Komisi III DPR saat ini melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap calon hakim agung. Namun pertemuan antara Komisi III DPR dan Calon Hakim Agung itu tidak hanya terjadi di dalam ruang rapat komisi yang membidani masalah hukum itu. Pertemuan juga terjadi di toilet Gedung Nusantara II DPR RI yang tak jauh dari ruang rapat.
Pertemuan di toilet itu terjadi antara salah satu calon hakim agung dari Pengadilan Tinggi Pontianak, Sudrajad Dimyati dan anggota Komisi III dari Fraksi PKB Bahrudin Nasori. Sudrajad menjadi peserta pertama uji kelayakan.
Usai menjalani uji kelayakan Sudrajad langsung keluar dan bergegas ke toilet. Namun tujuan Sudrajad ke toilet menunggu seseorang. Tak berapa lama datang seseorang masuk ke dalam toilet. Anggota Komisi III DPR yang sebelumnya menguji Sudrajad sebagai calong hakim agung, dari Fraksi PKB Bahrudin Nasori.
Di dalam kamar kecil itu, keduanya bertemu. Mereka sama-sama berposisi seperti membuang air kecil di urion atau tempat kencing berdiri di toilet. Pada saat itulah Sudrajad menyerahkan sebuah benda mirip amplop ke Bahrudin.
Perpindahan benda mirip amplop itu terjadi sangat cepat sekitar 1 menit. Tidak ada pembicaraan apapun yang dilakukan, namun keduanya hanya terlihat keduanya sedang berbisik.
Kejadian ini dipergoki oleh salah seorang saksi yang kebetulan sedang berada di toilet yang sama dengan kedua orang tersebut.
"Saya melihat ada sesuatu yang diberikan dari orang itu ke anggota Komisi III," kata salah seorang saksi mata tersebut berinisial MM di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (18/9/2013).
Awalnya MM tidak mengetahui jika terjadi keanehan di pertemuan calon hakim agung dengan Anggota Komisi III itu. Namun MM mendengar keduanya sedang berbisik dan memergoki ada sesuatu yang diberikan dari calon hakim agung ke anggota komisi III itu.
"Awalnya saya kira cuma buang air kecil saja, tapi dia memberikan sesuatu ke anggota itu," imbuhnya.
Setelah benda yang mirip amplop itu berpindah tangan dari Sudrajad ke Bahruddin, maka kemudian Bahruddin langsung keluar lebih dahulu dan selang beberapa menit kemudian diikuti oleh Sudrajad.
Bantahan
Saat dikonfirmasi, Sudrajad berkali-kali menyibukkan diri dengan telepon genggamnya. Setelah beberapa saat, barulah ia menjawab.
"Tidak ada (lobi khusus), saya ke kamar mandi karena ingin kencing," kata Sudrajad kepada MM saat ditanya apa yang sedang dilakukannya di dalam toilet.
Secara terpisah, Bahruddin juga membantah menerima sesuatu dari Sudrajad saat keduanya bertemu di toilet. Bahruddin mengaku hanya ingin menanyakan mengenai sejumlah calon Hakim Agung kepada Sudrajad.
Setelah pertemuan dengan Sudrajad, Bahruddin tak terlihat di ruang rapat Komisi III. Bahkan sampai uji kelayakan direhat sekitar pukul 13.00, Bahruddin masih belum kembali ke ruang rapat tersebut.
"Nggak. Saya cuma nanya ada berapa calon (Hakim Agung) yang perempuan, dan ada berapa calon yang nonkarier," tandas Bahruddin.
Menanggapi itu, Ketua Komisi III DPR Gede Pasek Suardika mempertanyakan kenapa anggotanya bertemu dengan salah satu calon Hakim Agung di tempat yang tak seharusnya. Bahkan lebih jauh, Pasek menyatakan data lengkap mengenai calon Hakim Agung telah dimiliki oleh semua anggotanya, sehingga pertanyaan-pertanyaan standar seharusnya telah bisa terjawab dalam data tersebut dan hanya diperkenankan melakukan pendalaman dalam forum yang disediakan, yakni dalam uji kelayakan dan kepatutan di ruang rapat komisi.
"Dalam suasana ini seharusnya bisa saling menjaga marwah, jangan melakukan pertemuan yang bisa dibaca negatif, sebaiknya dihindari. Kalau mau menanyakan sesuatu, sebaiknya di dalam forum," kata Pasek.
Sudrajad Dimyati merupakan Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Pontianak (Kamar Perdata). Dalam uji kelayakan dan kepatutan di hadapan Komisi III DPR, Sudrajad mengaku termotivasi ingin menjadi Hakim Agung karena ingin menegakkan hukum sebenar-benarnya. Menurutnya, penegakkan hukum tak dapat ia lakukan dengan optimal selama dirinya masih berada di posisi bawah.
Selain itu, Sudrajad juga menyatakan diri sebagai sosok yang sederhana. Kebiasaan hidup sederhana itu ia tanamkan juga kepada keluarganya.
"Saya kalau naik pesawat selalu yang termurah. Kalau ke Cengkareng (bandara), selalu naik Damri, ongkosnya Rp 30.000," kata Sudrajad di hadapan Komisi III DPR saat melakukan uji kelayakan dan kepatutan sebagai calon hakim agung. (Ary/Ism)
Pertemuan di toilet itu terjadi antara salah satu calon hakim agung dari Pengadilan Tinggi Pontianak, Sudrajad Dimyati dan anggota Komisi III dari Fraksi PKB Bahrudin Nasori. Sudrajad menjadi peserta pertama uji kelayakan.
Usai menjalani uji kelayakan Sudrajad langsung keluar dan bergegas ke toilet. Namun tujuan Sudrajad ke toilet menunggu seseorang. Tak berapa lama datang seseorang masuk ke dalam toilet. Anggota Komisi III DPR yang sebelumnya menguji Sudrajad sebagai calong hakim agung, dari Fraksi PKB Bahrudin Nasori.
Di dalam kamar kecil itu, keduanya bertemu. Mereka sama-sama berposisi seperti membuang air kecil di urion atau tempat kencing berdiri di toilet. Pada saat itulah Sudrajad menyerahkan sebuah benda mirip amplop ke Bahrudin.
Perpindahan benda mirip amplop itu terjadi sangat cepat sekitar 1 menit. Tidak ada pembicaraan apapun yang dilakukan, namun keduanya hanya terlihat keduanya sedang berbisik.
Kejadian ini dipergoki oleh salah seorang saksi yang kebetulan sedang berada di toilet yang sama dengan kedua orang tersebut.
"Saya melihat ada sesuatu yang diberikan dari orang itu ke anggota Komisi III," kata salah seorang saksi mata tersebut berinisial MM di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (18/9/2013).
Awalnya MM tidak mengetahui jika terjadi keanehan di pertemuan calon hakim agung dengan Anggota Komisi III itu. Namun MM mendengar keduanya sedang berbisik dan memergoki ada sesuatu yang diberikan dari calon hakim agung ke anggota komisi III itu.
"Awalnya saya kira cuma buang air kecil saja, tapi dia memberikan sesuatu ke anggota itu," imbuhnya.
Setelah benda yang mirip amplop itu berpindah tangan dari Sudrajad ke Bahruddin, maka kemudian Bahruddin langsung keluar lebih dahulu dan selang beberapa menit kemudian diikuti oleh Sudrajad.
Bantahan
Saat dikonfirmasi, Sudrajad berkali-kali menyibukkan diri dengan telepon genggamnya. Setelah beberapa saat, barulah ia menjawab.
"Tidak ada (lobi khusus), saya ke kamar mandi karena ingin kencing," kata Sudrajad kepada MM saat ditanya apa yang sedang dilakukannya di dalam toilet.
Secara terpisah, Bahruddin juga membantah menerima sesuatu dari Sudrajad saat keduanya bertemu di toilet. Bahruddin mengaku hanya ingin menanyakan mengenai sejumlah calon Hakim Agung kepada Sudrajad.
Setelah pertemuan dengan Sudrajad, Bahruddin tak terlihat di ruang rapat Komisi III. Bahkan sampai uji kelayakan direhat sekitar pukul 13.00, Bahruddin masih belum kembali ke ruang rapat tersebut.
"Nggak. Saya cuma nanya ada berapa calon (Hakim Agung) yang perempuan, dan ada berapa calon yang nonkarier," tandas Bahruddin.
Menanggapi itu, Ketua Komisi III DPR Gede Pasek Suardika mempertanyakan kenapa anggotanya bertemu dengan salah satu calon Hakim Agung di tempat yang tak seharusnya. Bahkan lebih jauh, Pasek menyatakan data lengkap mengenai calon Hakim Agung telah dimiliki oleh semua anggotanya, sehingga pertanyaan-pertanyaan standar seharusnya telah bisa terjawab dalam data tersebut dan hanya diperkenankan melakukan pendalaman dalam forum yang disediakan, yakni dalam uji kelayakan dan kepatutan di ruang rapat komisi.
"Dalam suasana ini seharusnya bisa saling menjaga marwah, jangan melakukan pertemuan yang bisa dibaca negatif, sebaiknya dihindari. Kalau mau menanyakan sesuatu, sebaiknya di dalam forum," kata Pasek.
Sudrajad Dimyati merupakan Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Pontianak (Kamar Perdata). Dalam uji kelayakan dan kepatutan di hadapan Komisi III DPR, Sudrajad mengaku termotivasi ingin menjadi Hakim Agung karena ingin menegakkan hukum sebenar-benarnya. Menurutnya, penegakkan hukum tak dapat ia lakukan dengan optimal selama dirinya masih berada di posisi bawah.
Selain itu, Sudrajad juga menyatakan diri sebagai sosok yang sederhana. Kebiasaan hidup sederhana itu ia tanamkan juga kepada keluarganya.
"Saya kalau naik pesawat selalu yang termurah. Kalau ke Cengkareng (bandara), selalu naik Damri, ongkosnya Rp 30.000," kata Sudrajad di hadapan Komisi III DPR saat melakukan uji kelayakan dan kepatutan sebagai calon hakim agung. (Ary/Ism)