Warga Ria Rio, Dulu Menolak Kini Ngebet Pindah

Proses negosiasi tak berlangsung mulus. Mereka khawatir soal tempat bekerja dan sekolah bagi anak-anak. Juga uang kerahiman yang Rp 1 juta.

oleh Liputan6 diperbarui 30 Sep 2013, 00:11 WIB
Akhirnya proses alot itu membuahkan hasil. Pemprov DKI Jakarta girang karena sebagian warga sekitar Waduk Ria Rio bersedia pindah ke Rusun Pinus Elok, Penggilingan, Jakarta Timur.

Di pihak lain, 217 keluarga merasa plong karena tuntutan mereka hampir semua dikabulkan. 217 keluarga itu berasal dari RT 06 dan RT 07 RW 15 Kelurahan Kayuputih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur.

Selain mendapatkan fasilitas berupa TV LCD, spring bed, mereka juga mendapatkan uang kerahiman sebesar Rp 4 juta.

Uang kerahiman memang tidak seketika diterima warga sebesar Rp 4 juta. Warga yang mengambil undian mendapat Rp 1 juta. Setelah benar-benar menempati rusun, baru ditambah Rp 3 juta.

"Ya senanglah, ada TV LCD 17 inci, dapat spring bed yang ditarik jadi 2 tingkat. Kalau begini warga juga halus, (setuju) mau pindah. Masa bikin taman habiskan ratusan juta bisa, cuma pindahin warga saja nggak sanggup," kata Amung, Minggu (29/9/2013).

Amung menuturkan, warga RT 06 dan RT 07 saat ini sudah tidak sabar untuk menempati rusun. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya warga yang akan berangkat menengok Rusun Pinus Elok.

Pantauan Liputan6.com, Minggu (29/9/2013), puluhan warga membawa perabotan alat bersih-bersih pakai motor. Mulai dari ember, alat pembersih, tak ketinggalan alas tikar. Dengan muka berseri-seri warga juga mengajak serta anak mereka untuk melihat rusun yang akan ditempati.

Wakil Ketua RW 15, Muflih, juga membenarkan aktivitas warga yang akan menuju Rusun Pinus Elok. Dirinya juga sudah didatangi sebagian warga untuk pamit terkait kepindahannya ke rusun Pinus Elok.

"Ini minggu ceria buat warga di sini. Semalam juga sudah banyak warga yang pamitan. Camat Pulo Gadung juga sudah menjanjikan sediakan mobil buat warga angkut barang. Dan waktu 2 minggu untuk warga pindah soalnya sudah mulai berlaku mulai hari ini," jelas Muflih.

Sebenarnya, mereka tak akan langsung pindah. Sebagian warga mengaku benar-benar pindah bila barang bangunan mereka laku alias dibeli.

"Nunggu ada yang ambil borongan, soalnya itu bangunan baru. Asbes masih putih-putih. Kemarin pas kebakaran kan bangun abis 10 juta. Lumayan kan kalau ada pemborong bangunan bekas bisa dihargai 7 juta," kata salah satu warga waduk yang enggan menyebutkan nama.

Menurut dia, selain untuk memudahkan bongkar bangunan, uang hasil penjualan itu bisa dijadikan modal usaha di rusun. Dirinya juga mengaku sudah kebanjiran tawaran harga dari pengusaha barang bangunan bekas.

Warga RT 06 dan RT 07 memang didahulukan. Letak keduanya persis di tepi waduk, di sisi timur. Sementara, terutama warga RT 03, 04, dan 05 masih menunggu kepastian Pemprov DKI: terkena proyek normalisasi waduk atau tidak.


Tak Semudah Membalik Telapak Tangan

Proses negosiasi tak berlangsung mulus. Rencananya di lahan seluas lebih dari 20 hektar ini, akan digunakan untuk perluasan dan refungsionalisasi Waduk Ria Rio sebagai ruang terbuka hijau dan daerah resapan air.

Bahkan selain fungsi waduk, Gubernur DKI Jokowi bercita-cita ingin mewujudkan amfiteater atau panggung opera untuk mewujudkan cita-cita Bung Karno yang dulu pernah mencetuskan adanya amfiteater di Jakarta.

Namun, saat dicetuskan Agustus lalu, banyak warga yang menolak. Mereka khawatir soal tempat bekerja dan sekolah bagi anak-anak mereka. Alasan lain, mereka merasa uang kerahiman Rp 1 juta dan segala fasilitas gratis di rusun tak sesuai dengan bangunan dan kepemilikan lahan yang mereka miliki.

Apalagi warga mengaku menempati tanah milik mantan Wapres Adam Malik yang bukan bagian dari PT Pulomas Jaya yang akan ditata Pemprov DKI.

Lebih jauh, warga RT 06 sempat meminta perlindungan kepada Komnas HAM agar tidak terjadi penggusuran sebelum adanya kejelasan perihal sengketa tanah antara Adam Malik dan PT Pulo Mas Jaya.

"Ya, warga kan jadi bingung, di sini sebenarnya punya siapa? Adam Malik sendiri kan mengizinkan tinggal," kata Ketua RW 15, H Abdul Ghofur.

Sebanyak 284 kepala keluarga dari RT 02, 04, 05, 06, dan 07  di RW 15 menduduki lahan sengketa Waduk Ria Rio, Kelurahan Kayu Putih, Jaktim. Lahan seluas 2,1 hektare yang membentang dari Lapangan Tanah Merah di Jalan Perintis Kemerdekaan hingga ke pemukiman warga di RW 015.

Belakangan, warga mulai melunak. Namun, urusan belum selesai.

Saat dilakukan pengundian, warga memilih tidak mengikuti karena mereka merasa masih belum mendapatkan kejelasan mengenai dana kompensasi Rp 1 juta, teknis relokasi, dan kesiapan unit-unit rusun yang tersedia. Bahkan, sebagai bentuk ketidakpuasan, warga meneriakkan penolakan mereka ketika beranjak dari kantor walikota.

Akhirnya, Jokowi melancarkan "lobi makan siang." Dalam acara makan itu, mereka membicarakan masalah relokasi warga Waduk Ria Rio ke Rusun Pinus Elok. 

Mereka menilai uang kerahiman sebesar Rp 1 juta masih kurang dan meminta ditambah menjadi Rp 5 juta. "Di atas" meja makan itulah semua berusaha diselesaikan.

Ya, kesepakatan akhirnya tercapai. Uang kerahiman dinaikkan: menjadi Rp 4 juta. Teknis relokasi dibuat lebih jelas.

Rusun Pinus Elok sendiri juga sudah siap dihuni. "Sudah siap 203 unit rusun. Tinggal masuk. Warga tadi datang untuk bersihkan sendiri. Sudah lumayan lama kosong, berdebu," kata Penanggung Jawab Rusun Pinus Elok, Hendriansyah, Jakarta, Minggu (29/9/2013).

Pada Senin ini, Pemprov DKI Jakarta akan mulai membagikan sejumlah fasilitas bagi warga Waduk Ria-Rio yang direlokasi ke Rumah Susun Pinus Elok di Penggilingan, Jakarta Utara. Warga diminta untuk membawa KTP dan 2 lembar materai untuk mengambil tv layar datar (LCD), kulkas, tempat tidur dan lemari pakaian baru.

"Ya, besok sudah bisa diambil semua fasilitas dengan membawa KTP dan menghubungi saya," ujar Hendriansyah.

Win-win solution. Relokasi tinggal menghitung hari. Warga RT 06 dan RT 07 bakal memulai babak hidup baru di Rusun Pinus Elok. (Yus)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya