Berbagai negara dan daerah ternyata memiliki hidangan yang tidak biasa. Bahkan malah terkesan ekstrem, karena makanan yang disantap tidak hanya makanan matang tapi juga daging mentah.
Dikutip dari Healthmeup, Jumat (20/9/2013) berikut tujuh makanan ekstrem tersebut:
Dikutip dari Healthmeup, Jumat (20/9/2013) berikut tujuh makanan ekstrem tersebut:
1. Makan kadal
Di padang pasir dekat Tabuk, Arab Saudi ada seorang pria yang dikenal senang makan kadal. Kadal dianggapnya merupakan santapan lezat di beberapa bagian Timur Tengah.
Kadal ini ditangkap di musim semi menggunakan kait, anjing pelacak serta tangan kosong. Pria tersebut mengaku, ia bisa makan mentah kadal tersebut atau dipanggang. Menurut kepercayaan orang umum, darah kadal digunakan untuk mengobati berbagai penyakit.
Advertisement
Citizen6, Surabaya: Seorang warga Surabaya, Sidharta, menemukan seekor cecak yang memiliki kepala seperti ikan Louhan. (Pengirim: Sidharta)
2. Guinea pig (sejenis hamster atau tikus)
Di kota Andes, demi melawan cuaca ekstrim dingin di dataran tinggi, masyarakatnya banyak yang makan Guinea pig.
3. Darah mentah
Hidangan darah mentah dan isi perut dimasak di sebuah restoran di Hanoi. Darah ini dibekukan seolah menjadi puding dari bebek segar atau babi. Meskipun darah bebek segar kurang dikonsumsi setelah wabah flu burung, tapi ini adalah hidangan populer di negara Asia Tenggara.
Advertisement
4. Tikus
Karena virus flu burung merajalela di seluruh Asia, penjualan tikus untuk dimakan meroket di negara miskin Asia tenggara. Seperti misalnya di provinsi Battambang 290 km (181 mil) barat laut dari ibukota Phnom Penh, Kamboja dan di provinsi Suphan Buri, Bangkok Utara.
Meski harga tikus jadi mahal, tapi karena kelezatannya populer di warung pinggir jalan, makanan ini jadi lebih banyak diminati dibandingkan daging babi atau ayam.
5. Cicak
Somsak Inta (36) setiap hari makan cicak yang ada di rumahnya. Somsak mulai makan kadal ketika ia berusia 16 tahun. Ia percaya, makan cicak dapat meningkatkan gairah seksnya.
Advertisement
6. Belatung
"Mungkin makan belatung adalah jawaban terhadap krisis pangan global, menyusutnya lahan dan semakin sedikitnya sumber air," kata ilmuwan Belanda Arnold van Huis.
(Fit/Abd)