Produsen otomotif tengah berlomba-lomba memikat masyarakat dengan produk mobil murah berkonsep Low Cost Green Car (LCGC). Mobil murah ini pun digadang sebagai salah satu program pemerintah mengurangi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Namun apa jadinya jika mobil-mobil murah itu ternyata menggunakan premium dan malah mengakibatkan jebolnya kuota BBM bersubsidi?
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Hatta Rajasa memastikan akan mengkaji ulang ketentuan aturan mobil murah jika para pemilik mobil murah nantinya masih menggunakan premium.
"Menurut saya kalau heavy-nya pada premium harus dicermati betul, kalau tidak ada keunggulannya sama saja bohong, itu kudeta hati namanya," ungkap Hatta saat ditemui di Gedung Menko, Jakarta, Rabu (18/9/2013).
Sebelumnya Hatta mengungkapkan mobil ini bakal didorong untuk menggunakan Bahan Bakar Khusus (BBK) untung mengurangi defisit neraca transaksi perdagangan Indonesia yang sebagian besar diakibatkan impor BBM.
"Sebetulnya kehadiran mobil murah akan mengurangi konsumsi (BBM). Low cost itu kan tidak hanya harga murah tapi penggunaan energi murah dan hemat. Syukur-syukur hybrid," papar dia.
Penggunaan teknologi ramah lingkungan pada mobil murah, bahkan diyakini akan mendorong rendahnya konsumsi BBM. "Harapannya mudah-mudahan dengan diproduksinya mobil murah bisa ikut menurunkan konsumsi BBM yang tadinya tinggi menjadi lebih rendah," tandasnya. (Yas/Shd)
Namun apa jadinya jika mobil-mobil murah itu ternyata menggunakan premium dan malah mengakibatkan jebolnya kuota BBM bersubsidi?
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Hatta Rajasa memastikan akan mengkaji ulang ketentuan aturan mobil murah jika para pemilik mobil murah nantinya masih menggunakan premium.
"Menurut saya kalau heavy-nya pada premium harus dicermati betul, kalau tidak ada keunggulannya sama saja bohong, itu kudeta hati namanya," ungkap Hatta saat ditemui di Gedung Menko, Jakarta, Rabu (18/9/2013).
Sebelumnya Hatta mengungkapkan mobil ini bakal didorong untuk menggunakan Bahan Bakar Khusus (BBK) untung mengurangi defisit neraca transaksi perdagangan Indonesia yang sebagian besar diakibatkan impor BBM.
"Sebetulnya kehadiran mobil murah akan mengurangi konsumsi (BBM). Low cost itu kan tidak hanya harga murah tapi penggunaan energi murah dan hemat. Syukur-syukur hybrid," papar dia.
Penggunaan teknologi ramah lingkungan pada mobil murah, bahkan diyakini akan mendorong rendahnya konsumsi BBM. "Harapannya mudah-mudahan dengan diproduksinya mobil murah bisa ikut menurunkan konsumsi BBM yang tadinya tinggi menjadi lebih rendah," tandasnya. (Yas/Shd)