Rahasia Hidup Abadi Menurut Ilmuwan Kontroversial Stephen Hawking

Menurut Hawking, hidup yang tak fana bisa dimungkinkan jika otak manusia berada dan mampu bekerja di luar tubuh. Maksudnya?

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 23 Sep 2013, 05:19 WIB
Stephen Hawking terkenal karena mendorong pemahaman kita tentang fisika hingga ke tepian alam semesta. Teori Black Hole dan Big Bang yang ia hasilkan merevolusi pemahaman konsep modern, tentang bagaimana alam semesta tercipta.

Namun kosmolog Cambridge University tersebut tiba-tiba mengalihkan perhatiannya ke kehidupan setelah kematian.

Ia kembali mengeluarkan gagasan kontroversial. Kali ini soal hidup abadi. Ia mengatakan, kehidupan yang tidak fana dimungkinkan jika otak manusia berada dan mampu bekerja di luar tubuh. Maksudnya?

Berbicara dalam rilis film dokumenter tentang hidupnya, Hawking mengatakan, organ tersebut seperti program yang bisa dikopi ke dalam komputer.

"Menurutku, otak seperti sebuah program dalam pikiran manusia, yang mirip komputer. Jadi, secara teoritis menyalin otak adalah komputer adalah mungkin. Hal itu akan menyediakan bentuk kehidupan setelah mati," kata dia seperti dimuat Cambridge News, 22 September 2013.


"Namun, ini jauh melampaui kemampuan kita sekarang. Saya pikir akhirat konvensional adalah dongeng untuk orang-orang takut gelap, "katanya seperti dikutip The Guardian seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail.

Dalam kalimat terakhir soal akhirat, lagi-lagi Hawking terang-terangan soal ketidakpercayaannya terhadap Tuhan.

Hawking sendiri pernah didiagnosis menderita penyakit neuron motorik pada usia 21 tahun, dan kala itu divonis hidupnya tinggal 2 atau 3 tahun lagi.

"Sepanjang hidupku aku menghadapi ancaman kematian dini. Jadi aku benci membuang-buang waktu," kata Hawking, dengan bantuan suara yang dihasilkan komputer yang ia kontrol dengan otot wajah dan kedipan dari satu matanya.

Film dokumenter terbarunya menceritakan tentang tindak tanduk seorang anak sekolah jenius, dengan tulisan tak terbaca, yang menikmati impiannya kuliah di Oxford University, sebelum sakit  memicu 'kegilaan seumur hidup' dengan penemuan teori tentang asal-usul alam semesta -- dimulai sebagai lulusan Universitas Cambridge, dan akhirnya seorang ilmuwan mengejutkan dunia.

Film ini ditayangkan pada tahun yang sama dengan peluncuran otobiografinya: Hawking: My Brief History.

Saudara perempuannya, Mary mengatakan, Stephen Hawking adalah sosok yang kompetitif dan selalu ingin tahun. Sangat akademis. Mary menceritakan, suatu hari ia mendapat kado rumah boneka saat anak-anak, yang oleh saudaranya itu, ditambahi pipa dan listrik.

Bagi Mary, kehidupan bersama Stephen Hawking adalah menarik, tapi kadang juga membuat frustasi. "Buang-buang waktu berdebat dengan Stephen, dia selalu berhasil mengubah putaran argumen," katanya.

Sebelumnya, ilmuwan 71 tahun yang mahsyur di dunia berkat bukunya, 'A Brief History of Time' sebelumnya menyatakan mendukung opsi bunuh diri atau euthanasia bagi pasien yang sakit parah.

"Kita tak bisa membiarkan binatang menderita, mengapa tidak demikian dengan manusia?" kata dia dalam wawancaranya dengan BBC seperti dimuat Daily Mail, 18 September 2013.

"Menurutku mereka yang menderita penyakit parah dan mengalami rasa sakit luar biasa punya hak untuk memilih mengakhiri hidupnya. Dan siapapun yang membantu mereka mewujudkan keinginan itu, tak boleh dihukum."

Namun Hawking menambahkan, harus ada perlindungan untuk memastikan bahwa orang tersebut memilih mati atas kemauan sendiri, tidak dalam tekanan. "Atau jangan melakukannya tanpa sepengetahuan atau persetujuan pasien," kata dia. "Seperti yang pernah terjadi padaku."

Baca selengkapnya: Stephen Hawking Dukung Opsi `Bunuh Diri`

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya