Kehadiran mobil murah banyak ditolak kepala daerah karena dituding bisa menimbulkan kemacetan baru. Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyayangkan jika ada mobil mahal orang marah, ada mobil murah juga marah.
Kalla juga menegaskan kehadiran mobil murah melalui konsep mobil murah dan ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) tidak akan mengancam pengembangan mobil nasional (mobnas).
"Itu masing-masing jalan saja. Mobil nasional akan bagus kalau juga jalan terus," kata Jusuf Kalla usai kegiatan Jalan Sehat Kemanusiaan Palang Merah Indonesia (PMI) Jawa Tengah di Semarang, seperti dikutip Antara, Minggu (22/9/2013).
Ketua Umum PMI itu mengungkapkan dulunya banyak yang mengeluhkan harga mobil di Indonesia termasuk termahal di dunia sehingga kemudian ada keinginan agar harga mobil yang dipasarkan bisa lebih murah.
Dengan konsep LCGC, kata dia, berarti tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan kehadiran mobil lebih murah tercapai dan sebenarnya tidak mesti keberadaannya membuat jalan semakin macet.
"Mobil murah 'kan tidak berarti harus macet. Tetapi memang harus diatur juga, apakah pajaknya, atau apanya, supaya tidak bebas-sebebasnya," kata mantan Ketua Umum Partai Golkar tersebut.
JK menegaskan persoalannya bukan sekadar setuju atau tidak setuju atas kebijakan mobil murah, tetapi kebijakan itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang menginginkan mobil murah.
"Sekarang misalnya cabai. Harga cabai mahal, Anda marah. Sementara harga cabai murah juga marah? Sama saja dengan mobil. Dulu ketika harga mahal marah, sekarang murah juga marah? Yang benar saja," katanya.
Berkaitan dengan sikap sejumlah kepala daerah yang menolak kebijakan mobil murah, ia mengatakan mungkin saja mereka sebenarnya ingin memberi solusi, bukan menolak kebijakan pemerintah soal mobil murah.
Sebab, kata Jusuf Kalla, penolakan daerah terhadap suatu kebijakan nasional, termasuk kebijakan mobil murah akan sangat berbahaya karena bisa membuat bangsa menjadi terpecah-belah.
"Sekarang kalau ada produk ditolak di sana, di tolak sini. Nanti nasional akan terpecah-pecah. Yang benar 'aja' negeri ini? Apa 'sih' yang kita inginkan? Masa mahal marah, murah juga marah," kata Jusuf Kalla. (Igw)
Kalla juga menegaskan kehadiran mobil murah melalui konsep mobil murah dan ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) tidak akan mengancam pengembangan mobil nasional (mobnas).
"Itu masing-masing jalan saja. Mobil nasional akan bagus kalau juga jalan terus," kata Jusuf Kalla usai kegiatan Jalan Sehat Kemanusiaan Palang Merah Indonesia (PMI) Jawa Tengah di Semarang, seperti dikutip Antara, Minggu (22/9/2013).
Ketua Umum PMI itu mengungkapkan dulunya banyak yang mengeluhkan harga mobil di Indonesia termasuk termahal di dunia sehingga kemudian ada keinginan agar harga mobil yang dipasarkan bisa lebih murah.
Dengan konsep LCGC, kata dia, berarti tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan kehadiran mobil lebih murah tercapai dan sebenarnya tidak mesti keberadaannya membuat jalan semakin macet.
"Mobil murah 'kan tidak berarti harus macet. Tetapi memang harus diatur juga, apakah pajaknya, atau apanya, supaya tidak bebas-sebebasnya," kata mantan Ketua Umum Partai Golkar tersebut.
JK menegaskan persoalannya bukan sekadar setuju atau tidak setuju atas kebijakan mobil murah, tetapi kebijakan itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang menginginkan mobil murah.
"Sekarang misalnya cabai. Harga cabai mahal, Anda marah. Sementara harga cabai murah juga marah? Sama saja dengan mobil. Dulu ketika harga mahal marah, sekarang murah juga marah? Yang benar saja," katanya.
Berkaitan dengan sikap sejumlah kepala daerah yang menolak kebijakan mobil murah, ia mengatakan mungkin saja mereka sebenarnya ingin memberi solusi, bukan menolak kebijakan pemerintah soal mobil murah.
Sebab, kata Jusuf Kalla, penolakan daerah terhadap suatu kebijakan nasional, termasuk kebijakan mobil murah akan sangat berbahaya karena bisa membuat bangsa menjadi terpecah-belah.
"Sekarang kalau ada produk ditolak di sana, di tolak sini. Nanti nasional akan terpecah-pecah. Yang benar 'aja' negeri ini? Apa 'sih' yang kita inginkan? Masa mahal marah, murah juga marah," kata Jusuf Kalla. (Igw)