Salah satu yang menarik dari perusahaan adalah betapa para pendirinya sangat berbakat dan berpotensi. Namun bagaimana jadinya jika bakat dan potensi tersebut datang juga dari sejumlah remaja pria berwajah tampan dan menarik?
Seperti dilansir dari Business Insider, Jumat (27/9/2013), usia ternyata tak menjadi halangan bagi sebagian orang untuk fokus mendirikan perusahaan sendiri. Bahkan banyak pengusaha muda di bidang teknologi adalah lulusan SMA yang justru masih berusia belasan tahun.
Menyadari betapa sulitnya kuliah dan mencari kerja, terdapat beberapa remaja ternyata berhasil mendirikan dan mengelola perusahaan sendiri dengan sukses.
Berikut delapan remaja tampan yang sudah punya perusahaan sendiri sebelum berusia 20 tahun:
Seperti dilansir dari Business Insider, Jumat (27/9/2013), usia ternyata tak menjadi halangan bagi sebagian orang untuk fokus mendirikan perusahaan sendiri. Bahkan banyak pengusaha muda di bidang teknologi adalah lulusan SMA yang justru masih berusia belasan tahun.
Menyadari betapa sulitnya kuliah dan mencari kerja, terdapat beberapa remaja ternyata berhasil mendirikan dan mengelola perusahaan sendiri dengan sukses.
Berikut delapan remaja tampan yang sudah punya perusahaan sendiri sebelum berusia 20 tahun:
1. Nick D'Aloisio
Remaja yang genap berusia 17 tahun pada 1 November mendatang merupakan pengusaha tampan asal Australia. Pemuda ini menjual perusahaannya, Summly pada Yahoo senilai US$ 30 juta atau setara Rp 336,09 miliar.
Beberapa waktu kemudian, terungkap bahwa pembelian tersebut dilakukan guna mengakuisisi teknologi yang memang tidak dibangun sendiri oleh D'Aloisio. Secara kontrak, remaja asal Australia ini masih harus bekerja untuk Yahoo hingga akhir tahun depan.
Advertisement
2. Ritesh Agarwal
Di usianya yang ke-19 tahun Agarwal berhasil merevolusi sistem akomodasi di negara-negara berkembang deBingan menyediakan penginapan dan alternatif hotel berbasis teknologi.
Agarwal telah mendirikan OYO Inns dan Oravel sejak masih berusia 16 tahun.Saat ini dia masih menjabat sebagai CEO di dua perusahaan tersebut.
3. Delian Asparouhov
Delian menciptakan Nightingale, sistem layanannya agar jadwal pengobatan berjalan tepat waktu. Padahal saat itu dia tengah belajar di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Dia lalu keluar dari kampusnya setelah menerima Thiel Fellowship.
Seperti dikutip dari blognya, dia saat ini tengah berkerja sebagai pengembang di Square dan menjadi mitra bisnis Rough Draft Ventures. Perusahaan tersebut mengelola dana investasi untuk pengusaha teknologi yang masih berstatus siswa.
Advertisement
4. Kevin Petrovic
Pria kelahiran 2 Februari 1990 ini mendirikan perusahaan yang mengelola parkir sekaligus rental mobil. Dia keluar dari Princeton University demi fokus mengelola FlightCar.
Perusahaan tersebut membuat para wisatawan dapat memarkir mobilnya di bandara dan menyewakannya pada orang lain selama dirinya sedang tidak ada di tempat.
Hingga saat ini, modal FlightCar bertambah US$ 6,1 juta dari para investor seperti pendiri AirBnB dan Reddit. Perusahaan ini juga ikut didanai Y Combinator.
5. Andrew Brackin
Mantan penduduk London berusia 19 tahun ini telah pindak ke California untuk menjadi salah satu Thiel Fellows tahun ini. Perusahannya, Spot bertujuan untuk memudahkan para pengguna mobil untuk parkir di San Fransisco.
Advertisement
6. William LeGate
Sejak usia 13 tahun LeGate sudah mulai menciptakan berbagai aplikasi. Saat ini di usianya yang ke-19 tahun, dia bermimpi dapat merevolusi cara manusia menciptakan dan menggunakan aplikasi dengan perusahannya Synapps.
7. Diwank Singh Tomer
Pemuda asal India ini tengah sibuk mengerjakan sejumlah gagasan dalam pikirannya. Situsnya membuat Anda bisa melihat berbagai ide menarik. Selain itu Anda juga bisa memilih salah satu yang menurut Anda baik.
Advertisement
8. Sean McElrath
Meski baru berusia 17 tahum, McElrath telah berhasil mendirikan perusahaan dengan bantuan modal usaha yang diterimanya. Pemuda tampan ini merupakan pendiri Hallway.
Menargetkan siswa sekolah menengah, Hallway membuat kolaborasi antar pasangan yang sederhana, sosial dan global. Di Hallway, para siswa bisa bertanya, mem-posting catatan pribadi, belajar dengan temannya, dan berkolaborasi dalam mengerjakan tugas sekolahnya. (Sis/Ndw)