`Kami Butuh Pendidikan, Bukan Tes Keperawanan`

"Kami butuh pendidikan, bukan tes keperawanan. Wanita bukan barang untuk dicoab-coba," ujar salah seorang orator dalam aksinya.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 15 Sep 2013, 09:40 WIB
Tes keperawanan yang terjadi di salah satu sekolah di Aceh menimbulkan kontroversi. Berbagai reaksi penolakan pun muncul sesaat setelah isu itu berkembang. Salah satunya yang dilakukan para remaja perempuan di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Kamis (15/9/2013) pagi.

Para remaja yang tergabung dalam Komite Aksi Perempuan ini berorasi menolak tes keperawanan di tengah kerumunan warga yang sedang menikmati car free day (CFD) atau hari bebas kendaraan bermotor.

"Kami butuh pendidikan, bukan tes keperawanan. Wanita bukan barang untuk dicoba-coba," ujar salah seorang orator. Seruan ini disambut dengan suara lantang puluhan pelajar yang ikut dalam aksi solidaritas ini.

Pada kesempatan yang sama, koordinator aksi Ara Koswara mengatakan, aksi ini juga merupakan wadah bagi masyarakat yang belum berani atau belum paham menyuarakan penolakan tes keperawanan untuk ikut menolak.

"Ingin masyarakat atau warga yang belum pahan belum menyuarakan, untuk sama-sama peduli, terhadap remaja perempan khususnya dengan menolak tes keperawanan," katanya.

Ara melihat, tindakan yang dilakukan pemerintah dalam merespon tes keperawanan sangat normatif. Ini terbukti dengan tetap munculnya isu tes keperawanan. "Pergerakannya flat, isu tolak tes keperawanan kan sudah lama, tapi masih muncul. "

"Ketika para aktivis bergerak, menteri baru jalan. Tanpa ada kebijakan khusus bagi perempuan, atau imbauan untuk tidak saling melecehkan, perlakuan terbaik bagi perempuan nggak akan terjadi. Sikap perilaku tegas dari pemerintah sangat dibutuhkan," lanjutnya.

Ia melanjutkan, pendidikan kesehatan reproduksi memang dibutuhkan, tapi bukan dengan cara tes keperawanan. Sebab, tes keperawanan tidak bisa menentukan kecerdasan pelajar.

"Tes keperawanan bukan cara bikin remaja jadi cerdas dan bermoral. Tapi memberi pendidkan. Pendidikan ini diperlukan agar memberi edukasi para pelajar, bagaimana bisa menghormati dirinya, organ reproduksi, peduli terhadap diri sendiri, dan bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri," tandas Ara. (Rmn/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya