Euforia penundaan program pengurangan stimulus The Federal Reserves tengah melanda pasar modal Indonesia. Indeks yang sebelumnya terpuruk di zona merah, kini justru melompat ratusan poin.
Pada penutupan perdagangan bursa saham sesi pertama, Kamis (19/9/2013), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 194,94 poin (4,37%) ke level 4.658,2. Indeks saham bluechips juga melompat hingga 5,32%.
Sentimen The Fed juga membuat pemodal asing memanfaatkan momentum tersebut untuk kembali berburu saham. Asing tercatat membukukan nett buy sekitar Rp 1 triliun.
Transaksi perdagangan kali ini didominasi penguatan harga saham dari 243 emiten. Sementara 36 lainnya belum siap menikmati sentimen positif The Fed.
Perdagangan saham ini mencapai 188.001 kali dengan efek yang berpindahtangan mencapai 6,17 miliar. Nilai transaksi perdagangan saham mencapai Rp 7,57 triliun.
Seluruh sektor saham kali ini bergerak ceria. Emiten sektor konstruksi mengalami penguatan indeks tertinggi hingga 8,35%. Diikuti keuangan 5,76%, industri aneka 5,07%, industri dasar 4,54%, dan manufaktur.
Dari kawasan Asia, penguatan juga dialami bursa saham Nikkei yang menguat 1,5%, HSI Hong Kong 1,66%, dan STI 1,75%. Dengan demikian penguatan IHSG kali ini merupakan yang tertinggi.
Di pasar keuangan, kurs rupiah juga ikut terkena sentimen positif penundaan tappering the Fed. Data kurs Valas Bloomberg menunjukan rupiah hingga perdagangan pukul 11.09 WIB bergerak menguat ke level 11.095 per dolar AS.
Penguatan tajam juga terlihat dari data kurs tengah Bank Indonesia. Rupiah yang sebelumnya sempat kembali ke level 11.492, akhirnya bisa kembali membaik ke level 11.278 per dolar AS. (Shd)
Pada penutupan perdagangan bursa saham sesi pertama, Kamis (19/9/2013), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 194,94 poin (4,37%) ke level 4.658,2. Indeks saham bluechips juga melompat hingga 5,32%.
Sentimen The Fed juga membuat pemodal asing memanfaatkan momentum tersebut untuk kembali berburu saham. Asing tercatat membukukan nett buy sekitar Rp 1 triliun.
Transaksi perdagangan kali ini didominasi penguatan harga saham dari 243 emiten. Sementara 36 lainnya belum siap menikmati sentimen positif The Fed.
Perdagangan saham ini mencapai 188.001 kali dengan efek yang berpindahtangan mencapai 6,17 miliar. Nilai transaksi perdagangan saham mencapai Rp 7,57 triliun.
Seluruh sektor saham kali ini bergerak ceria. Emiten sektor konstruksi mengalami penguatan indeks tertinggi hingga 8,35%. Diikuti keuangan 5,76%, industri aneka 5,07%, industri dasar 4,54%, dan manufaktur.
Dari kawasan Asia, penguatan juga dialami bursa saham Nikkei yang menguat 1,5%, HSI Hong Kong 1,66%, dan STI 1,75%. Dengan demikian penguatan IHSG kali ini merupakan yang tertinggi.
Di pasar keuangan, kurs rupiah juga ikut terkena sentimen positif penundaan tappering the Fed. Data kurs Valas Bloomberg menunjukan rupiah hingga perdagangan pukul 11.09 WIB bergerak menguat ke level 11.095 per dolar AS.
Penguatan tajam juga terlihat dari data kurs tengah Bank Indonesia. Rupiah yang sebelumnya sempat kembali ke level 11.492, akhirnya bisa kembali membaik ke level 11.278 per dolar AS. (Shd)