New York sekitar pukul 11.00 waktu setempat.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf mengatakan, AS yakin laporan PBB tidak akan menyalahkan satu pihak tetapi laporan itu akan memperkuat apa yang sudah kami katakan tentang insiden mematikan di Ghouta.
Para diplomat mengatakan laporan itu mungkin tidak akan menyalahkan secara eksplisit satu pihak, tetapi laporan faktual berdasarkan uji tanah, sampel darah dan urine, serta wawancara dengan dokter dan saksi bisa mengarah kepada siapa yang harus bertanggung jawab.
Negosiasi
Negosiasi di Jenewa antara AS-Rusia terutama berkaitan dengan rencana negeri pimpinan Vladimir Putin itu untuk menempatkan senjata kimia Suriah di bawah pengawasan internasional.
Suriah pun dikabarkan telah setuju dengan rencana tersebut, dan telah mengirimkan dokumen kepada PBB untuk mendaftar ke Konvensi Senjata Kimia yang melarang produksi dan penggunaan senjata tersebut.
Rencana yang digagas Rusia, tentunya menunda panggilan dewan kongres untuk menyetujui invasi militer untuk Suriah yang dipimpin Presiden Barack Obama.
"Kami menginap, mungkin mereka akan menyelesaikannya hingga malam. Saya tidak yakin selesai Sabtu, tetapi mereka akan melalui malam bersama," ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia.
"Ini adalah tanda bahwa sedang dilakukan, bahwa kita melanjutkan pembicaraan dan negosiasi. Sekarang seperti sebuah proses negosiasi yang nyata, mereka bekerja berdasarkan beberapa substansi yang nyata," sambungya.
Sementara menurut seorang pejabat AS, negosiasi ini adalah tahap penting.
Kerry sebelumnya menggambarkan pertemuan itu sebagai sesuatu yang konstruktif, dan Presiden Obama mengatakan setelah pertemuan dengan Kuwait di Gedung Putih bisa membuahkan hasil.
" Tapi aku mengulangi apa yang saya katakan publik , yaitu setiap perjanjian harus diverifikasi dan dapat dilaksanakan, " kata Obama .
Diplomasi tersebut akan terus berlangsung selama akhir pekan. Dalam proses itu, Kerry juga akan mengunjungi Israel pada hari Minggu. Sementara Menteri Luar Negeri Inggris dan Perancis, William Hague dan Laurent Fabius akan bertemu Kerry di Paris pada hari Senin.
Sebelum melanjutkan pembicaraan bilateral di Jenewa, Sergei dan Kerry juga akan bertemu utusan PBB dari Liga Arab, Lakhdar Brahimi. (Tnt)