`Ferrari` Luar Angkasa Eropa Akan Jatuh ke Bumi Oktober

Satelit GOCE telah paripurna melaksanakan tugasnya memetakan medan grativasi Bumi. Kapan dan di mana ia jatuh, belum diketahui.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 24 Sep 2013, 15:47 WIB
Satelit Gravity field and steady-state Ocean Circulation Explorer (GOCE) milik Badan Antariksa Eropa (ESA) telah paripurna melaksanakan tugasnya memetakan medan grativasi Bumi. Pesawat yang dijuluki  'Ferrari luar angkasa' itu segera menjadi sampah di angkasa luar, lalu jatuh dan terbakar dalam atmosfer.

GOCE akan habis bahan bakarnya pada Oktober, namun kapan dan di mana ia jatuh menghujam Bumi sama sekali tak diketahui. "Itu akan terjadi sekitar 2 atau 3 minggu setelah satelit kehabisan bahan bakar pada pertengahan Oktober," demikian ungkap pejabat ESA, seperti dimuat SPACE.com, 23 September 2013.

Juga belum jelas di mana sampah satelit itu akan jatuh. "Wilayah berisiko terdampak akan dipersempit seiring makin dekatnya satelit itu masuk kembali ke Bumi," jelas ESA. "Namun, dengan mempertimbangkan dua pertiga Bumi adalah lautan, dan ada daratan luas yang populasinya sedikit, risiko bahaya bagi manusia dan bangunan sangat rendah'.

Sekitar 40 metrik ton puing-puing luar angkasa dari benda buatan manusia jatuh ke Bumi setiap tahun. Namun risiko menimpa manusia lebih rendah daripada orang kejatuhan meteorit.

Satelit pemetaan gravitasi GOCE seharga US$ 450 juta diluncurkan Maret 2009. ESA menyebutnya sebagai 'Ferrari luar angkasa' karena desain aerodinamisnya, yang memang dibutuhkan untuk melawan tarikan partiket atmosfer yang mendesing di orbit rendah sekitar Bumi.

Apalagi, satelit tersebut melayang di atas Bumi pada ketinggian hanya 139 mil atau 224 kilometer. Sebagai perbandingan, Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) mengorbit di ketinggian 249 mil atau 400 kilometer.

Satelit GOCE didesain beroperasi selama 2 tahun. Dan selama itu, ia berhasil memenuhi target waktu untuk memproduksi model medan gravitasi Bumi, paling akurat yang pernah dilihat. GOCE juga menghasilkan peta beresolusi tinggi pertama yang menunjukkan batas antara kerak dan mantel Bumi.

Kebanyakan satelit diharapkan habis terbakar di atmosfer Bumi, namun, untuk GOCE, ESA memperkirakan, beberapa potongan besar dari satelit itu bisa  lolos mencapai permukaan Bumi.

Bagian pengamatan puing luar angkasa ESA terus memonitor orbit satelit tersebut dan menyediakan perkiraan risiko, juga prediksi di mana GOCE diperkirakan akan jatuh dari orbit.

Kekhawatiran risiko jatuhnya satelit atau benda luar angkasa saat jatuh kembali ke Bumi, bukan tanpa alasan. Pada 2011, misalnya, perhatian masyarakat dunia fokus pada kembalinya satelit NASA yang tak lagi berfungsi, Upper Atmospheric Research Satellite (UARS) yang akhirnya jatuh ke Samudera Pasifik.

Puing dari stasiun luar angkasa Skylab milik NASA jatuh di Australia pada 1979. Sementara, stasiun luar angkasa Mir milik Rusia dilaporkan memicu ledakan sonik pada 2001, saat ia jatuh di lautan, yang disaksikan langsung para pengunjung pantai di Fiji. (Ein/Yus)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya