Kisah Maria Sharapova: Ke Amerika Serikat Modal Nekat [2]

"Aku bahagia...," ucap Yury mengingat kembali perjalanan panjang masa lalunya mengantar Maria Sharapova mencapai kesuksesan.

oleh Vincent Hakim Roosadhy diperbarui 25 Sep 2013, 15:17 WIB

Dalam satu kesempatan, Yury terlihat hanya duduk termenung. Pria tua itu telah berulang kali menyaksikan putri kesayangannya Masha memenangi berbagai turnamen internasional. Nama Maria Yuryevna Sharapova, yang lebih dikenal dunia dengan nama Maria Sharapova telah menjelma menjadi ikon tenis wanita dunia. Cantik dan penuh dengan segudang prestasi. Kehebatan Maria Sharapova menjadi inspirasi banyak remaja putri dunia.

"Aku bahagia...," ucap Yury sambil mengingat kembali perjalanan panjang masa lalunya. Perjuangannya hingga membawa kesuksesan, itulah yang membuat Yury bahagia.

 

Foto dok. Liputan6.com


Bayangan tentang kampung halaman ketika masih tinggal di Nyagan, Siberia, lalu menikahi Elena gadis asal Gomel 1986 silam melintas silih berganti. Bayang-bayang bayi mungil Masha yang masih sangat lemah juga hadir dalam angannya. Ia juga masih ingat, saat Masha berumur 4 tahun untuk pertama kalinya memegang raket tenis, bermain dan berlari-larian di taman dekat rumah di Sochi di kawasan pinggiran Laut Hitam.

Kebahagiaan Yury, pasti juga menjadi kebahagiaan Elena sang istri.

Sepertinya benar apa yang dikatakan filsuf dan novelis asal Rusia Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky (1821-1881) tentang kebahagiaan, "Kebahagiaan tidak terletak pada kebahagiaan itu sendiri, tapi pada keberhasilan untuk mencapainya."

Pergi ke Amerika Serikat: Modalnya Nekat

"Aku harus ke Amerika Serikat," itulah tekad Yury. Niat dan tekad Yury sudah bulat.

Bekal nama Nick Bollettieri Tennis Academy di Florida dari Martina Navratilova terus diingat dan disimpan. Tujuan Yury hanya satu, memasukkan Masha ke sekolah tenis itu. Pria asal Nyagan Siberia itu jelas tak punya uang lebih untuk ongkos ke AS bersama putrinya. Namun semua itu bukanlah hambatan.

Foto dok. Liputan6.com


Yury mencoba meminjam sejumlah uang untuk ongkos perjalanan dan tinggal sementara di Amerika. Angan-angan lama yang terpendam itu akhirnya terlaksana, mereka berangkat ke negeri impian AS. Yury masih ingat benar, waktu itu tahun 1994 dan ketika itu umur Masha masih 7 tahun. Elena saat itu tak bisa ikut karena tidak mendapatkan visa.

Kehidupan sehari-hari Yury dan Maria Sharapova jelas harus sangat ngirit agar kebutuhan bisa terpenuhi. Ketidakikutan Elena ke AS ada plus minusnya. Yang pasti, mereka bisa berhemat US$ 700.  

Foto dok. Liputan6.com


Yury yang tidak bisa bahasa Inggris sama sekali itu tak segan-segan kerja serabutan dibayar dengan upah rendah agar bisa membiayai hidup bersama Maria. Dalam sebuah wawancara, Maria mengakui perjuangan hidupnya bersama sang ayah saat memulai hidup di Florida. Yury bahkan sempat bekerja sebagai pencuci piring di sebuah restoran.

Semua itu dilakukan agar Maria bisa masuk ke akademi. Ternyata, titik terang hasil kerja keras itu tampak datang. Ada pihak sponsor IMG yang mau membiayai ongkos Maria di akademi sebesar US$ 35.000.

Pada usia 9 tahun, Maria Sharapova pun diterima dan masuk di Nick Bolletteri Tennis Academy di Florida.

Foto dok. Liputan6.com


Bakat menjadi juara dan pemain kelas dunia memang terlihat dari sosok Maria. Kemajuannya setelah bergabung di akademi begitu pesat. Ketika berusia 13 tahun di tahun 2000, Maria berhasil menyabet gelar juara pertama turnamen tenis wanita Eddie Herr Junior International Tennis Championship. Tak hanya itu, Maria juga meraih penghargaan sebagai The Rising Star Award.

Bagaimana kiprah Maria Sharapova di dunia tenis profesional? Dan bagaimana aktivitasnya di dunia modeling? Ikuti Kisah Maria Sharapova selanjutnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya