Citizen6, Depok: Ruang kecil di tengah terminal itu dulunya adalah tempat melepas lelah bagi para kernet, supir dan orang-orang terminal. Dari sana setiap malamnya terdengar keras suara musik di antara riuh gelak tawa mereka yang tengah asyik bercanda, berjudi bahkan mabuk-mabukan.
Ruangan berukuran 3x5 meter yang berada tepat di tengah-tengah Terminal Terpadu Kota Depok itu sejatinya adalah tempat agen penjualan tiket bus antar kota yang kemudian beralih fungsi menjadi tempat peristirahatan warga terminal, mereka menjadikan ruangan itu layaknya tempat hiburan dengan menyesakkan berbagai perangkat musik lengkap dengan speaker-speaker besarnya. Di tempat itu mereka berdisko dan berdangdut ria sambil menenggak minuman keras, mencoba melepas penat setelah seharian bekerja. Sopir, kernet, pedagang asongan dan beragam lapisan masyarakat yang berada di lingkungan terminal Depok berkumpul jadi satu.
Berat dan tidak mudah, itu yang dirasakan oleh Andi Malewa, pendiri sekaligus ketua Rumah Baca Panter. "Ini tempat yang paling strategis di terminal Depok, gimanapun caranya gue harus dapat tempat ini," kata Andi.
Bertahun-tahun melalui perjuangan berat dan tak kenal lelah, mulai dari bincang-bincang perkenalan biasa hingga mesti turut ikut masuk kedalam lingkungan dan kebiasaan masyarakat terminal. "Orang-orang ini ngga bisa dipaksa, kita yang mesti jadi teman mereka, ikut nongkrong ikut mabuk, ya mau gimana lagi? Gue pikir ini semua untuk kepentingan yang baik," lanjut Andi.
Berhasil
Terhitung sejak tahun 2006 proses pendekatan dan perkenalan, akhirnya pada tahun 2011 Rumah Baca Paguyuban Terminal atau yang lebih dikenal dengan nama Rumah Baca Panter resmi berdiri. "Lucu, mereka akhirnya pergi sendiri, mungkin risih ya, makin lama buku dan teman-teman yang datang makin banyak," ujar Andi lagi.
Dalam prosesnya memang sedikit unik, disaat Andi dan kawan-kawannya berhasil diterima oleh masyarakat di lingkungan terminal, ia kemudian pelan-pelan menyampaikan keinginannya untuk menggunakan ruang tersebut sebagai ruang perpustakaan dan membaca gratis bagi orang-orang di terminal Depok. Gayung bersambut, orang-orang di sana mendukung dan bersedia menyediakan sedikit ruang untuk Andi di bagian depan guna meletakkan meja kecil dan rak sederhana untuk menyimpan buku sementara mereka masih menggunakan ruang bagian belakang untuk aktifitas biasa.
"Rumah Baca ini kuat di jaringan, khususnya media sosial Twitter. Dari awal gue kejar semua buku yang bisa gue dapat, ajak temen-temen untuk datang dan iseng baca di sini, lama-kelamaan ruangan jadi rame dan penuh sama buku, ya otomatis orang-orang yang biasa tidur-tiduran di sini jadi merasa nggak enak," kata Andi sambil tersenyum.
Singkat cerita justru orang-orang tersebut bersama dengan warga terminal dalam satu paguyuban terminal-ah yang kemudian membantu untuk membuat rak buku dan mengecat ruangan hingga pada akhirnya mereka "menghibahkan" ruangan itu kepada Andi dan kawan-kawannya.
Terhitung sejak tanggal peresmian, Rumah Baca Panter telah menjalankan beberapa program yang menunjang visi misi dan tujuan utama mereka yaitu "Menciptakan Lingkungan Masyarakat Terminal yang Santun, Cerdas serta Memiliki Jiwa Sosial yang Tinggi".
Para pengurus sepakat untuk membuka kelas belajar yang diperuntukkan bagi masyarakat terminal Depok, gratis. "Iya, gratis, siapapun bisa dan boleh membaca di dalam ruangan Rumah Baca ini, boleh meminjam buku dan juga boleh turut serta ikut di dalam program-program kelas belajar yang diadakan oleh Rumah Baca Panter," ujar Widi Wihendra, salah seorang pengurus yang dipercaya bertanggung jawab untuk divisi penelitian dan pengembangan Rumah Baca Panter.
Program
Selain tentunya ruang pustaka, Rumah Baca Panter juga telah berhasil menjalankan beberapa program kelas belajar. Kelas-kelas belajar dan aksi yang telah dan sedang berjalan diantaranya:
1. Kelas Bahasa Indonesia ( baca dan tulis )
2. Kelas Bahasa Inggris
3. Kelas Ilmu Pengetahuan Umum (IPA & IPS)
4. Kelas Matematika
5. Kelas Membaca Al-Quran dan Iqra’
6. Kelas Teater
7. Kelas Perakitan Komputer
8. Kelas Kerajinan Tangan dan Keterampilan
9. Kelas Biola
10. Kelas Aksiku
Kelas ini diisi oleh pengajar tamu, kelas ini dibuka setiap hari sabtu selama 2 jam. “Seluruh tenaga pengajar di sini adalah sukarelawan, mereka kebanyakan merupakan mahasiswa dan mahasisiwi perguruan tinggi yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya, mereka semua rela mengajar tanpa dibayar," kata Widi lagi. (Widi Wihendra Putra/Arn)
*Widi Wihendra Putra adalah salah seorang pengurus Rumah Baca Panter yang dapat dihubungi melalui akun Twitter @widipedia_.
Ruangan berukuran 3x5 meter yang berada tepat di tengah-tengah Terminal Terpadu Kota Depok itu sejatinya adalah tempat agen penjualan tiket bus antar kota yang kemudian beralih fungsi menjadi tempat peristirahatan warga terminal, mereka menjadikan ruangan itu layaknya tempat hiburan dengan menyesakkan berbagai perangkat musik lengkap dengan speaker-speaker besarnya. Di tempat itu mereka berdisko dan berdangdut ria sambil menenggak minuman keras, mencoba melepas penat setelah seharian bekerja. Sopir, kernet, pedagang asongan dan beragam lapisan masyarakat yang berada di lingkungan terminal Depok berkumpul jadi satu.
Berat dan tidak mudah, itu yang dirasakan oleh Andi Malewa, pendiri sekaligus ketua Rumah Baca Panter. "Ini tempat yang paling strategis di terminal Depok, gimanapun caranya gue harus dapat tempat ini," kata Andi.
Bertahun-tahun melalui perjuangan berat dan tak kenal lelah, mulai dari bincang-bincang perkenalan biasa hingga mesti turut ikut masuk kedalam lingkungan dan kebiasaan masyarakat terminal. "Orang-orang ini ngga bisa dipaksa, kita yang mesti jadi teman mereka, ikut nongkrong ikut mabuk, ya mau gimana lagi? Gue pikir ini semua untuk kepentingan yang baik," lanjut Andi.
Berhasil
Terhitung sejak tahun 2006 proses pendekatan dan perkenalan, akhirnya pada tahun 2011 Rumah Baca Paguyuban Terminal atau yang lebih dikenal dengan nama Rumah Baca Panter resmi berdiri. "Lucu, mereka akhirnya pergi sendiri, mungkin risih ya, makin lama buku dan teman-teman yang datang makin banyak," ujar Andi lagi.
Dalam prosesnya memang sedikit unik, disaat Andi dan kawan-kawannya berhasil diterima oleh masyarakat di lingkungan terminal, ia kemudian pelan-pelan menyampaikan keinginannya untuk menggunakan ruang tersebut sebagai ruang perpustakaan dan membaca gratis bagi orang-orang di terminal Depok. Gayung bersambut, orang-orang di sana mendukung dan bersedia menyediakan sedikit ruang untuk Andi di bagian depan guna meletakkan meja kecil dan rak sederhana untuk menyimpan buku sementara mereka masih menggunakan ruang bagian belakang untuk aktifitas biasa.
"Rumah Baca ini kuat di jaringan, khususnya media sosial Twitter. Dari awal gue kejar semua buku yang bisa gue dapat, ajak temen-temen untuk datang dan iseng baca di sini, lama-kelamaan ruangan jadi rame dan penuh sama buku, ya otomatis orang-orang yang biasa tidur-tiduran di sini jadi merasa nggak enak," kata Andi sambil tersenyum.
Singkat cerita justru orang-orang tersebut bersama dengan warga terminal dalam satu paguyuban terminal-ah yang kemudian membantu untuk membuat rak buku dan mengecat ruangan hingga pada akhirnya mereka "menghibahkan" ruangan itu kepada Andi dan kawan-kawannya.
Terhitung sejak tanggal peresmian, Rumah Baca Panter telah menjalankan beberapa program yang menunjang visi misi dan tujuan utama mereka yaitu "Menciptakan Lingkungan Masyarakat Terminal yang Santun, Cerdas serta Memiliki Jiwa Sosial yang Tinggi".
Para pengurus sepakat untuk membuka kelas belajar yang diperuntukkan bagi masyarakat terminal Depok, gratis. "Iya, gratis, siapapun bisa dan boleh membaca di dalam ruangan Rumah Baca ini, boleh meminjam buku dan juga boleh turut serta ikut di dalam program-program kelas belajar yang diadakan oleh Rumah Baca Panter," ujar Widi Wihendra, salah seorang pengurus yang dipercaya bertanggung jawab untuk divisi penelitian dan pengembangan Rumah Baca Panter.
Program
Selain tentunya ruang pustaka, Rumah Baca Panter juga telah berhasil menjalankan beberapa program kelas belajar. Kelas-kelas belajar dan aksi yang telah dan sedang berjalan diantaranya:
1. Kelas Bahasa Indonesia ( baca dan tulis )
2. Kelas Bahasa Inggris
3. Kelas Ilmu Pengetahuan Umum (IPA & IPS)
4. Kelas Matematika
5. Kelas Membaca Al-Quran dan Iqra’
6. Kelas Teater
7. Kelas Perakitan Komputer
8. Kelas Kerajinan Tangan dan Keterampilan
9. Kelas Biola
10. Kelas Aksiku
Kelas ini diisi oleh pengajar tamu, kelas ini dibuka setiap hari sabtu selama 2 jam. “Seluruh tenaga pengajar di sini adalah sukarelawan, mereka kebanyakan merupakan mahasiswa dan mahasisiwi perguruan tinggi yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya, mereka semua rela mengajar tanpa dibayar," kata Widi lagi. (Widi Wihendra Putra/Arn)
*Widi Wihendra Putra adalah salah seorang pengurus Rumah Baca Panter yang dapat dihubungi melalui akun Twitter @widipedia_.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan,wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Mulai 10-20 September ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Komunitasku Keren!". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Advertisement