Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan mengingatkan warga, terutama anak-anak, untuk mewaspadai kerupuk dan makanan lain yang mengandung bahan pengawet berupa borak maupun formalin yang beredar di daerah tersebut.
Pada sosialisasi waspada makanan berformalin dan mengandung pengawet, di Barabai, Jumat, petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Rafiah Rahimi mengungkapkan bahwa salah satu cemilan yang diduga terdapat pengawetnya adalah kerupuk.
Kerupuk salah satu makanan ringan yang sering di konsumsi masyarakat, namun jangan dikira semua kerupuk adalah cemilan yang sehat," katanya.
Menurut dia, kebanyakan warga yang suka mengonsumsi kerupuk, tidak tahu bahwa ada beberapa kerupuk yang mengandung borak.
Mengantisipasi hal tersebut, Dinkes kini terus menyosialisasikan makanan yang sehat dan bergizi melalui kampanye gemar makan ikan yang digelar oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalsel bekerja sama dengan Dinas Perikanan dan Peternakan serta Dinas Kesehatan HST.
Sesuai hasil uji tes laboraturium, kata dia, kerupuk yang bentuknya segitiga dan ukurannya sangat besar mengandung bleng, dan bleng tersebut bahan dasarnya adalah borak.
"Kita perlu waspada, kerupuk yang mekar dan besar belum tentu sehat," katanya seperti dikutip dari Antara Senin (16/9/2013).
Selain kerupuk, lanjut dia, ada beberapa makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya, seperti formalin yang ada di ikan asin, rodhamin, dan methanyl yellow yang ada di makanan lainnya, seperti roti kabam yang warnanya sangat menyala atau kuning cerah.
"Jika kita sering mengonsumsi makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya tersebut, akan menyebabkan penyakit kanker, tumor, dan lainnya," katanya.
Ia menegaskan bahwa formalin merupakan bahan untuk mengawetkan mayat, borak untuk pengawet kayu, rodhamin dan methanyl yellow digunakan untuk pewarna tekstil.
"Bahaya yang akan kita dapat dengan mengonsumsi bahan tersebut tidak secara langsung, tetapi akan berdampak pada sepuluh tahun kemudian sehingga kita harus berhati-hati mengonsumsi makanan maupun cemilan," katanya.
Pada kesempatan itu, Rafiah juga menjelaskan ciri-ciri ikan asin berformalin, di antaranya ikannya terlihat putih bersih, tidak ada lalat yang bergerumul, ikannya dalam satu bulan masih bagus, dan tidak hancur, serta baunya seperti bau obat-obatan.
"Kami juga sudah berusaha untuk menyosialisasikan kepada masyarakat di kecamatan agar bisa mengonsumsi makanan yang sehat, bersih, dan bergizi," katanya.
(Abd)
Pada sosialisasi waspada makanan berformalin dan mengandung pengawet, di Barabai, Jumat, petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Rafiah Rahimi mengungkapkan bahwa salah satu cemilan yang diduga terdapat pengawetnya adalah kerupuk.
Kerupuk salah satu makanan ringan yang sering di konsumsi masyarakat, namun jangan dikira semua kerupuk adalah cemilan yang sehat," katanya.
Menurut dia, kebanyakan warga yang suka mengonsumsi kerupuk, tidak tahu bahwa ada beberapa kerupuk yang mengandung borak.
Mengantisipasi hal tersebut, Dinkes kini terus menyosialisasikan makanan yang sehat dan bergizi melalui kampanye gemar makan ikan yang digelar oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalsel bekerja sama dengan Dinas Perikanan dan Peternakan serta Dinas Kesehatan HST.
Sesuai hasil uji tes laboraturium, kata dia, kerupuk yang bentuknya segitiga dan ukurannya sangat besar mengandung bleng, dan bleng tersebut bahan dasarnya adalah borak.
"Kita perlu waspada, kerupuk yang mekar dan besar belum tentu sehat," katanya seperti dikutip dari Antara Senin (16/9/2013).
Selain kerupuk, lanjut dia, ada beberapa makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya, seperti formalin yang ada di ikan asin, rodhamin, dan methanyl yellow yang ada di makanan lainnya, seperti roti kabam yang warnanya sangat menyala atau kuning cerah.
"Jika kita sering mengonsumsi makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya tersebut, akan menyebabkan penyakit kanker, tumor, dan lainnya," katanya.
Ia menegaskan bahwa formalin merupakan bahan untuk mengawetkan mayat, borak untuk pengawet kayu, rodhamin dan methanyl yellow digunakan untuk pewarna tekstil.
"Bahaya yang akan kita dapat dengan mengonsumsi bahan tersebut tidak secara langsung, tetapi akan berdampak pada sepuluh tahun kemudian sehingga kita harus berhati-hati mengonsumsi makanan maupun cemilan," katanya.
Pada kesempatan itu, Rafiah juga menjelaskan ciri-ciri ikan asin berformalin, di antaranya ikannya terlihat putih bersih, tidak ada lalat yang bergerumul, ikannya dalam satu bulan masih bagus, dan tidak hancur, serta baunya seperti bau obat-obatan.
"Kami juga sudah berusaha untuk menyosialisasikan kepada masyarakat di kecamatan agar bisa mengonsumsi makanan yang sehat, bersih, dan bergizi," katanya.
(Abd)