Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo menilai pemerintah harus bisa mendorong para kontraktor migas luar negeri untuk memakai produk lokal sebagai upaya penggalakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pada produk-produk eksplorasi migas.
Menurutnya, anggapan yang menyebutkan kadar TKDN Indonesia sudah mencapai 60% merupakan omong kosong saja.
"TKDN kita mencapai 60% itu dari mana? Itu cuma hitung-hitungan saja," ujar dia saat pembukaan seminar Pemetaan Kebutuhan dan Peluang Riset pada Industri Migas Indonesia di Gedung Lemigas, Jakarta Selatan, Kamis (26/9/2013).
Selama ini, lanjutnya, negara telah mengaluarakan anggaran sekitar US$ 2 miliar per tahun untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam sektor migas.
"Anggaran ini kan harusnya dipakai untuk kepentingan eksplorasi kita. Masa 50 tahun kita beroperasi masih ada barang-barang impor. Masa pengeboran saja harus impor. Saya tidak rela ngebor pakai rig China," lanjutnya.
Dia menyebut sebenarnya banyak penemuan hasil dalam negeri yang bagus yang bisa dimanfaatkan, namun sayang penemuan-penemuan tersebut dibeli luar negeri untuk kemudian dimatikan.
"Penemuan yang dilakukan oleh mahasiswa dan lembaga penelitian ini kan bisa dipakai, kita paksa mereka untuk pakai itu, ini negara kita kok, ini uang kita kok, tetapi kita berpegang pada kualitas," tegas dia.
Oleh sebab itu, penerapan TKDN pada sektor migas harus segera direaliasasikan mengingat Indonesia merupakan negara yang kaya akan barang-barang tambang yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
"Kita sudah beroperasi puluhan tahun, kita punya semua oil and gas disini. Kita ibaratnya punya rumah, pintunya dibuka lebar-lebar kemudian terlena. Makanya 10 tahun ke depan kita harus jadi tuan rumah di negara sendiri," tandas dia. (Dny/Nur)
Menurutnya, anggapan yang menyebutkan kadar TKDN Indonesia sudah mencapai 60% merupakan omong kosong saja.
"TKDN kita mencapai 60% itu dari mana? Itu cuma hitung-hitungan saja," ujar dia saat pembukaan seminar Pemetaan Kebutuhan dan Peluang Riset pada Industri Migas Indonesia di Gedung Lemigas, Jakarta Selatan, Kamis (26/9/2013).
Selama ini, lanjutnya, negara telah mengaluarakan anggaran sekitar US$ 2 miliar per tahun untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam sektor migas.
"Anggaran ini kan harusnya dipakai untuk kepentingan eksplorasi kita. Masa 50 tahun kita beroperasi masih ada barang-barang impor. Masa pengeboran saja harus impor. Saya tidak rela ngebor pakai rig China," lanjutnya.
Dia menyebut sebenarnya banyak penemuan hasil dalam negeri yang bagus yang bisa dimanfaatkan, namun sayang penemuan-penemuan tersebut dibeli luar negeri untuk kemudian dimatikan.
"Penemuan yang dilakukan oleh mahasiswa dan lembaga penelitian ini kan bisa dipakai, kita paksa mereka untuk pakai itu, ini negara kita kok, ini uang kita kok, tetapi kita berpegang pada kualitas," tegas dia.
Oleh sebab itu, penerapan TKDN pada sektor migas harus segera direaliasasikan mengingat Indonesia merupakan negara yang kaya akan barang-barang tambang yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
"Kita sudah beroperasi puluhan tahun, kita punya semua oil and gas disini. Kita ibaratnya punya rumah, pintunya dibuka lebar-lebar kemudian terlena. Makanya 10 tahun ke depan kita harus jadi tuan rumah di negara sendiri," tandas dia. (Dny/Nur)