Liputan6.com, Aceh Utara: Polisi menjinakkan tujuh bom rakitan yang ditemukan di bawah lantai markas kelompok separatis Gerakan Aceh Merdeka di Desa Cot Keupok, Kecamatan Baktiya, Aceh Utara, Sabtu (3/1) malam. Markas GAM tersebut sudah pernah dibakar TNI sebelum Darurat Militer diberlakukan di Aceh.
Bom ditemukan pertama kali oleh personel Batalyon Infanteri 501 TNI AD. Karena tak memiliki tim penjinak bom, Satuan Gegana Polri yang bermarkas di Pos Walet, Lhokseumawe didatangkan ke lokasi. Kepala Kepolisian Resor Aceh Utara Ajun Komisaris Besar Polisi Agus Salim.
Sesaat setelah mendampingi Satuan Gegana, Kapolres Aceh Utara mengatakan, bom rakitan itu ditanam sekitar 20 sentimeter di bawah lantai yang telah dicor dengan semen. Kapolres Aceh Utara juga memperkirakan, bom rakitan bisa melukai orang hingga radius 50 meter dari pusat ledakan. Saat ini, bom diamankan di Markas Polres Aceh Utara. Rencananya, bom akan diledakkan bila upaya pembekuan tak dapat dilakukan.
Di Peureulak, Aceh Timur, anggota Tim Laboratorium Forensik Markas Besar Polri telah menyelidiki lokasi ledakan bom rakitan saat malam Tahun Baru. Sejauh ini, Tim Labfor baru memfokuskan penyelidikan di lokasi kejadian dengan mengumpulkan serpihan bom untuk mengetahui jenis bom serta bahan peledak yang digunakan. Sementara Tim Forensik dari Universitas Sumatra Utara dan Rumah Sakit Umum dokter Pirngadi Medan telah mengotopsi jenazah tanpa indentitas yang tersimpan di RSU Langsa.
Hasil otopsi menyebutkan, korban tersebut tewas beberapa saat setelah ledakan. Namun demikian, menurut Ketua Tim Forensik Amar Singh, mereka membutuhkan waktu sekitar tujuh hari untuk memastikan hasil otopsi, termasuk untuk melakukan uji balistik.
Ledakan pada malam Tahun Baru terjadi saat warga menyaksikan acara panggung gembira di Lapangan Sepak Bola Peureulak. Bom rakitan tersebut diduga diletakkan di bawah panggung [baca: Perayaan Tahun Baru di Aceh, Delapan Tewas]. Jumlah korban yang tewas akibat ledakan bom bertambah lagi menjadi sebelas orang. Korban terakhir yang meninggal dunia adalah Wahidin. Dia mengembuskan napas terakhir setelah menjalani dua kali operasi. Jenazah Wahidin telah dibawa pulang oleh keluarganya untuk dimakamkan [baca: Korban Bom Peureulak Menjadi 10 Orang].(SID/Muhammad Nasier dan Muhammadan)
Bom ditemukan pertama kali oleh personel Batalyon Infanteri 501 TNI AD. Karena tak memiliki tim penjinak bom, Satuan Gegana Polri yang bermarkas di Pos Walet, Lhokseumawe didatangkan ke lokasi. Kepala Kepolisian Resor Aceh Utara Ajun Komisaris Besar Polisi Agus Salim.
Sesaat setelah mendampingi Satuan Gegana, Kapolres Aceh Utara mengatakan, bom rakitan itu ditanam sekitar 20 sentimeter di bawah lantai yang telah dicor dengan semen. Kapolres Aceh Utara juga memperkirakan, bom rakitan bisa melukai orang hingga radius 50 meter dari pusat ledakan. Saat ini, bom diamankan di Markas Polres Aceh Utara. Rencananya, bom akan diledakkan bila upaya pembekuan tak dapat dilakukan.
Di Peureulak, Aceh Timur, anggota Tim Laboratorium Forensik Markas Besar Polri telah menyelidiki lokasi ledakan bom rakitan saat malam Tahun Baru. Sejauh ini, Tim Labfor baru memfokuskan penyelidikan di lokasi kejadian dengan mengumpulkan serpihan bom untuk mengetahui jenis bom serta bahan peledak yang digunakan. Sementara Tim Forensik dari Universitas Sumatra Utara dan Rumah Sakit Umum dokter Pirngadi Medan telah mengotopsi jenazah tanpa indentitas yang tersimpan di RSU Langsa.
Hasil otopsi menyebutkan, korban tersebut tewas beberapa saat setelah ledakan. Namun demikian, menurut Ketua Tim Forensik Amar Singh, mereka membutuhkan waktu sekitar tujuh hari untuk memastikan hasil otopsi, termasuk untuk melakukan uji balistik.
Ledakan pada malam Tahun Baru terjadi saat warga menyaksikan acara panggung gembira di Lapangan Sepak Bola Peureulak. Bom rakitan tersebut diduga diletakkan di bawah panggung [baca: Perayaan Tahun Baru di Aceh, Delapan Tewas]. Jumlah korban yang tewas akibat ledakan bom bertambah lagi menjadi sebelas orang. Korban terakhir yang meninggal dunia adalah Wahidin. Dia mengembuskan napas terakhir setelah menjalani dua kali operasi. Jenazah Wahidin telah dibawa pulang oleh keluarganya untuk dimakamkan [baca: Korban Bom Peureulak Menjadi 10 Orang].(SID/Muhammad Nasier dan Muhammadan)