Sebelum menggeluti dunia fashion ternyata designer Feronica Kristoofer punya cerita panjang mengenai perjalannya sebelum dipercaya menangani sejumlah selebritas. Hobinya yang senang menggambar dan membuat baju untuk barbie dari kecil sempat tidak disetujui orangtuanya.
"Saya tuh dari kecil udah hobi art, cuma parent nggak setuju. Mungkin dulu art nggak komersil. Jadi dulu kepikiran untuk jadi arsitek. Tapi orangtua pikir kalau jadi arsitek nanti ketemunya kontraktor dan laki-laki semua. Terus akhirnya saya pilih bisnis dan mereka setuju," kata Feronica yang ditemui di Benhil Cafe, Jakarta, Rabu (25/9/2013).
Seiring berjalannya waktu, ketika Feronica ingin menikah, ia merasa tidak ada gaun yang pas untuknya. Belum lagi harga gaun yang menurutnya tidak reasonable, ia menganggap harganya tidak sesuai dengan model dan bahannya. Dari situ, ia mulai merancang gaun pernikahannya sendiri.
"Waktu itu saya cari gaun kemana-mana susah banget. Kalau mau keluar negeri repot, karena gaunnya langsung jadi dan kalau ada cutting lagi yang gak cocok nanti mesti balik lagi. Jadi saya kepikiran untuk membuat gaun sendiri," ujar ibu dua anak ini.
Saat itu, Feronica mengaku hanya membuat gaun yang simple dengan payet putih. "Tapi ketika itu banyak yang bilang bagus. Mungkin itu awalnya saya jadi tambah percaya diri untuk merancang gaun kembali. Ditambah lagi dengan ibu dan oma teman saya yang bilang bahwa baju buatan saya bagus dan nyaman".
Untuk memperkuat keahlian yang diperlukan, ia pun mendaftarkan diri di kampus fashion ternama di Milan, Italia namanya La Nuova Accademia di Belle Arti (The New Academy of Fine Arts) atau NABA.
"Di sana saya belajar dengan profesor yang ahli pola. Saya pikir pola ini penting. Kalau aplikasi di gaun kan orang seni rupa bisa kemudian tukang jahit juga banyak. Tapi belum tentu mereka bisa membuat pola yang pola cutting-nya bagus dan sesuai. Itu yang saya pelajari disana," ungkap ibu dua anak yang membuka butiknya di Jl. Danau Tondano No A5A Pejompongan, Benhil, Jakarta.
"Saya tuh dari kecil udah hobi art, cuma parent nggak setuju. Mungkin dulu art nggak komersil. Jadi dulu kepikiran untuk jadi arsitek. Tapi orangtua pikir kalau jadi arsitek nanti ketemunya kontraktor dan laki-laki semua. Terus akhirnya saya pilih bisnis dan mereka setuju," kata Feronica yang ditemui di Benhil Cafe, Jakarta, Rabu (25/9/2013).
Seiring berjalannya waktu, ketika Feronica ingin menikah, ia merasa tidak ada gaun yang pas untuknya. Belum lagi harga gaun yang menurutnya tidak reasonable, ia menganggap harganya tidak sesuai dengan model dan bahannya. Dari situ, ia mulai merancang gaun pernikahannya sendiri.
"Waktu itu saya cari gaun kemana-mana susah banget. Kalau mau keluar negeri repot, karena gaunnya langsung jadi dan kalau ada cutting lagi yang gak cocok nanti mesti balik lagi. Jadi saya kepikiran untuk membuat gaun sendiri," ujar ibu dua anak ini.
Saat itu, Feronica mengaku hanya membuat gaun yang simple dengan payet putih. "Tapi ketika itu banyak yang bilang bagus. Mungkin itu awalnya saya jadi tambah percaya diri untuk merancang gaun kembali. Ditambah lagi dengan ibu dan oma teman saya yang bilang bahwa baju buatan saya bagus dan nyaman".
Untuk memperkuat keahlian yang diperlukan, ia pun mendaftarkan diri di kampus fashion ternama di Milan, Italia namanya La Nuova Accademia di Belle Arti (The New Academy of Fine Arts) atau NABA.
"Di sana saya belajar dengan profesor yang ahli pola. Saya pikir pola ini penting. Kalau aplikasi di gaun kan orang seni rupa bisa kemudian tukang jahit juga banyak. Tapi belum tentu mereka bisa membuat pola yang pola cutting-nya bagus dan sesuai. Itu yang saya pelajari disana," ungkap ibu dua anak yang membuka butiknya di Jl. Danau Tondano No A5A Pejompongan, Benhil, Jakarta.
Gaun pertama digunakan Bunga Citra Lestari
Bunga Citra Lestari dikenal memiliki kelebihan di bahunya. Sehingga menurut Feronica ia sangat pas mengenakan gaun yang atasannya model kemben karena bisa memperlihatkan bahunya yang bagus. Dan karena ia memiliki tubuh proporsional, gaun pertama yang dibuat dan dijahit sendiri oleh Feronica selama di Italia, dikenakan penyanyi tersebut.
"Itu adalah gaun yang saya gambar dan jahit sendiri ketika masih disana. Tapi saya rasa untuk ukuran tubuhnya yang proporsional, gaun saya agak kebesaran karena saya masih memakai ukuran luar negeri," jelas designer yang pernah merancang gaun untuk Ashanti, Maudi Ayunda, Regina Idol, titi Kamal, Cherrybelle dan pasangan selebritis Delon dan Yeslin ini.
Advertisement
Masa kecil yang selalu ingin tahu
Memiliki orangtua yang disiplin, membuat Feronica kecil selalu penasaran dan ingin tahu. Karena ia tidak pernah dibelikan mainan dan terlalu banyak bermain, ia memanfaatkan tantenya untuk belajar menjahit.
"Tante saya rumahnya nggak begitu jauh dari rumah saya. Jadi saya sering kesana karena saya sering main dengan anaknya. Mungkin tante yang sadar kalau dari kecil saya suka men-design baju barbie," ungkap wanita kelahiran Jakarta, 15 Februari 1981.
Feronica mengaku, dulu ia sering minta kain bekas jahitan tantenya untuk membuat baju barbie. "Waktu itu baju barbie mahal, sekarang juga tidak kalah jauh kan harganya. Cuma waktu itu orangtua saya jarang membelikan mainan. Barbie aja hadiah ulang tahun. Waktu itu, saya cuma punya tiga. Jadi kalau ada kain bunga-bunga yang lucu, saya pasti akan bikin untuk baju barbie".
Rasa penasarannya ini ternyata sekarang membuat orangtuanya kini bangga. Feronica sekarang dikenal sebagai designer muda berbakat yang selalu mampu membuat pelanggannya nyaman. Ia bahkan ditunjuk sebagai designer untuk kontestan Miss World 2013.
(Fit/Abd)