Liputan6.com, Jakarta: TNI menyetujui usulan pembentukan tim independen untuk menyelidiki kematian reporter Rajawali Citra Televisi Indonesia Ersa Siregar di Simpang Ulin, Aceh Timur. Asalkan, semua pihak yang terlibat mampu bersikap independen, baik dalam proses maupun output. Demikian disampaikan Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Jakarta, Rabu (31/12).
Sjafrie menjelaskan, tim independen kasus Ersa akan beranggotakan antara lain personel TNI, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan pihak media khususnya tim manajemen RCTI. Dia menambahkan, pembentukan tim ini adalah bentuk kepedulian TNI supaya masyarakat memperoleh informasi yang benar dan transparan seputar kronologis kematian Ersa.
Sebagai langkah awal, Puspen TNI telah mempertontonkan rekaman gambar baku tembak antara tentara dan Gerakan Aceh Merdeka saat Ersa ditemukan tewas tertembak, 29 September silam [baca: Pangkoops: Ersa Tewas dalam Kontak Senjata]. Dari sana tergambar, jenazah wartawan yang diculik GAM sejak Juni 2003 itu ditemukan di sebuah gubuk semipermanen di tengah rawa-rawa.
Selain itu, rekaman gambar juga memperlihatkan sejumlah barang bukti yang disita TNI dari GAM. Di antaranya sejumlah senjata laras panjang dan pendek seperti AK-47, AK-56, dan M-16 serta amunisinya. Di lokasi kejadian didapati pula granat dan bahan peledak.
Selanjutnya, dalam operasi pembersihan, TNI menemukan dua buah tas berisi kwitansi pajak Nanggroe Aceh, sebundel dokumen komando daerah Ulin, peta Simpang Ulin, dan satu buku kas Nanggroe Aceh. Tak ketinggalan sebuah kamera video berikut kasetnya yang akan segera diputar agar diketahui isi rekamannya.
Di lain pihak, aksi keprihatinan dan solidaritas atas kematian Ersa masih berlangsung. Rabu kemarin, berbagai kalangan masyarakat serta wartawan berkumpul di pelataran Tugu Proklamsi, Jakarta Pusat. Mereka menuntut agar kematian Ersa diusut tuntas dan semua sandera dibebaskan. Lebih tegas lagi, demonstran menuntut operasi militer di Aceh dihentikan.
Aksi diisi dengan nyanyian dan pembacaan puisi berisi kutukan terhadap kekerasan terhadap insan pers. Acara juga diisi dengan orasi oleh sejumlah tokoh antara lain anggota Komnas HAM M.M. Billah dan Pemimpin Redaksi RCTI Derek Manangka. Kegiatan ini diakhiri dengan melantunkan lagu "Gugur Bunga" diiringi peletakan lilin dan setangkai bunga di depan foto Ersa.(MTA/Tim Liputan 6 SCTV)
Sjafrie menjelaskan, tim independen kasus Ersa akan beranggotakan antara lain personel TNI, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan pihak media khususnya tim manajemen RCTI. Dia menambahkan, pembentukan tim ini adalah bentuk kepedulian TNI supaya masyarakat memperoleh informasi yang benar dan transparan seputar kronologis kematian Ersa.
Sebagai langkah awal, Puspen TNI telah mempertontonkan rekaman gambar baku tembak antara tentara dan Gerakan Aceh Merdeka saat Ersa ditemukan tewas tertembak, 29 September silam [baca: Pangkoops: Ersa Tewas dalam Kontak Senjata]. Dari sana tergambar, jenazah wartawan yang diculik GAM sejak Juni 2003 itu ditemukan di sebuah gubuk semipermanen di tengah rawa-rawa.
Selain itu, rekaman gambar juga memperlihatkan sejumlah barang bukti yang disita TNI dari GAM. Di antaranya sejumlah senjata laras panjang dan pendek seperti AK-47, AK-56, dan M-16 serta amunisinya. Di lokasi kejadian didapati pula granat dan bahan peledak.
Selanjutnya, dalam operasi pembersihan, TNI menemukan dua buah tas berisi kwitansi pajak Nanggroe Aceh, sebundel dokumen komando daerah Ulin, peta Simpang Ulin, dan satu buku kas Nanggroe Aceh. Tak ketinggalan sebuah kamera video berikut kasetnya yang akan segera diputar agar diketahui isi rekamannya.
Di lain pihak, aksi keprihatinan dan solidaritas atas kematian Ersa masih berlangsung. Rabu kemarin, berbagai kalangan masyarakat serta wartawan berkumpul di pelataran Tugu Proklamsi, Jakarta Pusat. Mereka menuntut agar kematian Ersa diusut tuntas dan semua sandera dibebaskan. Lebih tegas lagi, demonstran menuntut operasi militer di Aceh dihentikan.
Aksi diisi dengan nyanyian dan pembacaan puisi berisi kutukan terhadap kekerasan terhadap insan pers. Acara juga diisi dengan orasi oleh sejumlah tokoh antara lain anggota Komnas HAM M.M. Billah dan Pemimpin Redaksi RCTI Derek Manangka. Kegiatan ini diakhiri dengan melantunkan lagu "Gugur Bunga" diiringi peletakan lilin dan setangkai bunga di depan foto Ersa.(MTA/Tim Liputan 6 SCTV)