Citizen6, Jakarta: "Belajar, mengajar, di ajar untuk berpeduli menuju ekonomi pendidikan, pendidikan ekonomi." Jika ada kata pendidikan ekonomi dan ekonomi pendidikan itulah prinsip kami untuk berpeduli.
Kegiatan kami mengajar di perkampungan pemulung Jalan Kebagusan 1 RT.06/09 Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Charity of Childern Education (CCE) Community didirikan 1 tahun lalu oleh 8 anak muda yg suka bisnis. Saat itu kami, bisnis product yang mengharuskan mencari botol bekas dan akhirnya kami blusukan ke perkampungan pemulung. Ternyata adik-adik yang tinggal disitu tidak sekolah dan menjadi pemulung karena kekurangan biaya. Bahkan banyak yang mengamen dan jadi preman lampu merah.
Tanpa berfikir panjang kami membuat kelas belajar untuk mereka dan sambutannya sangat baik. Awalnya kami mengajar di mushola tapi sekarang sudah terkena gusur karena lahan yang akan dibeli Pemda, itulah tantangan awal bagi kami yang mengharuskan belajar di kuburan. Bersyukur sekali dari bantuan dan usaha mandiri kami, saat ini kami memiliki kelas dari papan ukuran 3x6 untuk belajar, yang letaknya ditengah-tengah perkampungan pemulung. Kami mengajar sore hari jam 15.00-16.00 wib di hari Senin, Rabu, Jumat, Sabtu dan Minggu.
Kami menetapkan target setiap tahunnya mendaftarkan adik-adik ke sekolah formal, dengan tantangan surat-surat identitas yang kurang memadai, namun itu harus dihadapi.
Kami menyebarluaskan informasi ini melalui akun twiteer @CCE_Community dan akhirnya saat ini volunteer kami berjumlah kurang lebih 25 orang dari berbagai mahasiswa, pemuda berbagai kampus di Jakarta, Depok dan Bogor. Dengan berbagai perbedaan, kami satukan dengan prinsip mengajar, belajar, diajar untuk ekonomi pendidikan dan pendidikan ekonomi. (Mintarsih/Arn)
*Mintarsih adalah pendiri CCE community yang dapat dihubungi melalui Twitter @cce_community.
Kegiatan kami mengajar di perkampungan pemulung Jalan Kebagusan 1 RT.06/09 Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Charity of Childern Education (CCE) Community didirikan 1 tahun lalu oleh 8 anak muda yg suka bisnis. Saat itu kami, bisnis product yang mengharuskan mencari botol bekas dan akhirnya kami blusukan ke perkampungan pemulung. Ternyata adik-adik yang tinggal disitu tidak sekolah dan menjadi pemulung karena kekurangan biaya. Bahkan banyak yang mengamen dan jadi preman lampu merah.
Tanpa berfikir panjang kami membuat kelas belajar untuk mereka dan sambutannya sangat baik. Awalnya kami mengajar di mushola tapi sekarang sudah terkena gusur karena lahan yang akan dibeli Pemda, itulah tantangan awal bagi kami yang mengharuskan belajar di kuburan. Bersyukur sekali dari bantuan dan usaha mandiri kami, saat ini kami memiliki kelas dari papan ukuran 3x6 untuk belajar, yang letaknya ditengah-tengah perkampungan pemulung. Kami mengajar sore hari jam 15.00-16.00 wib di hari Senin, Rabu, Jumat, Sabtu dan Minggu.
Kami menetapkan target setiap tahunnya mendaftarkan adik-adik ke sekolah formal, dengan tantangan surat-surat identitas yang kurang memadai, namun itu harus dihadapi.
Kami menyebarluaskan informasi ini melalui akun twiteer @CCE_Community dan akhirnya saat ini volunteer kami berjumlah kurang lebih 25 orang dari berbagai mahasiswa, pemuda berbagai kampus di Jakarta, Depok dan Bogor. Dengan berbagai perbedaan, kami satukan dengan prinsip mengajar, belajar, diajar untuk ekonomi pendidikan dan pendidikan ekonomi. (Mintarsih/Arn)
*Mintarsih adalah pendiri CCE community yang dapat dihubungi melalui Twitter @cce_community.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan,wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Mulai 10-20 September ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Komunitasku Keren!". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Advertisement