Syeikh Khalifa, Kaya Raya Tapi Tak Gila Istri

Kehidupan raja super kaya biasanya identik dengan banyak istri dan kehidupan mewah. Tapi Syeikh Khalifa tetap bertahan dengan satu istri.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 19 Sep 2013, 17:35 WIB

Hidup di keluarga kerajaan sebagai putra sulung, Syeikh Khalifa harus siap memangku tahta kerajaan sepeninggal sang ayah. Sejak kecil Syeikh Khalifa sangat menyadari posisinya tersebut.

Syeikh Khalifa sudah menggeluti persoalan pemerintah sejak kecil. Lama tinggal dengan rakyatnya membuat Syeikh Khalifa sangat memahami kebutuhan rakyatnya.

Tak heran setahun setelah terpilih menjadi raja Abu Dhabi dan presiden Uni Emirat Arab, dia menaikkan 100% seluruh gaji tenaga kerja di negaranya. Keahliannya di bidang ekonomi membuatnya menjadi raja ke-4 terkaya di dunia dengan harta berjumlah  US$ 15 miliar atau setara Rp 162,7 triliun.

Dengan kekayaan yang melimpah itu, Syeikh Khalifa terkenal sangat dermawan. Dia pernah mendonasikan dana dalam jumlah besar untuk dua universitas asing.

Syeikh Khalifa terkenal sebagai profil yang setia mengingat dirinya hanya memiliki satu istri hingga saat ini.

Bagaimana kisah kehidupan raja setia nan dermawan ini?

Sejak kecil dekat dengan rakyat

Raja Khalifa Bin Zayed Al Nahayan atau lebih akrab dikenal dengan Sheikh Khalifa lahir pada 25 Januari 1948. Dia merupakan putra sulung dari pasangan Zayed bin Sultan Al Nahyan dan Hassa bint Mohammed bin Khalifa Al Nahyan.

Dia memiliki dua adik laki-laki bernama Mansour bin Zayed Al Nahyan dan Ahmed bin Zayed Al Nahyan. Khalifa menghabiskan masa kecilnya belajar di kota Al Ain. Sejak kecil dia sudah dididik untuk menjadi pengganti raja suatu hari nanti. Dia sudah belajar mengenai pemerintahan dan kepemimpinan di sekolah yang didirikan ayahnya.

Al Ain dan Al Buraimi tempatnya belajar merupakan pusat ekonomi yang penting dan strategis untuk Uni Emirat Arab. Selain itu sekolahnya terletak di pusat keamanan wilayah yang strategis dan besar. Tempat tersebut berhubungan dengan lepas pantai Arab.

Saat itu, Al Ain masih kekurangan infrastruktur, seperti jalan raya, listrik,  dan pendidikan modern.

Tugas yang sangat sulit bagi sang ayah saat itu adalah merebut tempat tersebut dari sejumlah suku di sana dan memastikan keamaan serta stabilitas internal di kawasan tersebut. Meski demikian dia juga bertugas memakmurkan suku di sana.

Khalifa merupakan anak yang beruntung mengingat dirinya memperoleh manfaat dari dua lembaga pendidikan yang terhebat baik dari pengajaran dan pendidikan politik. Di sana dia semakin dekat dengan suku-suku Al Ain.

Khalifa mempelajari etika dan karakteristiknya. Di sana dia belajar manajemen dan keterampilan berkomunikasi.

Mulai jajaki karir di kerajaan

Khalifa memiliki hubungan kekerabatan yang erat dengan kalangan `Bani Yas` yang dianggap sebagai induk negara-negara di Timur Tengah. Saat ini Bani Yas dikenal dengan nama Uni Emirat Arab.

Khalifa selalu mengikuti jejak sang ayah sepanjang hidupnya.  Pada 1966, Khalifa ditunjuk menjadi Kepala Departemen Pengadilan di Al Ain. Posisi tersebut membawa pengaruh besar bagi kehidupan pribadinya. Saat itu ayahnya baru menjadi penguasa baru Abu Dhabi.

Tinggal di Al Ain memberikan peluang besar bagi dirinya untuk berkomunikasi dengan masyarakat Uni Emirat Arab sehari-hari. Khalifa bisa langsung mengetahui kondisi dan kebutuhan rakyatnya.

Di usianya yang ke-21 tahun dia sudah diangkat menjadi putra mahkota dan dipastikan menggantikan sang ayah saat dirinya lengser dari kursi kerajaan. Zayed, sang ayah, sangat yakin pada kemampuan sang anak dan memberinya berbagai kewenangan.

Khalifa bertanggung jawab atas sejumlah rencana peningkatan bidang agrikultur dan penggalian sumur-sumur baru. Kesuksesannya merupakan batu loncatan untuk karir panjang yang dia jalani di bidang pelayanan jasa. Khalifa melakukan peran kepemimpinannya dengan tenang dan terampil. Tak heran dia menyabet berbagai prestasi dan penghargaan.

Jadi raja pada usia 66 tahun

Khalifa selalu sukses dengan tugas-tugas pemerintahannya. Tak heran saat pembentukan pemerintahan Uni Emirat Arab dibakukan, dia terpilih menjadi perdana menteri Abu Dhabi pada 1971.

Keahliannya memegang jabatan tersebut membuat dirinya diangkat sebagai wakil perdana menteri Uni Emirat Arab dua tahun kemudian. Pada 1976 dia diangkat sebagai Komandan Angkatan Bersenjata Uni Emirat Arab. Dia sangat senang dengan keputusan ini karena sejalan dengan impiannya meningkatkan kemampuan pertahanan negaranya.

Khalifa juga sangat memperhatikan sektor minyak di negaranya. Berbagai perusahaan asing berdatangan untuk bekerja sama dengan perusahaan minyak di negaranya berkat keahlian ekonomi dan komunikasi yang dimilikinya. Terbukti berbagai investasi besar digelontorkan ke negara-negara barat guna mengembangkan sejumlah industri terkait minyak dan gas.

Pria yang jago di bidang militer ini ternyata turut berperan meningkatkan perkembangan teknologi di Uni Emirat Arab.

Dia lalu menduduki kursi kerajaan dan dinobatkan sebagai raja Abu Dhabi dan presiden Uni Emirat Arab saat sang ayah meninggal pada 2004. Rakyat tak meragukan kemampuannya memimpin negara mengingat serangkaian keberhasilan yang diukirnya di berbagai bidang.

Raja terkaya dunia yang dermawan

Syeikh Khalifa diangkat sebagai raja menggantikan ayahnya pada 3 November 2004. Berkat bakat bisnisnya dia berhasil menjadi salah satu raja terkaya di dunia dengan total harta berjumlah  US$ 15 miliar atau setara Rp 162,7 triliun.

Meskipun saat ini dia mengelola 97,8 miliar barel cadangan minyak di Uni Emirat Arab, tapi kekayaannya tak hanya berasal dari industri tersebut. Syeikh Khalifa juga mengelola dana kekayaan penguasa tertinggi kedua di dunia dengan jumlah aset berjumlah US$ 627 miliar.

Setahun setelah menjabat di posisi tersebut, Khalifa menaikkan 100% gaji seluruh tenaga kerja di negaranya. Langkah ini merupakan salah satu caranya untuk meneruskan mimpi sang ayah dalam mengembangkan negara dan memakmurkan rakyat.

Selain loyal terhadap rakyat, dia juga terkenal sangat dermawan. Syeikh Khalifa menciptakan sejumlah program bantuan baik dalam bentuk beasiswa, dana penelitian dan dana tunai. Dia diketahui menyumbangkan sebagian kekayaannya pada University of Wales and the University of Texas.

Dana Sebesar US$ 150 juta digelontorkan untuk membiayai pendirian klinik perawatan kanker di University of Texas. Tak hanya itu, tahun lalu dia membagikan iPad gratis pada seluruh siswa di tiga universitas besar di Uni Emirat Arab.

Meski menyandang raja terkaya dunia, Syeikh Khalifah terkenal rendah hati dan dermawan. Dia juga sangat memperhatikan kebutuhan rakyatnya.

Kaya raya tapi tak `gila` istri

Kehidupan raja super kaya biasanya identik dengan banyak istri dan kehidupan mewah. Berbeda dengan ayahnya yang memiliki enam istri, Syeikh Khalifa hanya memiliki satu istri dan tak pernah menikah lagi hingga kini.

Dari pernikahannya bersama Sheikha Shamsa binti Suhail Al Mazrouei, pasangan tersebut dianugerahi delapan anak yang terdiri dari dua  laki-laki dan enam perempuan.

Sebagai anak pertama, Mohammed bin Khalifa bin Zayed Al Nahyan diangkat menjadi wakil putra mahkota Abu Dhabi oleh sang kakek, Syeikh Zayed. Saat ini Syeikh Khalifa tercatat sebagai salah satu orang paling kuat di dunia dan berada di posisi ke-33 versi Forbes. (Sis/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya