Liputan6.com, Tangerang: Sedikitnya empat orang anak meninggal akibat penyakit demam berdarah yang melanda RT04/RW01 Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang, Banten, baru-baru ini. Saat ini, sejumlah anak lain masih dirawat intensif di beberapa rumah sakit. Lingkungan yang tidak tertata diperparah dengan buruknya sanitasi di kawasan tersebut dianggap sebagai penyebab. Untuk mencegah penyebaran lebih luas, petugas Dinas Kesehatan melakukan penyemprotan di kawasan tersebut.
Penyemprotan dilakukan tidak hanya di halaman atau lubang yang memungkinkan tempat bersembunyinya nyamuk, tapi juga di dalam rumah. Biaya penyemprotan yang mencapai Rp 1,2 juta ini ditanggung warga setempat dengan membayar Rp 15 ribu per kepala keluarga. Mereka rela merogoh kocek karena sejauh ini tidak ada tindakan nyata dari Dinkes setempat.
Suasana duka masih menyelimuti pasangan Efrison dan Yusnidawati. Mereka kehilangan putri keduanya, Rani Islamiati. Murid Taman Kanak-Kanak Nurulhuda ini sebelumnya sempat dirawat selama lima hari di rumah sakit akibat demam berdarah. Serangan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini juga telah menewaskan tiga anak lain, yakni Darul Achmad Fauzi, Willy, dan Rudiran Marbun. Warga berharap agar pemerintah setempat menggalakkan gerakan kebersihan bersama karena kawasan itu mayoritas dihuni oleh para pendatang yang terkesan acuh dengan sesama dan lingkungannya.
Wabah demam berdarah juga melanda sebagian warga di Kota Tulungagung, Jawa Timur, belum lama ini. Hingga akhir Desember 2003, tercatat sekitar 70 penderita demam berdarah masih dirawat di sejumlah rumah sakit di Tulungagung [baca: Penderita Demam Berdarah di Tulungagung Meningkat]. Sebanyak 44 pasien dirawat di RS Umum Daerah dokter Ishak dan 14 pasien di RS Bhayangkara. Sisanya masih di RS Islam dan sejumlah pusat kesehatan masyarakat setempat.(DEN/Fransambudi dan Adi Iskarpandi)
Penyemprotan dilakukan tidak hanya di halaman atau lubang yang memungkinkan tempat bersembunyinya nyamuk, tapi juga di dalam rumah. Biaya penyemprotan yang mencapai Rp 1,2 juta ini ditanggung warga setempat dengan membayar Rp 15 ribu per kepala keluarga. Mereka rela merogoh kocek karena sejauh ini tidak ada tindakan nyata dari Dinkes setempat.
Suasana duka masih menyelimuti pasangan Efrison dan Yusnidawati. Mereka kehilangan putri keduanya, Rani Islamiati. Murid Taman Kanak-Kanak Nurulhuda ini sebelumnya sempat dirawat selama lima hari di rumah sakit akibat demam berdarah. Serangan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini juga telah menewaskan tiga anak lain, yakni Darul Achmad Fauzi, Willy, dan Rudiran Marbun. Warga berharap agar pemerintah setempat menggalakkan gerakan kebersihan bersama karena kawasan itu mayoritas dihuni oleh para pendatang yang terkesan acuh dengan sesama dan lingkungannya.
Wabah demam berdarah juga melanda sebagian warga di Kota Tulungagung, Jawa Timur, belum lama ini. Hingga akhir Desember 2003, tercatat sekitar 70 penderita demam berdarah masih dirawat di sejumlah rumah sakit di Tulungagung [baca: Penderita Demam Berdarah di Tulungagung Meningkat]. Sebanyak 44 pasien dirawat di RS Umum Daerah dokter Ishak dan 14 pasien di RS Bhayangkara. Sisanya masih di RS Islam dan sejumlah pusat kesehatan masyarakat setempat.(DEN/Fransambudi dan Adi Iskarpandi)