Awas, Bahaya Di Balik Es Batu Balok!

Bakteri tinja (E-Colli) dan lainnya yang ada pada es batu tersebut mengakibatkan beberapa penyakit yang menyerang gangguan pencernaan.

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 01 Okt 2013, 10:30 WIB
Penggunaan es batu pada minuman bisa mengancam kesehatan tubuh, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sedang memfokuskan masalah ini terutama pada jajanan anak sekolah.

Tahun ini cemaran mikrobiologi pada panganan jajanan anak sekolah masih terbilang tinggi. "Cemaran bahan tambahan ilegal menurun, tapi cemaran mikrobiologi masih tinggi," ujar Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Roy Sparringa, ditulis Selasa (1/10/2013).

Jajanan anak sekolah seperti sirup dan jelli menurut DR. Roy menggunakan sumber air yang tidak layak konsumsi. Sehingga bakteri yang ada pada es batu tersebut mengakibatkan beberapa penyakit yang menyerang gangguan pencernaan.

"Es-es yang dipakai itu bukan suplai untuk makanan, bakteri yang ada pada es batu bisa mengancam kesehatan seseorang" kata Roy.

Menurut Survei Pengawasan Jajanan Anak Sekolah di tahun 2013 menunjukkan terjadi penurunan bahan tambahan pangan berlebih dari 5.668 sampel sekolah yang diteliti.

Penurunan terjadi dari 24 persen pada 2012, menjadi 17 persen di 2013. Namun untuk cemaran mikroba menunjukan peningkatan dari 66 persen di tahun lalu menjadi 76 persen saat ini.

"80 persen hasil kajian menunjukkan es tidak memenuhi syarat," ujar Roy.

Roy mengaku pernah melihat langsung, penggunaan es batu diobok-obok tapi masih digunakan sebagai makanan. "Ini yang belum banyak disadari masyarakat, misalnya es balokan yang ada di bawah terus dipotong dan dicampurkan ke minuman, itu bayangkan berapa banyak bakterinya" ujarnya.

Bakteri pada es balokan ditemukan sama dengan yang ada pada tinja yaitu E-Coli, tidak hanya itu ada juga kapang dan kamir serta bakteri salmonela.

Menurut BPOM perihal es batu balokan ini bukanlah hal sepele, ini perlu pengawasan khusus. "Masyarakat sepertinya menganggap ini hal kecil tetapi ini bisa berbahaya untuk yang mengonsumsinya," papar DR. Roy.

(Mia/Abd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya